Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

c. Perkembangan Kurikulum Menurut Imas Kurniasih dalam buku yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 konsep dan penerapan” hal 10 Kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian. Perubahan kurikulum dikelompokan berdasarkan tiga kelompok, yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi. 1 Kurikulum Rencana Pembelajaran 1947-1968 Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah: a Kurikulum Tahun 1947 Rencana Pembelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa belanda leer plan Imas Kurniasih:10. Rencana pembelajaran 1947 sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, karena hal itulah yang mendesak pada saat itu. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal pokok yaitu : 1 Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya 2 Garis – garis besar pengajaran Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah- sekolah pada tahun 1950. b Kurikulum 1952 Rencana Pembelajaran Terurai Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan Imas Kurniasih :11. Pada tahun ini, Menteri P dan K yang dijabat oleh Mr.Soewandi melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidkan dan pengajaran. Kemudian, menteri membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran dalam merangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil kerja panitia tersebut terkait kurikulum rencana pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus mempertahankan hal-hal sebagai berikut Depdikbud 1979:108. 1 Pendidikan pikiran harus dikurangi 2 Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian 3 Pendidikan watak 4 Pendidikan jasmani 5 Kewarganegaraan dan masyarakat Setelah undang–undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, lahirlah beberapa hal penting: 1 Kurikulum pendidikan rendah ditunjukkan untuk menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan bakat dan kesukaannya. 2 Kurikulum pendidikan menengah ditunjukkan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat. 3 Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan. c Rencana Pembelajaran 1964 Di penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral. Rencana pendidikan tersebut dikenal Pancawardhana, karena terdiri dari lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak Imas Kuniasih:14. d Kurikulum 1968 Pada kurikulum ini lebih menitikberatkan pada peningkatan mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat Imas Kurniasih :15 Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964. Pembaharuan kurikulum tersebut adalah dilakukannya perubahan struktur pendidikan dan Pancawardhana yang mencakup pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan dan menekankan pembentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: 1 Kelompok pembinaan pancasila 2 Pengetahuan dasar 3 Kecakapan khusus dengan total jumlah pelajaranya sembilan 2 Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan 1975-1994 Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah: 1 Kurikulum 1975 Pada kurikulum inilah Imas Kurniasih :15 untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut. Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya: a Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang baik, b Sehat jasmani, dan rohani, c Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran d Bekerja di masyarakat, e Mengembangkan didri sesuai asas lingkungan hidup, 2 Kurikulum 1984 Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 Imas Kurniasih :18 ini tidak banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaannya saja. Dengan demikian, kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya. Semua pendekatan dalam proses pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan guna membentuk keterampilan murid. Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanya cara belajar siswa aktif CBSA dan sistem spiral. Di sini siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail. 3 Kurikulum 1994 Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Imas Kurniasih :19 maka dirasa perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984. Kurikulum ini dilaksanakan dan diberlakukan mulai tahun 19941995 dan secara bertahap. Pelaksanaan kurikulum tersebut dimulai pada tahun ajaran 19941995 untuk kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . 3 Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK 2004 Kurikulum 1994 Imas Kurniasih : 19 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, seiring pergantian kekuasaan. Kurikulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK Imas Kurniasih :20 mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran pun diarahkan untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai. 4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan KTSP ini Imas Kurniaish :21 disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Muslich 2009:1. Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing. 5 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Imas Kurniasih: 21 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang. Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013: 1. