Medan Boutique Hotel: Contextual Architecture

(1)

Medan Boutique Hotel

( CONTEXTUAL ARCHITECTURE )

LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

DIAN 060406022

D E P AR T E M E N AR S I T E K T U R F AK U L T AS T E K N I K

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2 0 1 0


(2)

Medan Boutique Hotel

( CONTEXTUAL ARCHITECTURE )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh : DIAN 06 0406 022

DE PAR T EM EN AR SIT EK T UR FAK U LT AS T EK N IK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 201 0


(3)

Medan Boutique Hotel

( CONTEXTUAL ARCHITECTURE )

Oleh : DIAN 06 0406 022

Medan, 18 Juni 2010

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 1963 0716 1998 02 1001

Ir. Rudolf Sitorus, MLA

Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D


(4)

SUR AT H ASIL PE NIL AI A N PR OY EK AK HIR ( SH P2 A )

N am a : D i an

N IM : 06 04 06 022

J udul Pr oyek A khir : M ed an B out iqu e H ot el

T em a Pr oy ek Ak hir : C ont ext u al Arc h it ec tur e

R ek apit ul as i N il ai :

N il ai A B+ B C + C D E

D eng an in i m ah as is w a b ers an gk ut an d in yat ak an :

N o St atus

W aktu P en gu mp ul an

L ap or an

P ar af P em bi mbi ng I

P ar af P em bi mbi ng II

K oor din at or T G A - 490

1 L u l u s L a n g s u n g 2 L u l u s Me l e n g ka p i 3 Pe r b a i ka n T a n p a

Si d a n g

4 Pe r b a i ka n D e n g a n Si d a n g

5 T i d a k L u l u s

M ed an , 1 8 J u ni 201 0

K etu a D ep art em en Ars it ektur K oor din at or T G A – 4 90

_

Ir. D wi L in d art o H adi nu gr oh o , MT Ir. D wi Li nd art o H ad in ugr oh o, MT

_


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang berjudul “Medan Boutique Hotel“. Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi proyek , elaborasi tema , analisa dan konsep dari perancangan bangunan “Medan Boutique Hotel“ ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pembimbing tugas akhir bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA. dan kepada ibu Beny

O.Y.Marpaung, ST, MT, Ph.D. atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi dan masukan-masukan bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada :

• Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT selaku dosen penguji dan ibu Salmina Wati Ginting , ST ,

MT selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan yang berguna dalam pengembangan rancangan bangunan ini.

• Orang tua saya tercinta, ayahanda Jamin Kusuma dan ibunda Rusmawati Purwatan atas

segala doa, support, kesabaran dan segala pengorbanan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

• Adik saya tesayang, Wira Kusuma dan paman saya yang memberikan motivasi serta

dukungannya.

• Semua teman- teman stambuk 2006 dan teman-teman Studio Tugas Akhir Semester B

TA 2009/2010, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara serta teman-teman terdekat saya, Vera, Putrisia, Suwanti, Ivana, Juandy, Berlianto, terima kasih atas dukungan, pendapat, waktu dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir yang disusun mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 18 Juni 2010 Hormat saya,

Dian Kusuma NIM 060406022


(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Proyek ... 4

1.3. Perumusan Masalah dan Batasan Proyek ... 4

1.4. Lingkup Bahasan Proyek ... 5

1.5 Pendekatan... 5

1.6. Asumsi-asumsi ... 5

1.7. Kerangka Berpikir ... 7

1.8. Sistematika Laporan ... 8

BAB II. DESKRIPSI PROYEK 2.1. Judul dan Pengertian “Medan Boutique Hotel” ... 9

2.2. Tinjauan Umum... 9

2.2.1. Sejarah Perkembangan Hotel ... 10

2.2.1.1. Sejarah Perkembangan Hotel di Eropa&Amerika ... 10

2.2.1.2. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia ... 11

2.2.2. Pengertian Hotel ... 12

2.2.2.1. Klasifikasi Hotel di Indonesia ... 12

2.2.2.2. Kriteria Fasilitas Hotel Bintang Lima ... 17

2.3. Tinjauan Khusus ... 19

2.3.1. Sejarah Singkat Hotel Garuda Plaza ... 19

2.3.2. Struktur Organisasi Hotel Garuda Plaza ... 21

2.3.3. Boutique Hotel ... 22

2.3.3.1. Pengertian Boutique Hotel ... 22


(7)

2.4. Lokasi Usulan Proyek ... 28

2.4.1. Data Umum Lokasi Proyek ... 28

2.4.2. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 29

2.4.3. Kriteria Penentuan Objek Pelestarian ... 30

2.4.4. Pemilihan Lokasi Site ... 32

2.4.5. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan ... 35

2.5. Studi Kelayakan ... 37

2.6. Tinjauan Fungsi ... 39

2.6.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 39

2.6.2. Deskri/psi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 42

2.7. Studi Banding Proyek Sejenis ... 46

Bab III. ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian Arsitektur Kontekstual ... 63

3.1.1. Arsitektur ... 63

3.1.2. Kontekstual... 63

3.2. Perkembangan Arsitektur Kontekstual ... 67

3.3. Penerapan Kontekstual dalam Judul Proyek... 69

3.4. Studi Banding Sejenis ... 71

3.5. Studi Banding berdasarkan Pendekatan Desain Arsitektur Kontekstual 75 3.6. Keterkaitan Tema dengan Judul ... 77

3.6.1.Neoklasik ... 77

3.6.1.1. Sejarah Neo-klasik ... 78

3.6.1.2. Sejarah Neo-klasik pada Arsitektur ... 78

3.6.1.3. Perkembangan Gaya Neo-klasik di Indonesia ... 79

3.6.1.4. Periode Neoklasik ... 79

3.6.1.5. Studi Banding arsitektur Neo-klasik ... 80

3.6.2. Shophouses ... 82

3.6.2.1. Desain dan Fitur ... 82

BAB IV. ANALISA 4.1. Analisa Eksisting... 85

4.1.1. Analisa Lokasi ... 85

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan ... 86

4.1.3. Tata Guna Lahan ... 87

4.1.4. Ketinggian Bangunan ... 89


(8)

