Wawancara Data Analisis Kebutuhan

55 dengan bunglon. Guru kurang paham tentang perbedaan cicak dan bunglon sehingga guru menanyakan seputar bunglon kepada siswa yang ternyata di rumah memelihara bunglon. Siswa melanjutkan mencatat tentang kelelawar, dilanjutkan mencatat tentang beruang dan cumi-cumi. Lalu guru membagikan lembaran LKS dan siswa mengerjakan LKS tersebut hingga pukul 11.00. Berdasarkan observasi analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti, terlihat masih belum digunakannya praktikum yang seharusnya dapat dilakukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Selain hal tersebut, terlihat juga keterbatasan atau sedikitnya penggunaan sumber belajar lain yang digunakan guru maupun siswa. Guru juga kurang bisa dalam menjelaskan ciri-ciri secara lebih jelas atau lebih rinci kepada siswa.

4.2.2 Wawancara

Wawancara analisis kebutuhan guru dilakukan pada hari Jumat, 18 Oktober 2014 pukul 11.40 WIB. Wawancara dilakukan kepada Ibu Kiki Ulandari Agustina Fasak S.Pd selaku sebagai guru kelas IV A SD Kanisius Sengkan. Wawancara dilaksanakan dengan cara direkam rekaman suara, dicatat, dan pertanyaan wawancara dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam wawancara ini terdapat 12 pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada guru. Berkaitan dengan pendekatan saintifik guru menjawab bahwa pendekatan saintifik membuat siswa lebih sering berlatih dalam bernalar, saintifik juga mempermudah pemahaman siswa dalam memecahkan masalah pada materi pelajaran. Guru menyikapi pendekatan saintifik dengan membuat instrumen soal 56 yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Guru juga membiasakan pada siswa dengan sikap-sikap yang saintifik yaitu mengamati, mencoba, menalar, menggunakan metode ilmiah dan kegiatan lainnya yang termasuk dalam pendekatan saintifik. Guru mengalami kesulitan dalam penggunaan kurikulum 2013, kesulitan tersebut berupa pembelajaran yang menyangkut dengan pelajaran IPA, karena guru baru sekali dan belum berpengalaman banyak dalam mengajar IPA. Guru merasa kesulitan dengan praktikum-praktikum yang harus dilakukan untuk mendukung materi pembelajaran IPA. Selain itu guru juga merasa kesulitan ketika dalam pembelajaran terdapat bahasa-bahasa ilmiah yang masih asing. Guru belum terbiasa dengan cara penyampaian pembelajaran IPA dan ketika mengajar guru harus membaca atau terpaku pada buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran. jawaban guru mengenai pertanyaan kelima tentang cara mengatasi kesulitan ketika mengajar adalah dengan banyak membaca buku yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, mengerjakan soal-soal, mencari ide pembelajaran di internet. Terdapat praktikum IPA banyak pada buku paket tematik kurikulum 2013. Tetapi tidak semua praktikum IPA yang ada pada buku paket dilakukan guru pada pembelajaran. Guru beralasan tidak melakukan semua praktikum karena kekurangan waktu dalam menyelesaikan kegiatan pembelajaran sehari. Berkaitan dengan praktikum IPA, guru masih belum menggunakan modul praktikum untuk membantu kegiatan pemebelajaran. Materi yang paling sulit bagi guru untuk diajarkan kepada siswa adalah gaya dan materi tentang menjelaskan tentang 57 makhluk hidup. Cara mengatasi kesulitan tersebut dengan bertanya pada guru lain yang lebih paham dengan materi tersebut dan membaca dari buku ataupun sumber lain dari internet. Ketika peneliti bertanya tentang penggunaan modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013, guru sangat mendukung adanya modul praktikum, karena guru merasa butuh dan merasa terbantu dengan adanya modul saat melakukan praktikum. Menurut guru modul yang baik dan menarik adalah modul yang