Berdasarkan tabel 4.19 didiketahui variabel jaringan komunikasi yang memiliki pengaruh p 0,05 terhadap partisipasi keluarga dalam pengendalian DBD di
Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2011. Dalam pengendalian DBD di keluarga, perlu peran serta aktif keluarga, sehingga pembahasan-pembahasan dan
diskusi mengenai bagaimana cara pencegahan dan pengendalian DBD harus sering dilakukan. Terkadang karena kesibukan anggota keluarga menyebabkan waktu untuk
berkumpul menjadi sedikit untuk membicarakan masalah pentingnya pengendalian DBD.Jaringan komunikasi yang berbentuk bintang akan lebih efektif karena dapat
menyebarkan informasi secara menyeluruh terhadap anggota keluarga sehingga mampu memberi kepuasan terhadap anggota-anggota lain
Jaringan-jaringan yang terjadi dalam komunikasi antar pribadi di mana tak seorang pun secara sadar menentukan atau menggunakan titik kontak tertentu.
Namun, jaringan-jaringan itu muncul ketika para peserta secara bebas berinteraksi dengan setiap orang, dalam tingkat frekuensi dan intensitas yang berbeda. Beberapa
kajian telah menunjukkan bahwa sepanjang waktu jaringan-jaringan sesaat ini cenderung menjadi sumber informasi yang stabil dan dapat diandalkan. Bentuk
pertukaran informasi tak berbentuk lain adalah jenis transaksi dasar dalam jaringan ini seperti bergosip.
5.2.3. Kohesi Kelompok
Berdasarkan tabel 4.7 di ketahui bahwa persentase persentase kohesi kelompok terhadap partisipasi keluarga dalam pengendalian DBD di Kecamatan Payung Sekaki
tertinggi pada kohesi kelompok yang kurang baik, yaitu 53,7. Anggota keluarga
Universitas Sumatera Utara
penduduk Kecamatan Payung Sekaki seperti keluarga lainnya, lebih nyaman bersama keluarga sendiri. Perasaan kebersamaan ini menciptakan rasa nyaman, aman, terbuka
dan merasa ada tempat perlindungan. Setelah rasa ini terbentuk, maka akan sangat mudah terjadi pertukaran informasi antara masing-masing anggota keluarga, termasuk
pertukuran informasi tentang pencegahan penyakit menular. Kekuatan yang mendorong anggota kelompok keluarga untuk tetap tinggal
dalam kelompok dan melakukan pencegahan tindakan pengendalian DBD adalah kohesi kelompok. Dalam kohesi kelompok, jika anggota keluarga tidak merasa
anggota dalam rumah tangga itu, maka kemudian dia akan menjadi tidak perduli dengan apa yang terjadi di keluarganya. Untuk itu, pengendalian DBD juga tidak
akan berjalan efektif. Fakta di lapangan yang ditemui peneliti diketahui bahwa anggota keluarga
sebenarnya tertarik jika ada salah satu anggota keluarga yang lain membahas tentang upaya pengendalian DBD. Namun, keterbatasan waktu kepala keluarga sebagai
narasumber dalam membahas tentang upaya pengendalian DBD menyebabakan tidak terjadinya pembahasan mengenai pencegahan dan pengendalian DBD ini. Hal inilah
yang menyebabkan partsipasi keluarga menjadi kurang karena kurangnya informasi yang diperoleh mengenai pencegahan dan penaggulangan DBD.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan variabel dependen
partisipasi di Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru tahun 2011. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif
Universitas Sumatera Utara
kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas,
lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan
konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian Schachter,
1983.
5.2.4. Kepemimpinan