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang menyangkut metodologi pembelajaran yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66. 2. Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa. 3. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya. 4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa. 6 Kurikulum 2013 Edisi Revisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan resmi meluncurkan revisi Kurikulum 2013 di Depok pada tanggal 20 Februari 2016. Mulai Juli 2016, Kurikulum 2013 edisi revisi akan diberlakukan secara nasional. Perubahan Kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki pokok bagian penting yang harus guru cermati. Berbagai perubahan kompetensi pada Kurikulum 2013 antara lain: a. Perbaikan kurikulum 2013 penataan kompetensi sikap dan spiritual dan sikap sosial. Hanya guru dua mata pelajaran yaitu guru PPKn dan guru agama yang menilai sikap spiritual dan sikap sosial siswa secara langsung. Sebelum adanya perbaikan kurikulum, guru setiap mata pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Kini, kompetensi sikap sosial dan spiritual tidak lagi diberikan secara intrakurikuler pada semua mata pelajaran. Ketentuan pembelajaran sikap spiritual dan sikap sosial setelah perbaikan kurikulum antara lain: 1 Pada mata pelajaran Pendidikan Agama- Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan social dilaksanakan melalui pembelajaran langsung dan tidak langsung. 2 Pada mata pelajaran selain mata pelajaran Pendidikan Agama- Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran tidak langsung. b. Koherensi KI-KD dan Penyelarasan Dokumen Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang disebabkan oleh format penyajian dan nomenklatur dalam kurikulum 2013, di antaranya Kompetensi Dasar KD pada Kompetensi Inti KI yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran. Selain juga, ditemukan adanya inkonsistensi antara kompetensi dasar dengan silabus dan buku teks. c. Pemberian Ruang Kreatif pada Guru Metode pembelajaran menjadi salah satu hal perhatian guru dalam perbaikan kurikulum 2013. Sebagian guru menganggap metode pembelajaran dengan proses berpikir 5M mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan bersifat prosedural dan mekanistik sehingga membelenggu ruang kreatif. Selama ini mereka memandang metode tersebut sebagai satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran di semua mata pelalajaran. Pemberian ruang kreatif membuat guru memiliki otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran. Proses berpikir 5M harus dipandang sebagai kemampuan atau proses berpikir yang perlu ditumbuhkan dan dibiasakan bagi siswa agar mereka terbiasa berpikir ilmiah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud, Anies Baswedan menyampaikan, salah satu perbaikan kurikulum saat ini adalah mengubah peran guru sebagai fasilitator bagi siswanya. Melalui peran guru sebagai fasilitator pembelajar, siswa akan belajar secara aktif. d. Kemampuan Siswa Tidak Dibatasi Taksonomi Proses Berpikir Revisi kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada kurikulum 2013 sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK. 2. Implementasi Kurikulum 2013 1 Pengertian Implementasi Arifin 2015 menyatakan bahwa Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: a Pendapat Cleaves yang dikutip oleh Wahab 2008;187, secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya. b Menurut Meter dan Horn dalam Wahab, 2008: 65 Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individupejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Secara umum, implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2 Implementasi Standar Proses Pembelajaran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur Tentang Standar Proses pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses Pembelajaran merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam peraturan ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan 1 perencanaan pembelajaran yang terdiri dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP , penyiapan media dan sumber belajar, 2 pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan, melakukan presensi, memotivasi peserta didik, memberikan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan, sikap mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, sampai mengamalkan, pengetahuan, keterampilan, menemukan manfaat proses pembelajaran, memberi umpan balik, memberi tugas, menginformasikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya, 3 pengelolaan kelas dan laboratorium, 4 pengawasan proses pembelajaran, 5 perangkat penilaian pembelajaran pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Seiring dengan diberlakukannya Permendikbud nomor 22 tahun 2016 maka diberlakukannya faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 antara lain : 1 Kesibukan Guru di dalam kegiatan sekolah, 2 Frekuensi Mengakses Internet, dan 3 Pangkat Golongan Guru. 3. Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah a. Pengertian Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Dalam kamus besar bahasa Indonesia 1989: 942, kesibukan berasal dari kata dasar sibuk yang berarti kegiatan sedangkan guru berarti orang yang kerjanya mengajar. Menurut Hamalik 2002: 40, guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah di sini adalah kegiatan yang dilakukan seseorang yang kerjanya memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Dalam Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru 2008 Kewajiban guru sesuai Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat 1 mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat 2 Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 satu minggu. Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 satu jenis mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya. Di samping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya, pelaksanaan pembelajaran termasuk tesulangan, Ujian Nasional UN, ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. b. Jam Kerja Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 tiga puluh tujuh koma lima jam kerja 60 menit per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran yang disusun secara mingguan. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan SMK ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi mengunakan sistim blok atau perpaduan antara sistim mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semester, tahunan, atau bahkan per tiga tahunan. Di luar kegiatan tatap muka, guru akan terlibat dalam aktivitas persiapan tahunansemester, ujian sekolah maupun Ujian Nasional UN, dan kegiatan lain akhir tahunsemester Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. c. Uraian Tugas Guru 1 Merencanakan Pembelajaran Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 dua minggu atau 12 hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka. 2 Melaksanakan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan berikut. a. Kegiatan awal tatap muka Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiata pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi. Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu atau beberapa waktu sebelumnya tergantung masalah yang perlu disiapkan, Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam pelajaran. b. Kegiatan tatap muka Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan secara face to face atau menggunakan media lain seperti video, modul mandiri, kegiatan observasiekplorasi. Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang teorikelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan. Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah. c. Membuat resume proses tatap muka Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan rencana tindak lanjut. Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka. Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam pelajaran Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. d. Menilai Hasil Pembelajaran Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam pengambilan keputusan lainnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa. 1 Penilaian dengan tes. Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas. Penilaian hasil test, dilakukan di luar jadwal pelaksanaan test, dilakukan di ruang guru atau ruang lain. Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap muka. 2 Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap. Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat test tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan di luar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka. 3 Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya. Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, proyek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri. Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahanan dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna. Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka, dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. e. Membimbing dan Melatih Peserta Didik Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam pembelajaran, intrakurikuler dan ekstrakurikuler.Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran atau tatap muka di kelas Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. f. Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler Bimbingan kegiatan intrakurikuler terdiri dari remedial dan pengayaan pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan remedial merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai. Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah mencapai kompetensi. Pelaksanaan bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu. Beban kerja intrakurikuler sudah masuk dalam beban kerja tatap muka Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. g. Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik,dapat disetarakan dengan mata pelajaran wajib lainnya,pelaksanaan ekstrakurikuler dilakukan dalam kelas dan atau ruangtempat lain sesuai jadwal mingguan yang telah ditentukan dan biasanya dilakukan pada sore hari. Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah. a Pramuka b OlimpiadeLomba Kompetensi Siswa c Olahraga d Kesenian e Karya Ilmiah Remaja f Kerohanian g Paskibra h Pecinta Alam i PMR j JurnalistikFotografi k UKS Kegiatan ekstrakurikuler dapat disebut sebagai kegiatan tatap muka Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. h. Melaksanakan Tugas Tambahan Jabatan atau tugas tambahan Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2008: 13 adalah jabatan atau tugas tambahan yang disandang oleh guru saat yang bersangkutan diusulkan mengikuti sertifikasi guru. Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi 2 dua kategori yaitu tugas struktural, dan tugas khusus. Tugas tambahan struktural Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008 a Tugas tambahan struktural sesuai dengan ketentuan tentang struktur organisasi sekolah, b Jenis tugas tambahan sruktural dan wajib tatap muka guru seperti tercantum dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Jenis Tugas Tambahan Guru No Kategori Jenis Tugas Tambahan Wajib Mengajar Ekuivalens i Jabatan I Struktural 1. Kepala Sekolah 6 18 2. Wakil Kepala Sekolah 12 12 3. Kepala Perpustakaan 12 12 4. Kepala Laboratorium 12 12 5. Ketua Jurusan Program Keahlian 12 12 6. Kepala Bengkel 12 12 7. Dll 12 12 II Khusus 1. Pembimbing Praktek Kerja Industri 12 12 2. Kepala Unit Produksi 12 12 Catatan: 1. nilai minimal 2. tergantung jenis sekolah i. Beban Tatap Muka Jenis kegiatan guru yang dikategorikan tatap muka dan bukan tatap muka dicantumkan dalam Tabel 2.2. Dalam tabel tersebut juga dicantumkan ekuivalensi jam untuk kegiatan tatap muka selain kegiatan tatap muka di kelas Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. Tabel 2.2 Jenis Kegiatan Guru dan Beban Tatap Muka No Jenis Kegiatan Guru Kategori Ekuivalensi jam minggu Keterangan TM BTM 1 Merencanakan Pembelajaran V 2 2. Melaksanakan pembelajaran: a. Kegiatan awal tatap Muka V 2 b. Kegiatan tatap muka di kelas V c. Membuat resume tatap Muka V 2 3. Menilai hasil Pembelajaran a. Penilaian tes V b. Penilaian sikap V 2 Semua guru c. Penilaian karya V 2 Mata Pelajaran tertentu 4. Membimbing dan melatih a. Bimbingan pada tatap muka V b. Bimbingan intrakurikuler V c. Bimbingan ekstrakurikuler V 2 5. Melaksanakantugas tambahan a. Kepala sekolah 18 b. Wakil kepala sekolah 12 c. Kepala perpustakaan 12 d. Kepala laboratorium 12 e. Ketua jurusanprogram 12 f. Kepala bengkel 12 g. Pembimbing praktek kerja industri 12 Hanyadi SMK h. Kepala unit produksi 12 Hanya di SMK i. Tugas lain 6 Seuai kebutuhan sekola Catatan: TM = Tatap Muka BTM = Bukan Tatap Muka = beban kerja tidak dikalikan jumlah rombongan belajar j Kondisi Penyebab Kekurangan Jam Mengajar. Seorang guru tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sebanyak 24 dua puluh empat jam tatap muka per minggu disebabkan salah satu atau beberapa kondisi sebagai berikut Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, 2008. 1 Jumlah peserta didik dan rombongan belajar terlalu sedikit Jumlah peserta didik terlalu sedikit atau jumlah rombongan belajar juga sedikit, akan mengakibatkan jumlah jam tatap muka untuk mata pelajaran tertentu belum mencapai angka 24 jam per minggu. Agar jumlah beban mengajar mencapai 24 jam atau kelipatannya, dibutuhkan jumlah rombongan belajar yang memadai. 2 Jam pelajaran dalam kurikulum sedikit Jumlah jam pelajaran mata pelajaran tertentu dalam struktur kurikulum ada yang hanya 2 jam per minggu antara lain Bahasa asing lain, Sejarah, Agama, Penjas, Kesenian, Kewirausahaan, Muatan Lokal, Keterampilan, dan Pengembangan Diri mengakibatkan guru yang mengajar pelajaran tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban minimal 24 jam tatap muka per minggu. 3 Jumlah guru di satu sekolah untuk mata pelajaran tertentu terlalu banyak 4 Kondisi ini biasanya terjadi kerena kesalahan dalam proses rekruitmen atau karena perubahan beban mengajar guru dari 18 jam menjadi 24 jam pelajaran per minggu. Jumlah guru yang melebihi dari kebutuhan yang direncanakan, mengakibatkan ada guru yang tidak dapat mengajar 24 jam per minggu. 5 Sekolah pada daerah terpencil atau sekolah khusus. Sekolah yang berlokasi di daerah terpencil biasanya memiliki jumlah peserta didik yang sedikit. Kondisi ini terjadi karena populasi penduduk juga sedikit. Sekolah khusus yang karena kekhususan programnya, jumlah peserta didiknya sangat sedikit. Karena rombongan belajarnya sedikit, mengakibatkan guru mengajar tidak sampai 24 jam per minggu. Salah satu contoh adalah sekolah luar biasa, dimana jumlah muridnya memang sedikit. Contoh lain pada Program Keahlian Pedalangan di SMK. Animo terhadap program keahlian ini sangat sedikit, tapi memiliki nilai strategis melestarikan budaya seni tradisi. Animo pada program keahlian yang terkait dengan sektor pertanian pada daerah tertentu juga rendah. Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah dapat mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Hal ini dikarenakan untuk melatih siswa, membimbing siswa, menjadi kepala sekolah ataupun wakil kepala sekolah secara tidak langsung guru tersebut sudah mempersiapkan pengetahuan mereka. Berdasarkan uraian di atas, kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah dapat mempengaruhi implementasi kurikulum. Semakin banyak kesibukan guru di dalam kegaitan sekolah, semakin baik kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Sebaliknya, semakin sedikit kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, semakin tidak baikkemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. 