Pengendalian Demam Berdarah Dengue Upaya Pengendalian Demam Berdarah Dengue

tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Tempat-tempat penampungan wadah air di dalam atau di sekitar rumah tangga, rumah ibadah, bangunan pabrik, sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya, sperti drum, tangki, tempayang dan lain-lain. Biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari pemukiman penduduk tersebut. b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas yang dapat menampung air. c. Tempat penampungan air yang alamiah seperti pelepah daun, tempurung kelapa dan lain-lain Hindra. 2004.

2.5.6. Pengendalian Demam Berdarah Dengue

Pengendalian demam berdarah dengue adalah usaha pemberantasan DBD dengan memutuskan mata rantai penularan yang terdiri dari nyamuk Aedes Aegypti yang dilakukan oleh masyarakat khususnya keluarga dan pemerintah Depkes, 2005. Sebagaimana diketahui cara pengendalian dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor yaitu nyamuk penular Aedes Aegypti dan pemberantasan terhadap jentik-jentik, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virus belum tersedia. Cara yang dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN-DBD yang harus didukung oleh keluarga dan peran serta masyarakat. Apabila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh keluarga dan masyarakat maka populasi nyamuk Aedes Aegypti akan dapat ditekan serendah-rendahnya. Sehingga Universitas Sumatera Utara penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada keluarga dan masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan keluarga dan masyarakat Depkes RI, 2005.

2.5.7. Upaya Pengendalian Demam Berdarah Dengue

Menurut Hadinegoro 2005, menyatakan bahwa strategi dalam pengendalian DBD meliputi : 1. Fogging. Fogging dilakukan terhadap nyamuk dewasa dengan insektisida, mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan pada dinding rumah. Kegiatan fogging hanya dilakukan jika ditemukan penderitatersangka penderita DBD lain, atau sekurang- kurangnya ada 3 orang penderita tanpa sebab yang jelas dan ditemukannya jentik nyamuk Aedes Aegypti di lokasi. 2. Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui media massa, tempat ibadah, kader dan kelompok masyarakat lainnya. Kegiatan ini dilakukan setiap saat pada beberapa kesempatan. Selain penyuluhan kepada msyarakat luas, penyuluhan juga dilakukan secara individu melalui kegiatan Pemantauan Jentik Nyamuk. Universitas Sumatera Utara 3. Pemantauan jentik berkala Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 tiga bulan di rumah dan tempat- tempat umum. Diharapkan Angka Bebas Jentik ABJ setiap kelurahandesa dapat mencapai lebih dari 95 akan dapat menekan penyebaran DBD. 4. Penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD Cara yang tepat dalam pencegahan DBD adalah dengan melaksanakan PSN- DBD dapat dilakukan dengan cara lain: 1 Fisik, cara ini dikenal dengan “3M” yaitu: menguras dan menyikat bak mandi secara teratur seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air rumah tempayang, drum dan lain-lain, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas kaleng, ban dan lain-lain. Berdasarkan fakta ini: Depkes RI telah menetapkan program PSN DBD sebagai program prioritas dalam pencegaan dan pengendalian DBD di Indonesia. Sebagai landasan hukum pelaksanaan PSN DBD adalah Surat Keputusan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5811002 Tahun 1992 tentang PSN DBD dan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue POKJANAL, juga ditunjang dengan KEPMENKES 1457 Tahun 2003 tentang Standart Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian DBD di Indonesia hingga ke tingkat kabupatenkota bahkan sampai ke desa. Kegiatan PSN DBD saat ini dilaksanakan di Indonesia baik secara nasional maupun regional, antara lain gerakan 3M menguras, menutup, dan mengubur Universitas Sumatera Utara 2 Kimia, cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menaburkan bubuk abate atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat sehingga perlu menampung air hujan. Takaran : • Abate : 1 sendok makan peres ± 10 gram untuk 100 liter air. • Altosid : 1 sendok the peres ± 5 gram untuk 200 liter air. 3 Biologi, pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah dengan memelihara ikan pemakan jentik ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain. 2.5.8. Pengendalian Penularan Penyakit DBD di Dalam Keluarga Terutama dalam keadaan wabah, setiap keluarga diharapkan seyogyanya mampu melakukan pengendalian dan pencegahan penularan penyakit Demam Berdarah. Pengendalian DBD dalam hal ini adalah dengan melakukan upaya-upaya yang mampu menekan atau bahkan mengurangi jumlah kasus DBD di suatu daerah. Jadi, jangan menunggu datangnya penyemprot oleh petugas fogging dari Dinas Kesehatan. Dianjurkan setiap keluarga mengambil langkah-langkah pengamanan internal, antara lain yaitu : a. Gunakan obat racun serangga, boleh obat nyamuk bakar, oles, atau semprot, atur tidur pakai kelambu. Apalagi sudah tersedia kelambu yang sudah dibaluri obat racun serangga dan yang yang mulai dipopulerkan program PSN plus yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk disertai kegiatan lain seperti menggunakan obat Universitas Sumatera Utara nyamuk bakar, semprot, atau kelambu. Atau yang lebih sederhana menggunakan kipas angin agar aliran udara di dalam kamar tidur tetap ada. Bila aliran udara atau angin selalu mengalir, nyamuk Aedes aegyti si penular virus biasanya tidak tahan dan terbang keluar rumah berlindung di dedaunan pekarangan. b. Pakaian-pakaian yang bergantungan dibalik lemari atau dibalik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari. Nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan istirahat ditempat-tempat gelap dan kain tergantung seperti gorden apalagi bila berwarna gelap . c. Sebaliknya di dalam rumah tidak ada tempat penampungan air bersih, karena nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan air bersih untuk meletakkan telurnya. Bak penampungan air dikamar mandi dianjurkan tidak terlalu besar, cukup ukuran 50 x 60 x 90 c agar ar daam bak selalu teranggu dan boleh dikatakan diganti 2 atau 3 kali sehari, sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak berkesempatan meletakkan telurnya pada dinding bak penampungan air. d. Kalau ada taburkan bubuk Abate ke dalam bak penampungan air untuk mematikan jentik nyamuk. Bubuk Abate tidak merusak dinding bak penampungan air meskipun terbuat dari bahan logam. Apalagi terbuat dari semen atau plastik. Abate aman. Meskipun pada bak penampungan air minum aman untuk diminum. e. Barang-barang bekas sekitar rumah seperti : kaleng bekas oli, kantong plastik, ban bekas dan aki bekas yang bisa menampung air hujan harus disingkirkan agar tidak menjadi tempat nyamuk bertelur Depkes RI, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.6. Landasan Teori