4.1.6. Batas Site ... 91

4.1.7. Sarana dan Prasarana ... 92

4.1.8. Bangunan Eksisting Sekitar Site ... 93

4.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site ... 95

4.2.1. Analisa Sirkulasi ... 95

4.2.2. Analisa Pencapaian ... 98

4.2.3. Analisa View ... 100

4.2.4. Analisa Vegetasi dan Matahari ... 103

4.2.5. Analisa Kebisingan ... 104

4.3. Analisa Utilitas dan Drainase ... 105

4.4. Analisa kegiatan ... 106

4.4.1. Pola Kegiatan ... 106

4.4.2. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan ... 107

4.5. Analisa Fungsional ... 109

4.5.1. Analisa Jumlah Pengunjung ... 109

4.5.2. Program Ruang dan Besaran Ruang ... 112

4.5.3. Kebutuhan Areal Parkir ... 115

4.5.4. Pola Massa Bangunan ... 116

4.6. Analisa Teknologi ... 117

4.6.1. Analisa Struktur ... 117

4.6.1.1. Prinsip Struktur ... 117

4.6.1.2. Bahan Struktur ... 120

4.6.1.3. Bahan Bangunan ... 121

4.6.1.4. Sistem Struktur ... 122

4.6.2. Analisa Utilitas Bangunan ... 124

4.6.2.1. Penghawaan... 124

4.6.2.2. Sanitasi... 126

4.6.2.3. Elektrikal ... 128

4.6.2.4. Pencahayaan... 128

4.6.2.5. Pencegahan Kebakaran ... 129

4.6.2.6. Pembuangan Sampah ... 130

4.6.2.7. Transportasi Vertikal ... 130

BAB V. KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Tapak ... 131

5.1.1. Konsep Pencapaian Site ... 131


(9)

5.1.3. Konsep Entrance... 132

5.2. Konsep Struktur ... 133

5.3. Konsep Utilitas ... 134

5.3.1. Konsep sistem elektrikal ... 134

5.3.2. Konsep sistem pengkondisian udara ... 134

5.3.3. Konsep sistem sanitasi... 135

5.3.4. Konsep sistem penanggulangan kebakaran ... 136

5.4 Konsep Fasade ... 137

5.5 Konsep Ruang Dalam ... 138

BAB VI. HASIL PERANCANGAN 6.1. Site Plan ... 140

6.2. Ground Plan ... 141

6.3. Denah lt 2 ... 143

6.4. Denah lt 3 ... 144

6.5. Denah hunian ... 145

6.6. Tampak Bangunan ... 147

6.7. Potongan Bangunan ... 149

6.8. Rencana Pondasi ... 150

6.9. Rencana Pembalokan ... 151

6.10. Rencana Mekanikal Elektrikal ... 155

6.11. Rencana Sanitasi ... 159

6.12. Rencana Pengkondisian Udara ... 162

6.13. Rencana Kebakaran ... 165

6.14. Detil Tampak ... 179


(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1.1 Jumlah kunjungan wisman & devisa yang dihasilkan ... 3

Gambar 2.1 Tipe dan layout kamar tidur koridor ... 26

Gambar 2.2 Bentuk kamar tidur beserta koridor ... 27

Gambar 2.3 Pola kamar tidur ... 27

Gambar 2.4 Peta pulau Sumatera ... 28

Gambar 2.5 Peta wilayah pengembangan pembangunan kota Medan ... 33

Gambar 2.6 Alternatif Lokasi 1 ... 33

Gambar 2.7 Alternatif Lokasi 2 ... 34

Gambar 2.8 Alternatif Lokasi 3 ... 34

Gambar 2.9 Peta Sumatera Utara, kota Medan, Tagula Kawasan Kesawan ... 36

Gambar 2.10 Berbagai tipikal bentuk dan besaran kamar tamu hotel ... 42

Gambar 2.11 Eksterior Golden Apple Boutique Hotel ... 46

Gambar 2.12 Interior kamar Golden Apple Boutique Hotel ... 46

Gambar 2.13 Interior warna dinding yang berbeda pada tiap lantai ... 47

Gambar 2.14 Interior restoran & bar di Golden Apple ... 47

Gambar 2.15 Fasilitas Jacuzzi & meeting room di Golden Apple Boutique ... 47

Gambar 2.16 Entrance The Morgans Hotel ... 48

Gambar 2.17 Pola lantai bermotif tiga dimensi pada bagian lobi... 48

Gambar 2.18 Interior kamar di The Morgans Hotel ... 48

Gambar 2.19 Interior di The Morgans Hotel ... 49

Gambar 2.20 Eksterior The Scarlet Hotel ... 50

Gambar 2.21 Side entrance The Scarlet Hotel ... 50

Gambar 2.22 Interior kamar di The Scarlet Hotel ... 51

Gambar 2.23 Eksterior The Majapahit Hotel ... 51

Gambar 2.24 Inner court The Majapahit Hotel ... 52

Gambar 2.25 Fasilitas-fasilitas di The Majapahit Hotel ... 53

Gambar 2.26 Interior selasar di The Phonix Hotel ... 54

Gambar 2.27 Interior The Phoenix Hotel ... 54

Gambar 2.28 Interior kamar di The Phoenix Hotel ... 55

Gambar 2.29 Fasilitas kolam renangm restoran dan meeting room ... 56

Gambar 2.30 Eksterior Hotel Tugu Malang ... 56

Gambar 2.31 Interior kamar The Aspara Residence ... 57

Gambar 2.32 Interior kamar The Raden Saleh Suite ... 57


(11)

