26
diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar; cakupan bahasan terfokus dan terukur; serta mementingkan aktivitas belajar pemakai Mohammad
dalam Prastowo 2013: 109-110. Untuk membuat sebuah modul yang baik, harus memperhatikan unsur-unsur utama yang harus ada dalam sebuah modul.
Berdasarkan dari pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi
materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri dan mudah dipahami oleh peserta didik.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen Kurikulum 2013 dan berpikir kritis siswa merupakan hal yang baru dan masih
sedikit yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian yang relevan. Berikut hasil penelitian relevan yang berhubungan dengan pengembangan modul dan
berpikir kritis siswa. Parmin
dan E.
Peniati 2012
melakukan Penelitian
tentang Pengembangan Modul Mata Kuliah Stratergi Belajar Mengajar IPA Berbasis
Hasil Penelitian Pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar melalui pemanfaatan hasil penelitian pembelajaran
IPA dalam bentuk modul dana mengetahui keefektifan berdasarkan hasil belajar dan respon mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode R D Research
and Development. Langkah-langkah yang ditempuh untuk pengembangan bahan ajar dalam penelitian sebagai berikut; 1. Analisis tujuan dan karakteristik isi Mata
27
Kuliah Strategi Belajar Mengajar, 2. Analisis sumber belajar dalam hal ini hasil- hasil penelitian pendidikan tentang pembelajaran IPA, 3. Analisis karakter
mahasiswa berdasarkan kondisi mahasiswa pada semester sebelumnya, 4. Menetapkan sasaran dan isi, 5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi
pembelajaran, 6. Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, 7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran dan, 8. Pengembangan prosedur pengukuran
hasil pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa mendapatkan nilai AB sampai dengan A sebanyak 17 orang atau 68 sedangkan semua mahasiswa
menyatakan tertarik menggunakan modul mahasiswa terbantu ketika mempelajari berbagai strategi belajar mengajar IPA.
F. Yuliawati, M. A. Rokhimawan, dan J. Suprihatiningrum 2013 melakukan penelitian Pengembangan Modul Pembelajaran Sains Berbasis
Integrasi Islam-Sains untuk Peserta Didik Difabel Netra MISD Kelas 5 Semester 2 Materi Pokok Bumi dan Alam Semesta. Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul pembelajaran sains Madrasah Ibtidaiyah untuk peserta didik difabel netra
berbasis integrasi Islam-sains yang memiliki karakter tertentu. Prosedur pengembangan produk dalam penelitian pengembangan ini mengadaptasi model
prosedur penelitian oleh Thiagarajan dan Semmel 1974. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisisan define, perancangan design,
pengembangan develop, dan penyebaran disseminate. Modul pembelajaran yang telah dikembangkan mendapatkan penilaian baik menurut ahli media,
28
pendidik SD dan SLB, dengan presentase keidealan 74,3. Modul yang dikembangkan menurut ahli adalah baik.
B. Hartati 2010 dengan penelitian Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek pada bidang yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian pengembangan ini
dilakukan melalui: identifikasi masalah, kajian teori alat peraga, identifikasi alat peraga yang ada, pembuatan alat peraga, ujicoba tahap 1, analisis alat, perbaikan
alat, ujicoba alat tahap 2, analisis hasil belajar. Data berpikir kritis diperoleh melalui lembar pengamatan. Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa
pengembangan alat peraga secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan uji t diperoleh = 5,389 dengan taraf signifikan 0,05. Kegiatan praktikum menggunakan alat peraga gaya gesek
hasil pengembangan secara nyata juga mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dari 65,24 menjadi 70,63. Penggunaan alat peraga gaya gesek yang efektif
berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, ternyata hasilnya jelas berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik.
P. Dwijananti dan D. Yulianti 2010 meneliti tentang Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based
Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada
matakuliah Fisika Lingkungan agar dapat berpartisipasi dalam pemencahan
29
masalah pencemaran lingkungan yang selama ini menjadi topik yang menarik untuk dapat dicari pemecahannya. Penelitian dilakukan dengan prosedur
penelitian tindakan kelas yaitu melalui tahap-tahap perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus. Jumlah siklus sesuai
dengan jumlah percobaan. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan pada model pembelajaran ini adalah:
mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi, menghipotesis, mengevaluasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan. Dengan rata-rata tiap siklus I, siklus II,
dan siklus III, berturut-turut: 63,10; 76,32; dan 79,80. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis seiring dengan meningkatnya jumlah siswa yang
termasuk kategori sangat kritis dan kritis dalam hierarki kategori kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan tinjauan penelitian yang relevan tersebut, pengembangan media pembelajaran berupa modul praktikum IPA belum banyak dikeembangkan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti masih relevan untuk mengembangkan dan memanfaatkan modul praktikum IPA di kelas IV SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. Peneliti berharap media pembelajaran berupa modul praktikum IPA dapat digunakan sebagai pendukung kurikulum 2013 khususnya kelas IV Tema 3
Peduli Terhadap Makhluk Hidup.
30
2.3 Desain Diagram Penelitian