4. Frekuensi Mengakses Internet Menurut kamus besar bahasa indonesia 1989: 283 Frekuensi diartikan sebagai kekerapan. Selain itu frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Kata akses memiliki dua arti Belani, 2011. 1. Pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan data. 2. Jalan masuk terusan Mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk memperoleh suatu kekuasaan. Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk Kartodihrjo, 2006: 30. Akses menurut KBBI 1990: 16 berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempatwilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki. Guru untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan harus sering mengakses internet. Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai arti hubungan computer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia jaringan computer global dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya. Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan komputer internet. http:belanimargi.blogspot.co.id201102mengakses-internet-dalam-bahasa.html Frekuensi mengakses internet bagi guru bermanfaat dalam memperoleh informasi tentang perubahan kurikulum dan cara mengimplementasikan permendikbud tersebut. Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan Jaringan internet. Semakin sering guru mengakses internet, maka semakin banyak informasi tentang implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 . Semakin jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi tentang implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. 5. Pangkat Golongan Guru a. Pengertian Pangkat Golongan Guru Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia 1989: 706, pangkat adalah tingkatan dalam kepegawaian ketentaraan dan sebagainya, kedudukan atau derajat kebangsawan dalam masyarakat. Golongan adalah kelompok KBBI, 1989: 326, sedangkan guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Pangkat golongan guru yang dimaksud adalah orang yang kerjanya mengajar berada pada kelompok tingkat kepegawain tertentu. Pengertian pangkat dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil PNS berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03VPB 2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksud jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh PNS. Tabel 2.3 Golongan, Jenjang Pangkat dan Jenjang Jabatan No Golongan Jenjang Pangkat Jenjang Jabatan 1. IIIa Penata Muda Guru Madya 2. IIIb Penata Muda Tk.I Guru Madya Tk.I 3. IIIc Penata Guru Dewasa 4. IIId Penata Tk.I Guru Dewasa Tk.I 5. IVa Pembina Guru Pembina 6. IVb Pembina Tk.I Guru Pembina Tk.I 7. IVc Pembina Utama Muda Guru Utama Muda 8. IVd Pembina Utama Madya Guru Utama Madya 9. IVe Pembina Utama Guru Utama b. Syarat Kenaikan Pangkat Golongan Guru PNS Menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu. Selain itu, syarat objektif untuk kenaikan pangkat golongan yaitu, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan golongan. Persyaratan guru untuk memperoleh penyesuaian jabatan fungsional guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 Tahun 2010, terdiri atas: 1 Memiliki pangkat dan golongan terakhir paling rendah penata muda, golongan IIIa, dan jabatan guru madya, 2 Memiliki penetapan angka kredit terakhir, 3 Masih aktif melaksanakan tugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, atau guru pembimbing. Pada persyaratan kedua di atas disebutkan seorang guru harus memiliki penetapan angka kredit terakhir, angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan danatau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. Dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03VPB 2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 menyatakan bahwa seorang guru wajib menyiapkan bahan penilaian kredit dan disampaikan kepada atasan langsung, dan dalam Pasal 3 menyatakan unsur kegiatan yang dinilai dalam memberikan angka kredit terdiri atas: a Unsur utama, yang terdiri atas: 1 Pendidikan; 2 Pembelajaranpembimbingan dan tugas tambahan danatau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolahmadrasah; 3 Pengembangan keprofesian berkelanjutan. b Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas guru, terdiri atas: 1 Memperoleh gelarijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya; 2 Memperoleh penghargaantanda jasa; 3 Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru, antara lain: a Membimbing siswa dalam praktik kerja nyatapraktik industriekstrakurikuler dan sejenisnya; b Menjadi anggota organisasi profesikepramukaan; c Menjadi tim penilai angkakredit; danatau d Menjadi tutorpelatihinstruktur. Kenaikan jabatan dan pangkat golongan seorang guru perlu didasari dengan profesionalisme sesuai dengan kompetensi prestasi kerjanya yang memenuhi angka kredit. Berdasarkan uraian di atas, pangkat golongan guru dapat memengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses, semakin tinggi pangkat golongan guru semakin tinggi kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Sebaliknya semakin rendah pangkat golongan guru semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 .