Gambar 2.34 Interior kamar The Zamrud Suite ... 58

Gambar 2.35 Interior kamar Superior Deluxe ... 60

Gambar 2.36 Interior restoran The Sugar Baron Room ... 60

Gambar 2.37 Interior The Tugu Tea House ... 60

Gambar 2.38 Interior Waroeng Shanghai 1920 ... 60

Gambar 2.39 Interior restoran The Babah ... 60

Gambar 2.40 Interior galeri di Hotel Tugu Malang ... 61

Gambar 2.41 Interior SPA di Hotel Tugu Malang ... 61

Gambar 2.42 Eksterior Adya Nalendra Boutique Hotel ... 61

Gambar 2.43 Suasana kamar dan lobi di Adya Nalendra dengan gaya jawa ... 61

Gambar 3.1 Eksterior Piramida Louvre (Pyramide du Louvre) ... 71

Gambar 3.2 Eksterior Piramida Louvre (Pyramide du Louvre) ... 71

Gambar 3.3 Pyramidee Inversee yang berfungsi sebagai skylight ... 72

Gambar 3.4 Denah lantai dasar dari Piramida Louvre ... 72

Gambar 3.5 Eksterior Turtle Bay Towers ... 73

Gambar 3.6 Eksterior rumah kaca di Turtle Bay Towers ... 73

Gambar 3.7 Eksterior rumah – rumah di Ponte Vecchio, Florence, Italia ... 75

Gambar 3.8 Eksterior Butterfield House ... 75

Gambar 3.9 Eksterior British Museum ... 80

Gambar 3.10 Interior British Museum ... 80

Gambar 3.11 Eksterior Fitzwilliam Museum ... 80

Gambar 3.12 Eksterior Schausspielhaus ... 81

Gambar 3.13 Denah Altes Museum ... 81

Gambar 3.14 Eksterior Altes Museum ... 81

Gambar 3.15 Perspektif eksterior shophouse ... 82

Gambar 3.16 Arcade bagi pejalan kaki dengan lebar lima kaki ... 83

Gambar 3.17 Innercourt di salah satu shophouse... 83

Gambar 3.18 Potongan melintang shophouse ... 84

Gambar 4.1 Posisi site terhadap kota – kawasan ... 85

Gambar 4.2 Analisa konsidi sekitar site ... 86

Gambar 4.3 Peta tata guna lahan ... 87

Gambar 4.4 Massa bangunan potensial sekitar site ... 88

Gambar 4.5 Peruntukan lahan berdasarkan fungsinya ... 89

Gambar 4.6 Analisa skyline ... 90

Gambar 4.7 Skyline pada titik A ... 90

Gambar 4.8 Skyline pada titik B ... 90


(12)

Gambar 4.10 Analisa sarana dan prasarana pada site ... 92

Gambar 4.11 Analisa bangunan eksisting sekitar site ... 93

Gambar 4.12 Analisa sirkulasi sekitar site ... 95

Gambar 4.13 Analisa sirkulasi pejalan kaki... 97

Gambar 4.14 Analisa Pencapaian ke Site ... 98

Gambar 4.15 Penempatan entrance berdasarkan analisa pencapaian ... 99

Gambar 4.16 Analisa view keluar site ... 100

Gambar 4.17 Analisa view kedalam site ... 101

Gambar 4.18 Analisa vegetasi dan matahari ... 103

Gambar 4.19 Analisa kebisingan ... 104

Gambar 4.20 Analisa Utilitas ... 105

Gambar 4.21 Sistem grid beraturan dua arah ... 122

Gambar 4.22 Sistem grid berirama satu dan dua arah ... 123

Gambar 4.23 Sistem grid 90,45 dan 60 rata dan berirama ... 123

Gambar 4.24 Sistem rangka beraturan radial ... 123

Gambar 4.25 Sistem dinding pemikul beraturan grid berirama satu arah ... 124

Gambar 4.26 Sistem dinding pemikul beraturan grid berirama dua arah ... 124

Gambar 4.27 Sistem struktur gabungan ... 125

Gambar 5.1 Konsep pencapaian site “Medan Boutique Hotel”... 131

Gambar 5.2 Konsep sirkulasi dalam site ... 131

Gambar 5.3 Konsep entrance ... 132

Gambar 5.4 Detail pondasi tiang pancang ... 133

Gambar 5.5 Sistem struktur rangka ... 133

Gambar 5.6 Fasade bangunan yang mengadopsi ornament bangunan eksisting .... 137

Gambar 5.7 Basemen ... 138

Gambar 5.8 Ground plan ... 138

Gambar 5.9 Denah lantai 2 ... 139

Gambar 5.10 Denah hunian ... 139

Gambar 6.1 Blok Plan & Site Plan ... 140

Gambar 6.2 Ground Plan ... 141

Gambar 6.3 Basement... 142

Gambar 6.4 Lantai 2 ... 143

Gambar 6.5 Lantai 3 ... 144

Gambar 6.6 Lantai Hunian ... 145

Gambar 6.7 Lantai 6, Detil Kamar & Tampak Entrance Retail ... 146

Gambar 6.8 Tampak Utara & Tampak Timur ... 147


(13)

Gambar 6.10 Potongan ... 149

Gambar 6.11 Rencana Pondasi... 150

Gambar 6.12 Rencana Pembalokan Lantai Dasar ... 151

Gambar 6.13 Rencana Pembalokan Lantai 2 ... 152

Gambar 6.14 Rencana Pembalokan Lantai 3 ... 153

Gambar 6.15 Rencana Pembalokan Lantai Hunian & Lantai Atap ... 154

Gambar 6.16 Rencana Elektrikal Lantai Dasar ... 155

Gambar 6.17 Skema Rencana Elektrikal ... 156

Gambar 6.18 Rencana Elektrikal Basement & Lantai 2 ... 157

Gambar 6.19 Rencana Elektrikal Lantai 3 & Lantai Hunian ... 158

Gambar 6.20 Rencana Sanitasi Lantai Dasar ... 159

Gambar 6.21 Rencana Sanitasi Basement & Lantai 2 ... 160

Gambar 6.22 Rencana Sanitasi Lantai 3 & Lantai Hunian ... 161

Gambar 6.23 Rencana Pengkondisian Udara Lantai Dasar ... 162

Gambar 6.24 Rencana Pengkondisian Udara Basement & Lantai 2 ... 163

Gambar 6.25 Rencana Pengkondisian Udara Lantai 3 & Lantai Hunian ... 164

Gambar 6.26 Rencana Smoke Detector Lantai Dasar ... 165

Gambar 6.27 Rencana Smoke Detector Basement & Lantai 2 ... 166

Gambar 6.28 Rencana Smoke Detector Lantai 3 & Lantai Hunian ... 167

Gambar 6.29 Rencana Sprinkler Lantai Dasar ... 168

Gambar 6.30 Rencana Sprinkler Basement & Lantai 2 ... 169

Gambar 6.31 Rencana Sprinkler Lantai 3 & Lantai Hunian ... 170

Gambar 6.32 Rencana Telepon Lantai Dasar ... 171

Gambar 6.33 Rencana Telepon Basement & Lantai 2 ... 172

Gambar 6.34 Rencana Telepon Lantai 3 & Lantai Hunian ... 173

Gambar 6.35 Rencana CCTV Lantai Dasar ... 174

Gambar 6.36 Rencana CCTV Basement & Lantai 2 ... 175

Gambar 6.37 Rencana CCTV Lantai 3 & Lantai Hunian ... 176


(14)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 Hotel-hotel yang terdapat di Sumatera Utara ... 2

Tabel 1.2 Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara melalui 3 pintu masuk Bandar Polonia, Pelabuhan Tanjung Balai dan Pelabuhan Belawan pada tahun 2006 hingga 2009 ... 3

Tabel 2.1 Klasifikasi hotel beserta ketetapan jumlah minimal kamar dan standar hotel sesuai dengan klasifikasinya ... 13

Tabel 2.2 Kriteria pemilihan lokasi ... 29

Tabel 2.3 Kriteria penentuan objek pelestarian ... 30

Tabel 2.4 Pembagian wilayah pengembangan pembangunan kota Medan ... 32

Tabel 2.5 Kriteria penilaian lokasi ... 34

Tabel 2.6 Kalender event pariwisata Sumut 2010 ... 37

Tabel 2.7 Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara melalui 3 pintu masuk ... 38