terdapat materi pelajaran, merangsang siswa membuat kesimpulan sendiri, terdapat laporan, modul dibuat berwarna tetapi tidak seluruhnya berwarna, cover dibuat semenarik mungkin agar siswa senang saat akan menggunakan modul tersebut. Wawancara analisis kebutuhan untuk kepala sekolah dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2014 pukul 08.30 WIB. Wawancara dilakukan kepada Ibu M. Sri Wartini selaku Kepala SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Berkaitan tentang pendapat ibu kepala sekolah tentang pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013. Beliau menjawab kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bagus, semuanya serba baru tetapi terkendala waktu yang mepet, sehingga persiapan untuk semuanya kurang. Pendekatan saintifik membuat siswa lebih mandiri, berani, mengembangkan keterampilan siswa. Kepala sekolah menyikapi pendekatan saintifik dengan semangat mengatakan, untuk pendekatan saintifik harus banyak- banyak berlatih. Di SD Kanisius Sengkan sendiri sebelum memulai tahun ajaran baru mengundang narasumber dan melakukan pelatihan tentang kurikulum 2013. Mengundang narasumber ahli untuk membangun dan mengajari guru tentang 58 materi dan segala sesuatu tentang kurikulum 2013, dengan kata lain dibangun sumber daya manusianya. Kepala sekolah menyebutkan bahwa beliau belum banyak komentar tentang buku paket karena belum memeriksa buku paket secara lebih lanjut. Menurut beliau, guru-guru memang mengalami kesulitan dalam pembelajaran karena kurikulum yang masih sangat baru. Tetapi dalam pembelajaran di kelas guru masih bisa menangani dengan sebaik mungkin. Banyak guru yang mengeluhkan mengalami kesulitan tentang penilaian, rapor siswa, dan data-data lainnya yang mendukung pembelajaran. Kepala sekolah menyebutkan untuk mangatasi kesulitan tersebut diadakannya belajar bersama, diskusi bersama, sehingga terdapat pembicaraan bersama dan dapat diatasi secara bersama pula. Tentang penggunaan modul sebagai pendukung pembelajaran, kepala sekolah menyatakan kurang tahu tentang penggunaan modul pada guru, karena kepala sekolah membebaskan guru untuk mendapatkan sumber referensi dari mana saja boleh untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Menurut kepala sekolah modul atau buku apapun dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran dengan kurikum 2013. Tak ada anggaran untuk terkait dengan pengadaan sumber belajar lain berupa modul dan praktikumnya. Pendapat kepala sekolah jika modul praktikum digunakan dalam pembelajaran. Beliau berpendapat bahwa semua proses dengan praktikum media membuat siswa lebih mengeri dan paham. Karena dengan praktikum siswa mencoba segala sesuatu sendiri dan memecahkan persoalan sendiri. Kepala 59 sekolah juga berpendapat bahwa jika pembelajaran dilakukan dengan hanya mendengarkan maka hanya sekitar 20 materi pelajaran yang dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Kriteria modul yang baik dan menarik menurut kepala sekolah adalah modul yang mudah dicari dan sesuai dengan materi yang ada. Modul yang berdasarkan pada kegiatan yang dilaksanakan pada kehidupan sehari- hari dan sesuai dengan usia siswa. Wawancara dilakukan pada 4 siswa kelas IV A SD Kanisius Sengkan. Wawancara dilakukan pada hari yang sama yaitu pada Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 08.30 WIB. Wawancara dilakukan secara bergantian. Dalam wawancara ini peneliti mengajukan 9 pertanyaan untuk siswa. Dalam wawancara ini pengumpulan data dilakukan dengan catatan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4 empat siswa yang diwawancarai adalah siswa yang dipilih oleh guru kelas. Siswa pertama yang peneliti wawancarai berinisial