Jaringan Komunikasi Pengaruh Faktor Situasional terhadap Partisipasi Keluarga 1. Ukuran Keluarga

Hubungan antara ukuran kelompok dengan kerja sama kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing- masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang. Ukuran keluarga yang besar membuat peluang penyebaran informasi mengenai pemberantasan DBD dalam keluarga menjadi semakin kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya anggota keluarga, sehingga penyampaian informasi menjadi semakin sulit. Oleh karena ukuran keluarga yang besar dan jaringan komunikasi yang tidak baik mengakibatkan kerja sama dalam keluarga dalam pengendalian DBD pun menjadi tidak baik. Partisipasi keluarga dalam pengendalian DBD akhirnya tidak berjalan baik dan berakhir dengan semakin tingginya angka kejadian DBD.

5.2.2. Jaringan Komunikasi

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa persentase persentase jaringan komunikasi terhadap partisipasi keluarga dalam pengendalian DBD di Kecamatan Payung Sekaki tertinggi pada jaringan komunikasi yang baik, yaitu 55,2. Umumnya Universitas Sumatera Utara keluarga di Kecamatan Payung Sekaki memiliki banyak waktu untuk berbagi cerita dan berkomunikasi satu sama lain. Bahkan, dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan keluarga, termasuk pemberantasan penyakit menular seperti DBD. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara jaringan komunikasi dengan variabel dependen partisipasi di Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru tahun 2011. Istilah jaringan komunikasi menyatakan suatu sistem yang menyalurkan informasi diantara anggota sebuah kelompok. Jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai satu dari dua jenis utama, informal atau formal. Jaringan informal sering kali disebut sebagai jaringan komunikasi sesaat. Pola komunikasi yang terjadi antara anggota keluarga yang dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam kelarga untuk memecahkan pemasalahan dalam pengendalian DBD disebut dengan jaringan komunikasi. Jika terjadi komunikasi yang tidak baik antara anggota keluarga, maka memungkinkan terjadinya pemutusan informasi, misalnya saat terjadi konflik antar anggota keluarga. Fakta dilapangan yang diperoleh peneliti bahwa mayoritas kepala keluarga adalah pekerja swasta. Mereka lebih banyak banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga menjadi lebih singkat. Hal inilah yang menyebabkan komunikasi tentang pencegahan dan pengendalian DBD tidak tercapai dengan baik. Selanjutnya akan menyebabkan partisipasi menjadi kurang dalam pencegahan dan pengendalian DBD. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.19 didiketahui variabel jaringan komunikasi yang memiliki pengaruh p 0,05 terhadap partisipasi keluarga dalam pengendalian DBD di Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2011. Dalam pengendalian DBD di keluarga, perlu peran serta aktif keluarga, sehingga pembahasan-pembahasan dan diskusi mengenai bagaimana cara pencegahan dan pengendalian DBD harus sering dilakukan. Terkadang karena kesibukan anggota keluarga menyebabkan waktu untuk berkumpul menjadi sedikit untuk membicarakan masalah pentingnya pengendalian DBD.Jaringan komunikasi yang berbentuk bintang akan lebih efektif karena dapat menyebarkan informasi secara menyeluruh terhadap anggota keluarga sehingga mampu memberi kepuasan terhadap anggota-anggota lain Jaringan-jaringan yang terjadi dalam komunikasi antar pribadi di mana tak seorang pun secara sadar menentukan atau menggunakan titik kontak tertentu. Namun, jaringan-jaringan itu muncul ketika para peserta secara bebas berinteraksi dengan setiap orang, dalam tingkat frekuensi dan intensitas yang berbeda. Beberapa kajian telah menunjukkan bahwa sepanjang waktu jaringan-jaringan sesaat ini cenderung menjadi sumber informasi yang stabil dan dapat diandalkan. Bentuk pertukaran informasi tak berbentuk lain adalah jenis transaksi dasar dalam jaringan ini seperti bergosip.

5.2.3. Kohesi Kelompok