Tabel 2.8 Perbandingan tingkat penghunian kamar dari tahun 2006 hingga 2008 .... 38

Tabel 2.9 Jumlah hotel, kamar dan tempat tidur dari tahun 2005 hingga 2008 ... 38

Tabel 2.10 Rata-rata lama menginap tamu (mancanegar+nusantara) pada hotel / akomodasi lainnya menurut tahun dan kelas hotel di kota Medan pada tahun 2005-2008 ... 39

Tabel 2.11 Perbandingan hasil studi banding Boutique Hotel ... 62

Tabel 3.1 Perbandingan contoh bangunan dengan tema sejenis ... 74

Tabel 4.1 Bangunan eksisting sekitar site... 91

Tabel 4.2 Bangunan eksisting sekitar site... 94

Tabel 4.3 Keterangan analisa sirkulasi sekitar site ... 95

Tabel 4.4 Keadaan jalan eksisting sekitar site ... 96

Tabel 4.5 Keterangan analisa sirkulasi pejalan kaki ... 97

Tabel 4.6 Keterangan analisa pencapaian ke site ... 98

Tabel 4.7 Keterangan penempatan entrance berdasarkan analisa pencapaian ... 99

Tabel 4.8 Keterangan analisa view keluar site ... 101

Tabel 4.9 Keterangan analisa view kedalam site ... 102

Tabel 4.10 Keterangan vegetasi sekitar site ... 103

Tabel 4.11 Keterangan analisa kebisingan ... 105

Tabel 4.12 Tabel kebutuhan ruang ... 107

Tabel 4.13 Jumlah wisatawan mancanegara yang dating ke kota Medan ... 109


(15)

Tabel 4.15 Program ruang dan besaran ruang ... 112

Tabel 4.16 Pola massa bangunan ... 116

Tabel 4.17 Pertimbangan struktur ... 117

Tabel 4.18 Analisa pondasi ... 118

Tabel 4.19 Prinsip struktur atas ... 119

Tabel 4.20 Bahan struktur ... 120

Tabel 4.21 Bahan bangunan ... 121

Tabel 4.22 Penghawaan ... 125

Tabel 4.23 Prinsip, keuntungan dan kerugian jenis AC ... 125

Tabel 4.24 Sistem distribusi air bersih down feed ... 127

Tabel 2.25 Sistem distribusi air bersih up feed ... 127


(16)

DAFTAR DIAGRAM

HALAMAN

Diagram 1.1 Kerangka berpikir ... 7

Diagram 2.1 Struktur organisasi Garuda Plaza Hotel ... 21

Diagram 2.2 Sirkulasi pengguna hotel ... 41

Diagram 4.1 Pola kegiatan pengguna hotel ... 106

Diagram 4.2 Sistem pendistribusian listrik ... 128

Diagram 4.3 Sistem pencegahan kebakaran ... 130

Diagram 5.1 Diagram sistem elektrikal ... 134

Diagram 5.2 Diagram sistem pengkondisian udara ... 134

Diagram 5.3 Diagram sistem air bersih ... 135

Diagram 5.4 Diagram sistem air kotor berat ... 135

Diagram 5.5 Diagram sistem air kotor ringan ... 136


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini, kota Medan telah berubah menjadi kota metropolis dengan berdirinya gedung-gedung yang mengesankan. Salah satu kawasan yang menjadi ikon Kota Medan adalah kawasan Kesawan. Pada masa sekarang ini, kawasan Kesawan yang terletak pada jalan Ahmad Yani telah berdiri bangunan-bangunan baru dan megah. Dengan berdirinya bangunan baru, yang mana tidak menerapkan konsep pemanfaatan bangunan

lama sehingga mengakibatkan bangunan tersebut menjadi terbengkalai.1

Fungsi baru yang akan diajukan pada proposal ini adalah hotel, dimana memanfaatkan bangunan lama yang tidak digunakan lagi menjadi sebuah hotel dengan menggabungkan bangunan lama dan bangunan baru. Pada masa sekarang ini, turis yang melalukan perjalanan ke daerah-daerah, lebih mengharapkan fasilitas-fasilitas hotel yang tidak hanya sekedar menawarkan kenyamanan, tetapi mereka mencari sesuatu yang berbeda dari tampilan dan suasana dari hotel-hotel ternama. Adapun turis yang mencari penginapan yang sekaligus menyediakan fasilitas-fasilitas yang “wah” bersamaan dengan penginapan yang memiliki konsep tradisional, seperti boutique hotel,

Namun, di kawasan Kesawan ini masih tersisa sejumlah bangunan tua bersejarah. Bangunan yang dimaksudkan diantaranya Rumah Tjong Afie, Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumut, Rumah Makan Tip Top, Gedung PT London Sumatera, Gedung eks Dep. Tenaga Kerja yang terletak di persimpangan jalan Hindu dan Ahmad Yani VII.

Bangunan-bangunan yang disebutkan di atas, hendaknya dilakukan konservasi maupun pelestarian. Konservasi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : preservasi, restorasi, konversi, rehabilitasi, adaptasi, rekonstruksi dan revitalisasi. Di negera-negara maju, pelestarian terhadap bangunan tua dilakukan dengan cara konversi, yaitu mengadaptasi bangunan lama untuk tujuan–tujuan selain dari fungsi bangunan tersebut pada awalnya. Konversi, dipandang sebagai salah cara untuk mengurangi pertumbuhan yang tidak terkendali. Akan lebih efisien dan tanggung jawab apabila mengembangkan bangunan lama daripada membangun suatu konstruksi bangunan baru di lahan kosong yang semestinya dijadikan taman kota.

2

1

harian Kompas Jumat, 19 Juni 2009, “Medan Belum Memiliki Konsep Wisata Heritage

2

http://www.hospitalitynet.org/news/4010409.search?query=lucienne+anhar+boutique+hotel

sehingga dipilihlah boutique hotel.


(18)

Rumah Mertua Boutique hotel, The Ardjuna Boutique hotel di Bandung, Golden Boutique

hotel di Jakarta, dan lain-lain. Awalnya boutique hotel pertama kali dibuka pada tahun 1981,

The Blakes Hotel di South Kensington, London (didesain oleh Anouska Hempel) dan The Bedford di Union Square, San Francisco dan pada tahun 1984, Ian Schrager membuka

boutique hotel pertamanya di Bukit Murray di kota New York, dan the Morgans Hotel

didesain oleh Andree Putnam.

