Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini berisi 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3Batasan masalah, 4 tujuan penelitian, 5 manfaat penelitian, 6 spesifikasi produk yang dikembangkan, dan 7 definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan untuk selalu berkembang dan pendidikan tidak ada habisnya. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 1 pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di perguruan tinggi. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hamalik 2003:36. Belajar merupakan proses manusia 2 untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar membuat manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan. Ilmu Pengetahuan Alam IPA pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang pasti dan nyata. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Depdiknas, 2006:161. Obyek dari IPA adalah benda-benda alam. Melalui observasi dan eksperimen pada benda-benda alam, dapat diketahui berbagai macam informasi seperti ciri-cirinya, sifat-sifatnya, manfaatnya, pengklasifikasiannya. Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya, sehingga pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengetahuan dipelajari dengan cara yang sama, yaitu dengan observasi dan eksperimen, sehingga siswa dapat menemukan sendiri informasi tentang yang sedang dipelajari. Dengan menemukan informasinya, maka pengetahuan siswa akan lebih baik dan bertahan lama. Selain dengan bertambahnya pengetahuan, siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis. Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi Fisher dan Scriven 2009: 10. Berpikir kritis penting untuk siswa, dengan berpikir kritis merupakan kemampuan sangat penting dalam 3 hidup terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar Hamalik 2003:18. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan aturan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada sekarang ini kurikulum yang digunakan di Negara Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya Mulyasa 2014:4. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada perserta didik Permendikbud, 2013. Di dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Depdisnas, 2003 menyebutkan sasaran pembelajaran berupa kompetensi kerja ilmiah yang antara lain menuntut kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan ilmiah, berkomunikasi ilmiah, menunjukkan kreativitas dalam memecahkan masalah, dan mampu bersikap ilmiah. Berdasarkan sasaran yang disebutkan untuk mencapainya dapat menggunakan eksperimen pada pembelajaran IPA di kelas. Dengan adanya eksperimen siswa akan lebih paham karena membuktikan dan 4 melakukan sendiri. Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran memerlukan media pendukung salah satunya adalah modul eksperimen yang berisi percobaan sederhana yang mendukung pembelajaran pada kurikulum 2013. Menggunakan eksperimen atau praktikum yang membuat siswa lebih aktif dan tidak hanya duduk diam mendengarkan. Pembelajaran IPA yang disampaikan dengan mengaktifkan siswa akan sangat membantu siswa dalam menerima pengetahuan baru, karena pembelajaran dilakukan dengan menarik tanpa membuat siswa malas atau bosan. Dengan demikian terlihat pembelajaran IPA dengan menggunakan eksperimen lebih efektif untuk dilakukan. Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan pada 9 Oktober 2014 di kelas IV SD Kanisisus Sengkan, guru saat memberikan materi pelajaran IPA sudah menggunakan media pembelajaran, yang berupa video. Dan pada hari sebelumnya guru telah memberikan tugas kepada siswa untuk mencari ciri-ciri khusus pada salah satu hewan. Guru membuat pembelajaran menjadi presentasi yang dilakukan oleh beberapa siswa saja. Dengan ketentuan siswa boleh bertanya kepada yang sedang presentasi dan yang presentasi boleh memberikan pertanyaan kepada temannya yang duduk memperhatikan. Wawancara pada guru dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2014, guru mengakui bahwa tidak melakukan semua praktikum yang ada pada buku paket Kurikulum 2013. Dan guru menyatakan bahwa sebenarnya siswa lebih semangat dan tertarik pada pembelajaran di kelas saat adanya praktikum. Guru juga menyebutkan jika ada praktikum harus ada pula segala sesuatu yang mendukung seperti alat praktikum, kelanjutan praktikum, dan modul 5 praktikum. Wawancara pada siswa yang dilakukan 21 Oktober 2014 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biasa sangat jarang dilakukan praktikum IPA. Siswa sangat antusias jika pembelajaran di kelas terdapat praktikum atau percobaan. Siswa beralasan dengan adanya praktikum mereka lebih paham dan semangat dalam belajar. Siswa juga menyampaikan bahwa untuk mendukung pembelajaran dengan praktikum dibutuhkan modul praktikum yang mendukung. Penyebaran angket yang dilakukan kepada siswa pada tanggal 22 Oktober 2014 tentang analisis kebutuhan siswa terhadap modul praktikum IPA. Berdasarkan pada kuesioner yang sudah disebar 20 siswa menjawab butuh dan 20 lagi menjawab sangat butuh. Maka hasil dari penyebaran kuesioner tersebut seluruh siswa yang berjumlah 40 anak menyatakan membutuhkan adanya modul praktikum untuk mendukung praktikum yang dilakukan pada pembelajaran di kelas. IPA memiliki obyek yang nyata serta ilmunya memiliki kepastian. Pembelajaran IPA dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang alam dengan membangkitkan semangat, antusias, minat, rasa senang dan rasa ingin tahu. Dengan demikian metode pembelajaran yang tepat digunakan adalah metode yang dapat membuat siswa aktif saat pembelajaran di kelas. Seorang pendidik harus memiliki konsep yang jelas dalam proses belajar mengajar di kelas karena dalam hal ini sebuah konsep yang jelas akan membuahkan hasil yang jelas pula di dalam kelas. Konsep yang jelas tersebut meliputi pemakaian model, bahan ajar yang dimaksud adalah modul dan 6 media pembelajran yang nantinya membantu siswa dalam mempelajari IPA. Prastowo 2012: 16 menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang dimaksud berupa tertulis dan tak tertulis, modul merupakan salah satu bahan ajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru. Berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara pada siswa, guru, kepala sekolah tentang pembelajaran di kelas mereka setuju bahwa praktikum adalah salah satu pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih mudah paham karena siswa melakukannya sendiri dan lebih senang saat pelajaran. Praktikum yang dilakukan harus memiliki pendukung salah satunya adalah modul praktikum, dengan adanya modul diharapkan pelaksanaan praktikum dapat dilakukan lebih baik. Modul praktikum juga dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis.

1.2 Rumusan Masalah