Data dan Sumber Data Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. 3 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur realiabilitas suatu tes dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu: 4                 2 2 11 1 1 t i n n r   Dengan Keterangan: 11 r : Koefisien reliabeilitas tes n : Banyaknya butir pernyataan yang valid 1 : Bilangan konstanta 2 i   : Jumlah varians skor tiap-tiap item 2 t  : Varians total Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut: 5 0,81 – 1,00 = sangat tinggi 0,61 – 0,80 = tinggi 0,41 – 0,60 = cukup 0,21 – 0,40 = rendah 0,00 – 0,20 = sangat rendah Berdasarkan hasil pengujian validitas diperoleh 6 soal yang valid, butir soal yang valid ini kemudian diuji relibilitasnya. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus I dari 6 butir soal diperoleh nilai 11 r =0,77 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai 11 r =0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang. 3 Ahmad Sopyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 104. 4 Suharsini Arikunto, Dasar –dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet.11, h. 109. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. Ke-3, h. 257   n n X X     2 2 2  3. Taraf Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bermutu atau tidaknya suatu butir-butir tes yang digunakan. Indeks kesukaran butir soal ditentukan dengan rumus: 6 P = ∑ Keterangan: P : Tingkat kesukaran ∑ : Jumlah peserta didik yang menjawab benar N : Jumlah peserta didik Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan criteria sebagai berikut: 7 P 0,70 = mudah 0,30 ≤ P ≤ 0,70 = sedang P 0,30 = sukar Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria mudah adalah soal bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria sedang adalah soal bernomor 6. Pada siklus II uji taraf kesukaran butir soal yang dilakukan dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria mudah adalah soal bernomor 1, 2, 4, 6, dan 7, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria sedang adalah soal bernomor 3 dan 5. 4. Daya Pembeda Uji daya bedakan ditentukan dengan rumus: ⁄ 6 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-3, h. 272 7 Ibid, Zainal Arifin, h. 272 Keterangan : DP : Daya pembeda soal S A : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah S B : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah n : Banyaknya siswa kelompok atas dan kelompok bawah Skor maks : Skor maksimal soal yang bersangkutan. Untuk mengetahui penilaian daya pembeda tiap-tiap soal, indeks diskriminan menurut Russefendi diklasifikasikan sebagai berikut: 8 0,40 and up : Very good items Sangat baik 0,30 – 0,39 : Reasonably good, but possibly subject to improvement Cukup baik 0,20 – 0,29 : Marginal items, usually needing and being subject to improvement Cukup Below 0,19 : Poor items, to be rejected or improved by revision Jelek, dibuang atau dirombak Berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup dan jelek. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup adalah soal yang bernomor 1, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria jelek adalah soal yang bernomor 2 dan 7. Pada siklus II hasil uji daya beda soal yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria cukup baik, cukup, dan jelek. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup baik adalah soal yang bernomor 7, nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup adalah soal yang bernomor 3, 4, dan 6, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria jelek adalah soal yang bernomor 1, 2, dan 5. 8 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-3, h. 274 Hasil validitas instrumen soal pada siklus I yang dilakukan menghasilkan 6 butir soal yang valid dari 7 butir soal yang diujikan, begitu pula hasil validitas soal pada siklus II yang dilakukan menghasilkan 6 butir soal yang valid dari 7 butir soal yang diujikan. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus I dari 6 butir soal diperoleh nilai 11 r = 0,77 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai 11 r = 0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang. Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal pada siklus I yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang, sedangkan pada siklus II uji taraf kesukaran butir soal yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang pula. Serta berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup dan jelek, pada siklus II hasil uji daya beda soal yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria cukup baik, cukup, dan jelek.

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data

Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut. Berdasarkan data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil kerja siswa, hasil observasi, dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa yang diubah menjadi kalimat bermakna dan alamiah. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu suatu teknik analisis yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan dari hasil tes kemampuan menyelesaikan soal matematika yang berupa uraian. Kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa adalah adanya peningkatan hasil belajar matematika yang terlihat dari hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana, rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 . Data penelitian yang telah terkumpul berupa hasil belajar mengenai bilangan pecahan, dapat dianalisis dengan menggunakan rumus: Indikator keberhasilan = x 100 Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan data yang telah terkumpul, menyajikan data ke dalam bentuk table atau diagram untuk kemudian dapat diperoleh sebuah kesimpulan yang bersifat ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga berdasarkan kesimpulan tersebut dapat ditentukan mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan. Apakah kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau kegiatan penelitian dihentikan karena tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa mengenai bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual telah tercapai sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Tindakan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis pada siklus yang telah dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan yang terjadi, selanjutnya disusun strategi-strategi dalam upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila dalam pelaksanaan siklus pertama telah selesai namun ternyata hasil yang diharapkan belum memenuhi kriteria seperti yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan, maka akan ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan berikutnya sebagai rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap perencaan tindakan, identifikasi masalah yang dijumpai pada siklus yang telah dilaksanakan kemudian memperbaiki tindakan dan perencanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pada tahap pelaksanaan tindakan, disesuaikan dengan RPP yang sudah disusun peneliti dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada bahasan bilangan pecahan. Selanjutnya pada tahap observasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat. Serta pada tahap refleksi dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil penelitian untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan menghasilkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Kegiatan ini akan berakhir apabila penelitian telah berhasil menguji penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan. Dengan kata lain, penilaian terhadap hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan meningkat dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. 46

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan

Data penelitian diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, khususnya untuk siswa kelas III yang terdiri dari 22 orang siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, pada siklus pertama terdiri dari 4 kali pertemuan ditambah 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus dan pada siklus kedua terdiri dari 3 kali pertemuan ditambah 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Alokasi waktu dalam penelitian ini adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Pelaksanaan tiap siklusnya melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian ini berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan melalui model pembelajaran kontekstual.

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 4 pertemuan. Pertemuan pertama sampai keempat peneliti memberikan pembelajaran materi mengenal pecahan sederhana dan membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, dan pada pertemuan kelima peneliti akan memberikan tes akhir siklus I kepada siswa. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut.

a. Pelaksanaan Pembelajaran

1 Pertemuan pertama Senin, 1 September 2014 Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul 07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe TGTdalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat

0 34 81

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Dukuhwaru 01 pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pembentukan Pembelajaran Tutor Sebaya

0 12 127

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 01 Dukuhwaru Kabupaten Tegal Dalam Pokok Bahasan Operasi Pada Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Diskusi Kelompok

2 17 96

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN (PTK SD Negeri Pabelan III Sukoharjo).

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 2 33

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Dukuhwaru 01 pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pembentukan Pembelajaran Tutor Sebaya.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III SD NEGERI KYAI MOJO YOGYAKARTA.

5 23 150

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SD N UJUNG-UJUNG 03 TAHUN 2017/2018

0 0 5

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23