Pada tabel 1.1 di bawah ini berupa lampiran hotel-hotel yang terdapat di kota Medan, antara lain :

Tabel 1.1 Hotel-hotel yang terdapat di Sumatera Utara3 KLASIFIKASI

HOTEL HOTEL LOKASI

*

• Hotel Elbruba Jl. Perintis Kemerdekaan No. 19

• Hotel Sumatra Jl. Sisingamangaraja No. 35 Medan

• Hotel Waiyat Jl. Asia No. 44 Medan

• Hotel Garuda Citra Jl. Sisingamangaraja No. 27 Medan

• Hotel Petisah Jl. Nibung II/22-38 Medan

• Hotel Ananta Boga Jl. Jamin Ginting KM.14 Medan

• Hotel Labana Inn Jl. Abdullah Lubis No. 67 Medan

• Hotel Dhaksina Jl. Sisingamangaraja Medan

• Hotel Ibunda Jl. Sisingamangaraja Medan

• Hotel Sri Deli Jl. Sisingamangaraja Medan

**

• Hotel Sumatera Indah Resort Jl. Letjend. Jamin Ginting KM.11,2 Medan

• Hotel Royal Perintis Jl. Perintis Kemerdekaan Medan

***

• Hotel Emerald Garden Jl. K.L. Yos Sudarso No.1 Medan

• Hotel Sahid Jl. Sisingamangaraja KM 7,5/11

• Hotel Garuda Plaza Jl. Sisingamangaraja No.18 Mdn

• Hotel Natour Dharma Deli Jl. Balai Kota No. 2 Medan

• Hotel Semarak Jl. Sisingamangaraja No.50 Mdn

• Hotel Pardede Intl. Jl. Ir. H. Juanda No. 14 Medan

• Hotel Grand Antares Jl. Sisingamangaraja Medan

• Hotel Madani Jl. Sisingamangaraja Medan

****

• Hotel Tiara Jl. Cut Mutia – Medan

• Hotel Asean International Jl. H. Adam Malik No. 5 Medan

• Hotel Novotel Soechi Jl. Cirebon No. 76A Medan

• Hotel Quality Suites Jl. Listrik No. 15 Medan

• Hotel Polonia Jl. Jend. Sudirman No. 14 Medan

• Hotel Danau Toba Intl. Jl. Imam Bonjol No. 17 Medan

• Hotel Travellers Suites Jl. Listrik Medan

*****

• Hotel Grand Angkasa Jl. Sutomo No. 1 Medan

• Hotel JW. Mariott Jl. Putri Hijau Medan

• Hotel Grand Swiss Bel Jl. S. Parman Medan

• Hotel Grand Aston City Hall Jl. Balai Kota Medan

• Hotel Arya Duta Jl. Kapten Maulana Lubis Medan

• Hotel Citi International Jl. Sun Yat Sen Medan

3


(19)

Gambar 1.1 Jumlah kunjungan wisman & devisa yang dihasilkan

Dari data yang diperoleh di atas, dapat dilihat bahwa belum adanya boutique hotel di kota Medan.

Secara kumulatif (Januari – November) 2009, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 5.70 juta orang atau naik 1.32 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara pada periode yang sama pada tahun 2008 yang hanya sebanyak 5.62 juta orang.

Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang datang ke Sumatera Utara melalui tiga pintu masuk Bandara Polonia, Pelabuhan Tanjung Balai dan Pelabuhan Belawan pada tahun 2006 hingga 2009 (orang)4

Tahun 2009 2008 2007 2006 Wisman 162.985 152.294 134.130 121.846

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, “ Medan Dalam Angka 2009 “

Secara keseluruhan, wisman yang berkunjung ke Sumatera Utara melalui 3 pintu masuk pada tahun 2008 sebanyak 152.294 orang dan pada tahun 2009 sebanyak 162.985 orang atau naik sekitar 7 persen. (tabel 1.2) Dengan adanya peningkatan arus wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Utara makan akan dibutuhkan perkembangan dari segi fasilitas pariwisata. Sehingga dengan adanya MEDAN BOUTIQUE HOTEL akan menambah fasilitas pendukung pariwisata yang ada di kota Medan.

Dari gambar 1.1 di samping, Depbudpar memperkirakan pada tahun 2010, jumlah turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia akan bertambah, sedangkan dari segi anggaran belanja turis akan mengalami penurunan menjadi

US$ 1.000/kunjungan/wisma.5

MEDAN BOUTIQUE HOTEL dengan standar bintang lima sudah seharusnya didirikan di kota Medan melihat hotel bintang lima (*****) lebih diminati wisman dan wisnus yang berkunjung ke Medan, melihat

Sehingga secara tidak langsung, dapat ditarik kesimpulan bahwa wisman tetep akan melakukan perjalanan, akan tetapi lebih mencari sesuatu yang ekonomis dan mendapatkan fasilitas yang lebih.

4

sumber : Berita Resmi Statistik - Badan Pusat Statistik

5


(20)

perkiraan yang dilakukan oleh Departemen Budaya & Pariwisata, serta belum adanya hotel dengan konsep boutique hotel di kota Medan yang sudah mulai berkembang di kota-kota lain di Indonesia dan luar negeri.

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek MEDAN BOUTIQUE HOTEL adalah:

1. Dengan adanya MEDAN BOUTIQUE HOTEL diharapkan dapat menampung wisatawan mancanegara maupun turis domestik yang berkunjung ke kota Medan sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

2. Mengupayakan pelestarian bangunan bersejarah dengan tetap mempertahankan ciri bangunan tersebut.

3. Untuk menghidupkan kembali gedung eks Depnaker yang telah lama ditinggalkan.

1.3 Perumusan Masalah dan Batasan Proyek

Pada kasus proyek ini, fungsi bangunan adalah sebagai tempat untuk mengakomodasi pengunjung, baik turis domestic maupun mancanegara yang berkunjung ke kota Medan, dengan memberikan konsep yang berbeda daripada hotel berbintang pada umumnya.

Sedangkan, masalah-masalah yang akan timbul pada saat perancangan antara lain : 1. Bagaimana mengatasi peralihan ruang luar (public) dengan ruang dalam (privat)?