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh kepemimpinan, kedisiplinan, beban kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru, telah diteliti oleh Arifin. Dalam penelitiannya, Arifin menggunakan penelitian studi kasus dengan populasi guru- guru Yayasan Kyai Ageng Giri Mranggen Demak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh arifin menunjukkan bahwa kepemimpinan, kedisiplinan, beban kerja, dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Selanjutnya, Arifin menjelaskan bahwa indikator kelelahan menyelesaikan tugas dalam variabel beban kerja memperoleh nilai terendah 3,66 dibandingkan dengan indikator lainnya yang ada pada variabel lain. Arifin juga menjelaskan bahwa, untuk meringankan kelelahan dalam menyelesaikan tugas, guru harus mengerjakan pekerjaan secara tepat waktu. Perbedaan penelitian Arifin dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini terletak di Demak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Yogyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh arifin adalah kinerja guru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kesibukan guru dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. http:eprints.dinus.ac.id84801jurnal_11574.pdf 2. Pengaruh pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 20112012, telah diteliti oleh Sultoni. Dalam penelitiannya, Sultoni menggunakan penelitian ex post facto dengan populasi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa . Hasil penelitian yang dilakukan oleh sultoni menunjukkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 20112012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Pada siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah memengaruhi motivasi belajar, sehingga diharapkan informasi yang diperoleh mengenai pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah memengaruhi motivasi dijadikan sebagai masukan bagi pengambil keputusan. Perbedaan penelitian Sultoni dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini terletak di Pekalongan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Yogyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh Sultoni adalah pemanfaatan internet terhadap sumber belajar sedangkan, penelitian yang akan dilakukan adalah frekuensi mengakses internet dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Persamaan penelitian sultoni dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu ex post facto. Menurut persepsi siswa, pemanfaatan internet memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar. Siswa di SMA N 1 Wiradesa menggunakan internet untuk mencari informasi sumber belajar sejarah. Dengan menggunakan internet tersebut, guru akan mengatahui banyak hal mengenai sejarah. Dengan demikian, semakin tinggi pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah, semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Begitu juga dengan frekuensi mengakses internet pada guru, jika guru sering mengakses internet mencari informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses maka akan banyak pengetahuan yang guru tersebut dapatkan. http:lib.unnes.ac.id1902113101408030.pdf 3. Pengaruh massa kerja, pangkat golongan terhadap motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor SAR Pontianak, telah diteliti oleh Yasmin dan Suherman. Dalam penelitiannya, yasmin dan suherman menggunakan penelitian deskriptif dengan populasi PNS kantor SAR . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasmin dan Suherman menunjukkan massa kerja, pangkat golongan berpengaruh terhadap motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor SAR Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pangkat golongan dengan motivasi PNS. Perbedaan penelitian yasmin dan suherman dengan penelitian yang akan dilaukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini teretak di Pontianak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Ygyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh Yasmin dan Suherman adlah motivasi kerja, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kesibukan guru dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. http:openjurnal.unmuhpnk.ac.idindex.php?journal=jm_motivasipage=article op=viewpath5B5D=59path5B5D=pdf_13

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teoritik dan kajian penelitian di atas, objek yang telah diteliti dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengaruh Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat 1 mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, sertamelaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat 2 Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang- kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 satu minggu. Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah seperti membimbing ekstrakurikuler, melaksanakan tugas tambahan, melatih siswa, dll membutuhkan persiapan. Dengan persiapan tersebut secara tidak langsung guru sudah mempelajari implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Guru yang diberi tanggung jawab dengan banyak kegiatan di sekolah berarti guru tersebut sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami perubahan kurikulum. Diduga, Semakin sedikit kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah maka guru semakin kurang mampu

Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta 2017.

0 2 215

Pengaruh kreativitas, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, pangkat dan golongan ruang terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah.

0 0 2

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah.

0 1 177

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, kesibukan guru di luar kegiatan sekolah, dan status sekolah tempat guru mengajar terhadap minat melakukan penulisan karya ilmiah

1 6 175

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman diklat, dan frekuensi Mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

1 1 238

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246