J, Menurutnya ada praktikum saat pembelajaran di kelas. J mengatakan bahwa ada LKS yang digunakan oleh gurunya. Dan sebagai jawaban pertanyaan selanjutnya J menjawab bahwa dia paham atas materi yang diajarkan oleh gurunya. Sumber belajar lain yang digunakan gurunya menurut J adalah LKS, Buku dengan judul Bupena, dan buku paket tematik yang didapat ari sekolah. Menurut J, dia butuh adanya modul praktikum, karena dapat membantu pembelajaran. modul yang menarik dipelajari menurut J adalah modul yang memiliki banyak gambar berwarna. Materi IPA yang membuat J kesulitan adalah materi tentang energi. 60 Masalah yang dihadapi J saat belajar, menurut dia sendiri adalah ketika belajar sering ribut sendiri ataupun dengan teman sebelahnya. Narasumber berikutnya adalah siswa perempuan yang berinisial S. Menurut S ada praktikum pada pembelajaran di kelas, bahkan kata S lumayan sering adanya praktikum. Pertanyaan tentang adanya penggunaan modul praktikum yang digunakan oleh guru, Silvia menjawab bahwa gurunya memnggunakan modul praktikum. S kadang dapat paham pada materi yang diajarkan tetapi kadang ada materi yang tidak dia pahami. Sepengetahuannya, guru S menggunakan sumber belajar dari buku paket tematik, Buku dengan judul Bupena, dan LKS. Silva menyatakan bahwa dia membutuhkan adanya modul praktikum, karena dengan adanya modul praktikum S manjadi lebih terbantu dalam belajar. Modul praktikum yang disukai S adalah modul yang lengkap isinya, berwarna dan bergambar. Materi yang sulit dipahami S adalah tentang sifat-sifat cahaya. Tidak terlalu suka dengan pelajaran IPA menjadi alasan S mengalami kesulitan saat belajar IPA. Siswa yang ketiga yang diwawancarai berinisial A. A menyatakan bahwa menurutnya guru kelas sering melakukan praktikum saat pembelajaran. A mengatakan bahwa gurunya memakai modul praktikum saat belajar. A merasa paham tentang materi yang selama ini diajarkan oleh gurunya. A tidak mengetahui sumber belajar apa saja yang digunakan oleh gurunya. Menurut A, dia butuh modul praktikum marena akan merasa terbantu saat praktikum dan belajar. Modul yang menarik menurut A adalah modul yang berwarna dan memiliki banyak tulisan. Materi yang sulit dipahami adalah tentang Bunyi. Dan masalah yang 61 dihadapi oleh A dalam belajar adalah susah paham materi tetapi dia juga menyatakan bahwa menyukai saat belajar dengan percobaan. Siswa yang keempat adalah laki-laki dan bernama Js. Js menyatakan bahwa ada praktikum pada pembelajaran IPA di kelas tetapi tidak sering. Menurut Js gurunya tidak memakai modul praktikum. Untuk materi IPA sendiri Js mengatakan hanya sedikit paham atas materi yang dipelajarinya di kelas. Sumber belajar yang digunakan oleh gurunya, Js menyebutkan buku paket tematik, Buku dnegan judul Bupena, dan LKS dengan judul Sains. Menurut Js, dia membutuhkan modul praktikum, karena dengan adanya modul praktikum dia merasa terbantu dalam belajar dan melakukan percobaan. Modul yang menari bagi dia adalah modul yang memiliki inti materi, percobaan mudah untuk dilakukan, berwarna, tulisannya besar, bergambar, dan banyak pengertian. Materi yang sulit dipahami Js adalah tentang Bunyi. Masalah yang dihadapi Js ketika belajar IPA adalah ketika materi tersebut belum pernah dia pelajari atau dengan kata lain materi baru. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada siswa, guru, dan kepala sekolah, peneliti melihat adanya keterbatasan penggunaan sumber belajar bagi guru dan siswa. Guru dan siswa masih mengalami kesulitan dalam beberapa materi pembelajaran IPA. Guru juga masih mengalami kesulitan-kesulitan saat melakukan praktikum IPA dan masih sangat jarang melakukan praktikum saat pembelajaran di kelas. 62

4.2.3 Kuesioner