2. Bagaimana menghubungkan bangunan lama dengan bangunan baru yang akan direncanakan pada lokasi site ?

3. Bagaimana menerapkan tema yang telah dipilih untuk diterapkan dalam perencanaan dan perancangan kasus ?

4. Bagaimana menghidupkan kembali kawasan lokasi yang dipilih?

Lingkup batasan proyek yang menjadi batasan perancangan dalam studi proyek ini adalah : 1. Penerapan konsep bangunan yang sesuai dengan konteks bangunan lama

2. Penyediaan ruang-ruang yang sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang ada dan dapat memberikan kenyamana pada pengunjung

3. Fungsi dan Kegiatan Medan Boutique Hotel sebagai sarana akomodasi yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti :

a. Restoran b. Bar

c. SPA & Sauna d. Fitness


(21)

e. Galeri & Souvenir shop

f. Lounge

g. Retail

h. Shopping Street

1.4 Lingkup Bahasan Proyek

Medan Boutique Hotel ditujukan untuk wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke kota Medan. Hotel ini menyajikan konsep yang berbeda dari hotel pada umumnya. Dimana hotelnya sendiri terletak di kawasan bersejarah, daerah konservasi, sehingga menyajikan sebuah atmosfir yang berbeda.

Pada kasus proyek ini lingkup permasalahan yang akan dibahas antara lain mengenai aspek-aspek fisik dan non fisik dalam proses perancangan yang menyangkut pemakai, pengunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam maupun luar, perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi yang ada pada lokasi.

1.5 Pendekatan

Adapun pendekatan-pendekatan dalam menyelesaikan masalah pada perancangan dilakukan dengan berbagai cara seperti :

1. Melakukan studi pustaka maupun studi literature yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang diangkat untuk mendapatkan informasi dan data berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan, yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah. 2. Melakukan studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melakukan

pendekatan perancangan dengan mencari data pada keadaan yang telah ada, sumber berupa buku, majalah, internet, koran,dan sumber-sumber yang dianggap penting.

3. Melakukan studi lapangan mengenai kondisi sekitar lahan studi dan lingkungan fisik serta menganalisa potensi dan permasalahan yang ada pada lingkungan sekitar.

4. Melakukan wawancara dengan instansi terkait, prakitsi, maupun orang-orang yang ahli dan mengetahui tentang kasus dan tema yang diangkat untuk pengenalan masalah dan dapat menghasilkan criteria umum bagi perancangan studi proyek.

1.6 Asumsi-asumsi

Pada kasus studi ini bersifat fiktif, sehingga dilakukan beberapa asumsi-asumsi untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan seperti :

1. Kepemilikan bangunan diasumsikan sebagai milik swasta yang diperuntukkan sebagai sarana penginapan, dan rekreasi.


(22)

2. Pada bagian barat dari tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai RUTRK kota Medan.

3. Lokasi tapak yang terletak pada kawasan bersejarah, kawasan Kesawan, dengan bangunan-bangunan lama di sekeliling lahan, diasumsikan dapat menjadi suatu objek wisata budaya sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

4. Diasumsikan bahwa sungai Deli telah ditata kembali dan kawasan permukiman kumuh dipinggiran sungai Deli telah direlokasi sesuai dengan vision plan kota Medan 2016.


(23)

1.7 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dalam, tugas akhir ini. (Diagram 1.1) Latar Belakang:

•Melestarikan bangunan lama bersejarah yang terbengkalai, salah satunya kantor eks.Depnaker •Meningkatkan pariwisata di kota Medan

Maksud & Tujuan:

•Mengupayakan pelestarian bangunan bersejarah dengan tetap mempertahankan ciri bangunan yang ada

•Menggabungkan bangunan lama dengan bangunan baru melalui suatu fungsi yang baru.

•Untuk menghidupkan kembali kantor eks Depnaker yang telah lama ditinggalkan

Kasus: "Medan Boutique Hotel" Tema : Arsitektur Kontekstual

Perumusan Masalah :

•Bagaimana mengatasi peralihan antara ruang luar dengan ruang dalam?

•Bagaimana menerapkan tema yang dipilih untuk diterapkan dalam perencanaan dan perancangan kasus?

•Bagaimana menghidupkan kembali kawasan lokasi yang dipilih?

Analisa :

•Analisa kondisi tapak •Analisa Fungsional •Analisa Potensi

•Prinsip tema dalam desain

Konsep Perancangan :

•Konsep dasar

•Konsep Perancangan Tapak

•Konsep Perancangan Bangunan

•Konsep Strukstur Bangunan

•Konsep Utilitas Bangunan

Pra-Perancangan :

•Pendekatan Struktur

•Pendekatan teori arsitektur

Desain akhir Data Perencanaan :

• Data Tapak • Studi Literatur • Studi Banding • Survei

Lapangan • Wawancara

Feedback


(24)

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Sistematika Laporan

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah dan batasan , pendekatan, asumsi-asumsi , kerangka berpikir , dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang deskripsi proyek, tinjauan lokasi proyek, serta studi banding proyek sejenis, tinjauan Umum, pengertian secara umum, secara khusus, serta faktor pendukung proyek secara umum.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis.

BAB IV ANALISA

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik luar maupun dalam.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Berisi gambar hasil perancangan berupa gambar kerja.

LAMPIRAN

Berisi lampiran berupa data eksisting bangunan dan foto maket serta perspektif suasana.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan


(25)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Judul dan Pengertian “Medan Boutique Hotel”

Judul dari proyek studi ini adalah “ Medan Boutique Hotel ” yang merupakan sebuah

tempat penginapan yang memberikan suatu suasana yang berbeda dari hotel pada

umumnya. Dalam judul “ Medan Boutique Hotel “ memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Pengertian Medan6

• Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota

terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. :

2. Pengertian Boutique 7

Boutique n a small shopping outlet, especially one that specializes in elite and

fashionable items such as clothing and jewellery. :

“butik, sebuah toko kecil, yang khusus menjual barang-barang tertentu yang mewah dan mengikuti tren seperti pakaian dan perhiasan.”

3. Pengertian Hotel :

• Hotel, commercial establishment that provides lodging and often food, entertainment,

and other services for the public, esp. for transients8

”Hotel, sebuah bangunan komersil yang menyediakan penginapan, makanan, hiburan dan pelayanan jasa, terutama bagi mereka yang menginap sementara.”

• Hotel, suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh

bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan

persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah.9

Medan Boutique Hotel merupakan sebuah penginapan yang memberikan suatu konsep penginapan yang berbeda dari hotel-hotel pada umumnya. Boutique hotel memiliki defenisi seabgai berikut sebuah hotel dalam skala kecil, yang menawarkan suatu tema pada keseluruhan penginapannya, dan memberikan pelayanan yang maksimal bagi seluruh tamu yang datang menginap.

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang boutique hotel secara keseluruhan dan hotel secara umum.

6

http://en.wikipedia.org/wiki/kota_medan

7

http://en.wikipedia.org/wiki/Boutique

8

Halsey .WD, Dictionary Macmillan. New York : Macmillan, 1979, hal 498

9


(26)

2.2.1 Sejarah Perkembangan Hotel

Adapun sejarah perkembangan hotel yang mana berawal di Eropa dan Amerika dan akhirnya berkembang di Indonesia, Di bawah ini adalah sejarah perkembangan hotel di Eropa , Amerika serta Indonesia.

