c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. Applying merupakan belajar
dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi baru yang diperoleh siswa dapat digunakan dalam berbagai situasi yang dia hadapi, baik situasi yang
mudah maupun yang sulit.
10
d. Cooperating
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. Dalam
proses pembelajaran pastinya setiap siswa akan mengahadapi persoalan yang berbeda. Untuk menyelesaikan masalah yang ada, khususnya masalah yang
melibatkan situasi yang realistis yang tidak dapat diselesaikan secara individu sebaiknya siswa dapat bekerja sama dengan temannya secara berkelompok.
e. Transferring
Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Transferring merupakan belajar menekankan
pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan konsisi lain.
11
Dalam pembelajaran kontekstual, strategi ini mengarahkan agar siswa dalam belajar dapat menghubungkannya dengan konteks nyata sehingga siswa
dapat mengalaminya sendiri. Siswa juga menjadi tidak bergantung hanya kepada penjelasan guru melainkan dapat menemukan sendiri solusi dalam memecahkan
permasalahan yang berhubungan dengan pelajaran. Pada bidang matematika kita mengenal keterampilan berpikir matematika
yang erat kaitannya dengan daya matematika mathematical power yang mempunyai makna kemampuan atau kekuatan yang berkaitan dengan karakteristik
10
Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Jakarta: PIC UIN, 2007, Cet. 1, h. 126
11
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ke 2, h. 18
matematika. Berbicara tentang karakteristik matematika, masing-masing orang akan memberikan penafsiran yang berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan
pengalaman masing-masing. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif yang berarti sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis
dan aksiomatik yang mungkin diawali dengan proses induktif meliputi penyusunan konjektur, model matematika, analogi, dan generalisasi, melalui pengamatan
terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya matematika dikenal sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis yang artinya konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis, mulai dari konsep yang paling kompleks.
12
Walaupun tidak ada definisi tunggal tentang pengertian matematika, akan tetapi ada karakteristik khusus yang terdapat pada pengertian matematika itu
sendiri. Beberapa karakterisktik matematika adalah sebagai berikut.
13
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir dedukatif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memerhatikan semesta pembicaraan universal
f. Konsisten dalam sistemnya
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya lebih
menekankan pada proses belajar dimana siswa mampu memahami konsep pembelajaran yang merupakan hasil temuannya sendiri serta mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam konsep pembelajaran kontekstual ini guru
dapat menghadirkan konsep yang berhubungan dengan dunia nyata. Dalam pembelajaran matematika pembelajaran kontekstual ini merupakan proses
pembelajaran yang cocok dikarenakan matematika memiliki sifat yang abstrak.
12
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika PSPM, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 39
13
Ibid, Ali Hamzah dan Muhlisrarini, h. 92.
Siswa dapat mencari kebenarannya sendiri terkait materi pelajaran yang dipelajarinya serta menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya questioning, masyarakat belajar learning community, pemodelan
modelling, refleksi, dan penilaian autentik authentic assesment.
14
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman.
15
Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” dan bukan “menerima”
pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi maupun dialektika berpikir Thesa-Antithesa-Sinthesa.
16
b. Inkuiri
Inkuiri menekankan bahwa proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
17
Belajar penemuan melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk
mendapatkan pengetahuan lama. Pengetahuan ini bukanlah sejumlah fakta dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
c. Masyarakat Belajar
Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan
orang lain.
18
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh
14
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1, h. 85
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. Ke-8, h. 264
16
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 85
17
Ibid, Wina Sanjaya, h. 265
18
Opcit., Wina Sanjaya, h. 267
dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar anggota masyarakat. Essensi masyarakat belajar adalah bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui
kerjasama dengan orang lain. d.
Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari kegiatan bertanya.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, pendidik tidak menyampaikan informasi begitu saja akan tetapi memancing siswa agar dapat menemukan
sendiri makna dari materi yang dipelajarinya dan kemudian menanyakannya jika tidak mengerti. Kegiatan bertanya sangat penting untuk menggali
informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui. Dalam pembelajaran, bertanya dapat
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memiliki kemampuan berpikir siswa.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
19
1 Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2 Mengecek pemahamn siswa
3 Membangkitkan respons kepada siswa
4 Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5 Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6 Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7 Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8 Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
e. Pemodelan
Pemodelan adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang
diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual pendidik bukanlah satu-satunya model. Model itu bisa berupa benda, caraprosedur kerja atau yang lain yang
bisa ditiru oleh siswa.
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana, 2009, h. 115
f. Refleksi
Refleksi adalah melihat atau merespon kembali suatu kejadian, kegiatan serta pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah
diketahui dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan tindakan penyempurnaan.
g. Penilaian yang Sebenarnya
Authentic Assesment merupakan suatu prosedur penilaian yang menuntut siswa benar-benar menunjukkan kemampuannya. Penilaian dilakukan di
sepanjang proses pembelajaran sehingga authentic assesment juga dapat memberikan gambaran perkembangan kemajuan belajar.
Prinsip dasar dalam pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang
telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan
pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut.
20
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
siswa. b.
Membentuk mental belajar yang saling tergantung Independent Learning Groups.
c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri self
regulated leraning. d.
Mempertimbangkan keragaman siswa diversity of students. e.
Memerhatikan multi intelegensi multiple intelegences siswa. f.
Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
g. Menerapkan penilaian autentik authentic assessment.
20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 303.
3. Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kewajiban setiap umat manusia. Belajar merupakan proses mencari tahu dari yang belum diketahui ataupun memahami dari yang belum
dipahami. Setiap orang akan mengalami belajar baik secara sengaja maupun tidak sengaja, tanpa mengenal ruang dan waktu, juga tanpa mengenal batas usia.
Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan
perilaku.
21
Proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan
yang memiliki makna bagi subjek didik.
22
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan relative permanen dan perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan- perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Proses belajar tidak hanya terjadi
karena adanya interaksi siswa dengan guru, hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.
23
Pada hakikatnya belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang
belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan sekedar adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.
24
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan
21
Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010, h. 3
22
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 21
23
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 320
24
Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010, h. 5