Malaysia Singapura Jalur Suku Bunga .1 Indonesia

tidak konsisten. Hal ini berarti bahwa pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan residual yang bersifat Gaussian, yakni terbebas dari permasalahan autokedastisitas Gujarati,1997. Dalam penentuan lag optimal, kita memilih dengan kriteria yang mempunyai final prediction error correction FPE atau dari AIC,SIC,dan HQ yang paling kecil diantara berbagai lag yang diajukan. 4.4.3.1 Jalur Suku Bunga 4.4.3.1.1 Indonesia Pengujian penentuan lag optimal pada variabel jalur suku bunga di Indonesia ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Penentuan Lag Optimal pada Jalur Suku Bunga di Indonesia Lag LogL LR FPE AIC SC HQ -9.755581 NA 1.01e-05 2.682833 2.863694 2.568825 1 54.16267 58.10750 1.65e-08 -4.393212 -3.308043 -5.077259 2 1244.211 0.000000 NA -216.2202 -214.2307 -217.4743 indicates lag order selected by the criterion Sumber: Pengolahan data Berdasarkan tabel di atas, penentuan lag optimal pada jalur suku bunga dari setiap criteria menunjukkan lag yang berbeda satu dengan yang lain. Pada kriteria LR dan FPE optimal pada lag satu 1, sedangkan pada criteria AIC, SC, dan HQ optimal pada lag dua 2. Untuk menentukan lag yang paling optimal adalah denghan melihat nilai terendah dari setiap criteria LR,FPE,AIC,SC, dan HQ, Nilai terendah dari kriteria tersebut ditemukan bahwa lag yang optimal pada jalur suku bunga adalah berada pada lag dua 2.

4.4.3.1.2 Malaysia

Universitas Sumatera Utara Pengujian penentuan lag optimal pada variabel jalur suku bunga di Malaysia ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Penentuan Lag Optimal pada Jalur Suku Bunga di Malaysia Lag LogL LR FPE AIC SC HQ -47.96639 NA 0.010498 9.630253 9.811115 9.516245 1 51.73447 90.63715 2.57e-08 -3.951722 -2.866553 -4.635769 2 1232.906 0.000000 NA -214.1647 -212.1752 -215.4187 indicates lag order selected by the criterion Sumber: Pengolahan data Berdasarkan tabel di atas, penentuan lag optimal jalur suku bunga dari setiap kriteria menunjukkan lag yang berbeda satu dengan yang lain. Pada kriteria LR dan FPE menunjukkan pada lag satu 1, sedangkan pada kriteria AIC, SC, dan HQ berada pada lag dua 2. Untuk menentukan lag yang paling optimal adalah dengan melihat nilai terendah dari setiap criteria LR, FPE, AIC, SC, dan HQ. Nilai terendah dari criteria tersebut ditemukan bahwa lag yang optimal pada jalur suku bunga di Malaysia adalah berada pada lag dua 2.

4.4.3.1.3 Singapura

Pengujian penentuan lag optimal pada variabel jalur suku bunga di Singapura ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Penentuan Lag Optimal pada Jalur Suku Bunga di Singapura Lag LogL LR FPE AIC SC HQ -8.894432 NA 8.63e-06 2.526260 2.707122 2.412253 1 65.00114 67.17780 2.30e-09 -6.363844 -5.278675 -7.047891 2 1385.208 0.000000 NA -241.8560 -239.8665 -243.1101 indicates lag order selected by the criterion Sumber: Pengolahan data Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas, penentuan lag optimal pada jalur suku bunga di Singapura dari setiap kriteria menunjukkan lag yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pada criteria LR dan FPE menunjukkan pada lag satu 1, sedangkan pada kriteria AIC, SC, dan HQ berada lag dua 2. Untuk menentukan lag yang paling optimal adalah menilhat nilai terendah dari setiap criteria LR, FPE, AIC, SC, dan HQ. Nilai terendah dari kriteria tersebut ditemukan bahwa lag yang optimal pada jalur suku bunga di Singapura adalah lag dua 2. 4.4.3.2 Jalur Nilai Tukar 4.4.3.2.1 Indonesia