2.2.1.1 Sejarah Perkembangan Hotel di Eropa dan Amerika10

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari

publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tak aneh kalau di negeri alias abdi masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.

Sampai pada tahun City Hotel itulah pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang strategis. Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota.

Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top di (AS). Tremont bersaing ketat deng itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringa (stasiun) ada hotel.

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan makin luasnya jangkauan angkutan darat (terlebih setelah ditemukannya kendaraan bermotor), kawasan sekitar rel kereta api tak lagi menarik minat para investor. Orang kemudian lebih suka jalan-jalan menggunaka ketimbang kereta. Kepopuleran hotel transit pun tersaingi oleh kehadiran kata "motor hotel" alias tempat istirahat para pengendara kendaraan bermotor.

10


(27)

Kejayaan motel tak berlangsung lama. Seiring makin pesatnya perkembangan kota, berakhir pula era motel. Terutama karena letaknya yang agak di pinggir kota dan fasilitasnya yang kalah bagus dengan hotel di pusat kota. Walaupun terpaksa bermalam di kawasan pinggiran, motel harus bersaing dengan hotel resort, yang banyak tumbuh di tempat-tempat peristirahatan.

2.2.1.2 Sejarah Perhotelan di Indonesia11

1. Jakarta, dibang

Sejarah perkembangan perhotelan di Indonesia belum banyak terungkap, juga belum banyak buku yang mengungkapkan masalah ini. Indonesia telah dikenal di dunia pariwisata sejak sebelum Perang Dunia ke I, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung masih terbilang ribuan. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia. Dari buku PARIWISATA INDONESIA DARI MASA KE MASA tercatat hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :

2. Surabaya, berdiri Hotel Sarkies da 3. Semarang, berdiri

4. Malang, 5. Solo,

6. Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang

7. Bandung,

8. Bogor,

9. Medan, 10. Makasar,

Kebanyakan hotel-hotel itu sampai sekarang masih ada, ada yang menjadi Herritage, ada yang sudah direnovasi menjadi lebih baik dan ada juga yang telah diredevelopment total sehingga tidak ada lagi bentuk aslinya, seperti perkembangannya pernah menjadi Hotel Duta Indonesia, kini pertokoan Duta Merlin.

Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran hotel di Indonesia jauh dan sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya beberapa chains

11


(28)

‘management’ hotel international yang banyak merambah ke kota-kota besar di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah sangat berkembang dan inovative.

2.2.2 Pengertian Hotel

Secara umum, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar) yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu-tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh host (HOST HOTEL).

Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat laun mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang.

Menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK 103/MPPT-87, hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagaian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah.

2.2.2.1 Klasifikasi Hotel di Indonesia

Adapun klasifikasi hotel di Indonesia yang dikeluarkan oleh peraturan pemerintah, Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK : Kep-22/U/VI/78.

1. Kriteria klasifikasi hotel berdasarkan rating bintang • Hotel bintang satu (*)

 Jumlah kamar standar minimum 15 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 20 m2

• Hotel bintang dua (**)

 Jumlah kamar standar minimum 20 kamar


(29)

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 22 m2

 Luas kamar suite minimum 44 m2

• Hotel bintang tiga (***)

 Jumlah kamar standar minimum 30 kamar

 Jumlah kamar suite minimum 2 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 24 m2

 Luas kamar suite minimum 48 m2

• Hotel bintang empat (****)

 Jumlah kamar standar minimum 50 kamar

 Jumlah kamar suite minimum 3 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 24 m2

 Luas kamar suite minimum 48 m2

• Hotel bintang lima (*****),

memiliki 3 tingkatan yaitu Palm, Bronze, dan Diamond

 Jumlah kamar standar minimum 100 kamar

 Jumlah kamar suite minimum 4 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 26 m2

 Luas kamar suite minimum 52 m2

Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata No 12/U/II/88 tanggal 25 Februari 1988,

hotel butik belum memiliki ketentuan yang mengatur12. Pada tabel 2.1 di bawah merupakan

klasifikasi hotel beserta ketetapan jumlah minimal kamar dan standar hotel.

No KLASIFIKASI HOTEL

JUMLAH KAMAR MINIMAL

SYARAT PERATURAN

1 Melati Satu 5 kamar standard • Fisik lokasi &

bangunan • Taman • Tempat parkir • Bangunan

Perda no 6 tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Perda prop Dati 1 Bal no 04 tahun 1985

12

Sumber Direktorat Jenderal Pariwisata


(30)

• Kamar • Lobby • Front office • Kantor pengelola • Ruang tamu • Gudang • Organisasi

manadeen • Tenaga kerja

• House keeping

• Keamanan

• Kebersihan • Pelayanan

makanan&minuman

tentang Usaha Losmen dan Keputusan Gubernur no 338 tahun 1989 tentang Perubahan Istilah Resmi menjadi Hotel dengan tanda Bunga Melati

2 Melati Dua 10 kamar standard Sama dengan syarat

Hotel Melati Satu plus fasilitas riil di

lapangan Kwalitas

lebih baik dari melati satu

Sama dengan Melati Satu

3 Melati Tiga 15 kamar standard Sama dengan syarat

Hotel Melati Satu plus fasilitas riil di

lapangan Kwalitas

lebih baik dari melati dua seperti:

• kolam renang

• Kamar mandi, bath

tub • AC • TV • Kulkas

Sama dengan Melati Satu

4 * 15 kamar standard • Lokasi &Lingkungan

• Taman

• Tempat parkir

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25


(31)

• Olah raga

• Bangunan

• Kamar tamu

• Ruang makan

Bar Lobby • Telepon

• Toilet umum

• Koridor

• Ruang disewakan

• Dapur

• Area Administrasi • Front office

• Kantor pengelola

hotel

• Area tata graha • Ruang binatu

• Gudang

• Ruang Karyawan

• Operasional Managemen

Food and beverage

• Keamanan

• Olahraga rekreasi

• Pelayanan

februari 1988

5 ** 20 kamar standard

+ 1 kamar suite

Sama dengan fasilitas hotel Bintang

satu (*)

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25 februari 1988

6 *** 30 kamar standard

+ 2 kamar suite

Sama dengan fasilitas hotel Bintang

satu (*) plus:

 2 buah restoran

/lebih

 parkir luas

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25 februari 1988


(32)

 2 kolam renang /lebih

 Fasilitas penunjang

 Tennis

 Fitness

 Spa & sauna

7 **** 50 kamar standard

+ 3 kamar suite

Sama dengan fasilitas hotel Bintang

tiga (***)

