DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Nilai Siswa Pra Penelitian 84 Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian 85 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Siklus I 87 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Siklus II 92 Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 96 Lampiran 6 Uji Validitas 100 Lampiran 7 Uji Reliabilitas 102 Lampiran 8 Uji Taraf Kesukaran 104 Lampiran 9 Uji Daya Beda 106 Lampiran 10 Kisi-kisi 108 Lampiran 11 Tes Akhir Siklus I 110 Lampiran 12 Tes Akhir Siklus II 113 Lampiran 13 Pedoman Penilaian Observasi Siswa 115 Lampiran 14 Lembar Observasi Siswa 118 Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Kelompok 125 Lampiran 16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I 135 Lampiran 17 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II 136 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam peranannya di masa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta pendidikan yang benar- benar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam sistem pendidikan nasional, fungsi dan tujuan pendidikan telah ditentukan dalam UU RI Bab II pasal 3 dan 4 tahun 2003 sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 1 Dalam menempuh proses pendidikan di sekolah, siswa wajib mengikuti beberapa mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti siswa adalah matematika, karena matematika adalah dasar dari beberapa mata pelajaran yang ada di sekolah baik dari dasar, menengah, atas maupun di 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab II pasal 3 dan 4, Jakarta: Sinar Grafika perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, sehingga menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hasil belajar matematika siswa, baik secara klasikal maupun individual belum menggembirakan. Dalam pembelajaran matematika belum bermakna di dalam benak siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep matematika sangat lemah. Kemampuan belajar setiap siswa berbeda-beda baik dari pengetahuan kognitif, keterampilan motorik, kecakapan intelektual, informasi verbal dan sikap. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain metode pembelajaran, sarana belajar, lingkungan belajar, dan lain-lain. Hal ini mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa dan dalam kegiatan pembelajaran guru bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada penelitian pendahuluan, menunjukkan bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Siswa cenderung belajar pasif sehingga ketercapaian rata-rata hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan ini disebabkan sifat abstrak matematika dan siswa cenderung diajar untuk menghafal konsep dan prinsip matematika tanpa disertai pemahaman yang baik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, siswa belum memahami betul konsep pada materi bilangan pecahan. Hal ini bisa dilihat saat siswa merasa bingung dan keliru dalam mengerjakan soal yang diberikan guru, misalnya + = , sedangkan pada konteks yang benar adalah + = + = . Tetapi pada praktiknya guru hanya memberi penjelasan berupa rumus penjumlahan kepada siswa untuk terlebih dahulu menyamakan penyebut bilangan pecahan kemudian menjumlahkannya. Siswa beranggapan penjumlahan pada bilangan pecahan sama halnya dengan menjumlahkan bilangan biasa tanpa memahami konsep bilangan pecahan. Akhirnya dengan ketidakfahaman siswa tentang materi bilangan pecahan ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan. Padahal banyak aspek matematika yang berkaitan dengan konsep dan operasi bilangan pecahan yang diperlukan dalam kehidupan nyata maupun dalam pendidikan formal, oleh sebab itu konsep materi bilangan pecahan penting untuk dikuasai siswa. Khususnya pada bahasan bilangan pecahan siswa di kelas III B memperoleh nilai rata-rata terendah dibanding kelas lainnya. Hal ini disebabkan selain faktor dari diri siswa sendiri juga karena faktor guru dalam mengajar. Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh guru kelas yang kurang kreatif dalam menggunakan media pembelajaran di kelas. Guru kelas tersebut hanya memberikan demonstrasi, langsung dengan menggunakan rumus penjumlahan pecahan pada soal-soal penjumlahan pecahan tanpa menggunakan benda nyata dan media yang menarik sebagai media pembelajaran, karena dengan benda nyata dianggap menyita banyak waktu dalam proses pembelajaran yang terjadi. Setelah memberikan demonstrasi, siswa langsung diberikan tugas sehingga siswa kurang dilibatkan dalam setiap pembelajaran yang berlangsung dan akhirnya siswa hanya diberikan rumus yang harus dihafal dan diuji cobakan pada soal-soal latihan. Sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengungkapkan kreativitasnya di dalam menemukan pengetahuan baru yang dialami. Pada praktiknya dalam pembelajaran bilangan pecahan guru lebih sering memberikan penjelaskan langsung dari pada menggunakan media. Sekalipun guru melakukan praktik itupun dilakukan menggunakan media yang sangat sederhana berupa kertas yang dilipat kemudian gunting untuk memotong. Padahal dengan menggunakan media ini saja siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, terlebih jika menggunakan media pembelajaran yang nyata dan menarik. Dengan ini pembelajaran menggunakan kontekstual akan lebih efektif dengan disertai media pembelajaran yang mendukung dan kreatif sehingga akan menambah semangat siswa dalam belajar dan memahami konsep bilangan pecahan. Pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Al-Zahra Indonesia ini menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam penyampaian materi kepada siswa. Sehingga siswa merasa terbebani karena mereka tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep materi pembelajaran matematika tetapi juga dituntut untuk memahami setiap kata petunjuk maupun soal yang terdapat dalam latihan matematika yang menggunakan konteks penulisan dalam Bahsa Inggris. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya sebatas pada akumulasi pengetahuan yang berupa seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah yang siap untuk ditransfer dari guru kepada siswa. Selain itu guru cenderung menggunakan pola pembelajaran yang masih bersifat tekstual. Siswa secara pasif menerima rumus-rumus dari hasil membaca, mendengar, mencatat, dan menghafal tanpa memberikan kontribusi berupa ide-ide atau gagasan sehingga proses pembelajaran cenderung terpaku pada guru dan materi pembelajaran. Hal ini mengakibatkan esensi dari materi yang dipelajari siswa itu sendiri menjadi kurang bermakna. Siswa kurang dapat mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata dan merasa kesulitan ketika menemukan dan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk diperbaiki dan kondisi itu tidak hanya disebabkan oleh kesulitan yang bersumber dari diri siswa, misalnya cara sajian pelajaran atau suasana pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pembaharuan atau perbaikan pembelajaran karena kegiatan pembelajaran merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Selain itu pembelajaran yang diterapkan haruslah pula dapat mengajarkan mereka untuk dapat mengaplikasikan suatu konsep atau pengetahuan yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menggeser peras siswa dari sekedar penerima pasif menuju kepada pencarian aktif suatu pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara bermakna. Salah satu pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe TGTdalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat

0 34 81

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Dukuhwaru 01 pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pembentukan Pembelajaran Tutor Sebaya

0 12 127

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 01 Dukuhwaru Kabupaten Tegal Dalam Pokok Bahasan Operasi Pada Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Diskusi Kelompok

2 17 96

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN (PTK SD Negeri Pabelan III Sukoharjo).

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 2 33

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Dukuhwaru 01 pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pembentukan Pembelajaran Tutor Sebaya.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III SD NEGERI KYAI MOJO YOGYAKARTA.

5 23 150

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SD N UJUNG-UJUNG 03 TAHUN 2017/2018

0 0 5

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23