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25 februari 1988

8 ***** 100 kamar

standard + 4 kamar suite

Sama dengan fasilitas hotel Bintang

tiga (***)

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25 februari 1988

9 ***** plus 100 kamar

standard + 4 kamar suite

Sama dengan fasilitas Bintang dua

(**)

 Pasar malam

 Galeri

 Ruang Konferensi

Kep Dirjen Pariwisata no 14 /U/II/88 tgl 25 februari 1988

10 Pondok

wisata

Max 5 kamar merupakan

sebagian rumah tinggal yang disewakan

 IMB rumah tinggal

 H.O

 SITU pondok wisata

 Kamar mand

 Lain-lain

Perda o 13 thn 1989 tentang Usaha Pondok Wisata Keputusan Gubernur no.391 thn 1991 tentang Juklak

11 Hotel butik - - Belum ada

ketentuan yang mengatur

12 Taman

Kreasi & objek wisata

- - Perda no14 thn

1989 tentang Penyerahan sebagian urusan Pemerintahan Prop Dati II


(33)

Sumber:Direktorat Jenderal Pariwisata

2.2.2.2 Kriteria fasilitas hotel bintang 513

1. Umum

Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut:

a) Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah b) Bebas polusi

c) Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby d) Bangunan terawat rapi dan bersih

e) Sirkulasi di dalam bangunan mudah

2. Bedroom

a) Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2/ kamar

b) Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/ kamar

c) Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai

d) Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar

3. Dining room

Mempunyai minimum 3 buah dinning room, salah satunya dengan spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European food).

4. Bar

a) Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur udara

mekanik (AC) dengan suhu 24OC

b) Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m

5. Ruang fungsional

a) Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2.5 kali jumlah kamar

b) Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby c) Terdapat prefunction room

6. Lobby

a) Mempunyai luas minimum 100m2

b) Terdapat 2 toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita dengan perlengkapannya.

7. Drug store

a) Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, travel agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon

b) Tersedia poliklinik c) Tersedia paramedis 13


(34)

8. Sarana rekreasi dan olah raga

a) Minimum 1 buah pilihan : tenis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, jogging, diskotik dan taman bermain anak.

b) Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak. c) Terdapat fasilitas nightclub /diskotik kedap suara dengan AC dan toilet.

9. Utilitas penunjang

Minimum seperti hotel bintang 4 dengan tambahan: a) Transportasi vertikal mekanis.

b) Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/ orang/ hari. c) Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.

d) Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio, carcall.

10. Business center

Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan bertindak sebagai co-secretary para tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi bisnisnya. Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan akses internet melalui kamarnya untuk reservasi dan promosi usahanya, di samping juga dapat melakukan telekonferensi.

11. Restoran

Subbagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi:

a) Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Peraneis atau internasional.

b) Coffee shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate.

c) Restoran yang spesilik seperti grill-room, pizzarea, japanesse, oriental.

d) Room service: restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu.

e) Take out service dan out side catering: untuk lebih meningkatkan pendapatan penjualan produk yang dihasilkan oleh dapur hotel, ada beberapa hotel yang melayani pesanan makanan dan minuman dan penyelenggaraan perjamuan di luar hotel seperti misalnya untuk perjamuan instansi-instansi pemerintah, perjamuan kenegaraan dan instansi-instansi swasta. Di samping itu, toko makanan berupa kue-kue yang dijual oleh pastry shop yang ada di hotel juga melayani penjualan kue-kue-kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.


(35)

2.3 Tinjauan Khusus

Pada kasus studi ini, Medan boutique hotel akan berada dibawah managemen dari Hotel Garuda Plaza yang telah berdiri selama 52 tahun di kota Medan. Hal ini dikarenakan Hotel Garuda Plaza merupakan salah satu hotel asli dari kota Medan, selain itu, juga mengalami perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun.

2.3.1 Sejarah Singkat Hotel Garuda Plaza

Pada tahun 1958 Hj. Muhammad Arbie, Direksi Firma Madju Medan mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan yang berada di Jalan Sisingamangaraja No.18 medan (d/h Jalan Radja Medan) yang bernama Hotel Garuda. Secara berangsur-angsur sesuai dengan bergulirnya waktu pada tahun 1970 losmen tersebut berkembang mencapai 58 kamar yang terdiri dari gedung berlantai tiga.

Usaha perhotelan ini berjalan dengan penuh suka duka serta dengan modal pengalaman yang dimiliki selama berdikari dalam dunia bisnis perhotelan. Pada tahun 1973 usaha perluasan dimulai dengan didirikan sebuah hotel di jalan yang sama yaitu Motel Garuda dengan kapasitas 35 kamar dan menjadi cikal bakal Garuda Citra Hotel.

Kedua hotel dan motel ini berjalan dengan lancar dari tahun ke tahun dan usaha-usaha peningkatan dalam pelayanan di segala bidang tetap berjalan dengan baik. Dengan bertambahnya tenaga profesional yang mengelola dan menangani kegiatan sehari-hari baik yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern, maka diharapkan usaha ini akan menjadi lebih maju kedepannya.

Berdasarkan pengalaman yang ada dan juga hasil dari peninjauan keluar daerah maupun peninjauan keluar negeri serta juga mempelajari kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah untuk menggalakkan arus pariwisata ke daerah ini, maka pimpinan mencoba untuk membuat gagasan baru. Lalu direncanakan untuk membangun kedua hotel dan motel tersebut lebih lanjut.

Pada tanggal 15 Oktober 1976, dimulailah pembangunan Hotel Garuda dengan cara 2 tahap. Tahap pertama direncanakan dengan membangun 54 kamar beserta sarana-sarana hotel lainnya seperti : ruang rapat, restoran yang sesuai dengan kemampuan dan rencana yang ditetapkan.

Pada tahap kedua, membangun kamar di Hotel Garuda menjadi lebih banyak yaitu sebanyak 115 kamar. Setelah menimbang berbagai hal, maka Dewan Direksi merasa perlu membentuk suatu badan untuk melaksanakan dan untuk terus merenovasi dan membangun


(36)

kedua Hotel dan Motel tersebut. Maka di bentuk Perseroan Terbatas yang di beri nama PT.Garuda Maju Cipta dan inilah yang bertanggung jawab atas pembangunan kedua Hotel dan Motel tersebut sampai dengan selesai. Sesuai dengan rencana pokok, maka sekitar bulan Agustus 1980 dimulailah pembangunan di Motel Garuda yang meliputi 70 kamar ditambah dengan ruang pertemuan (meeting room). Pembangunan ini rampung pada tanggal 1 April 1982. Dengan selesainya pembangunan tersebut maka jadilah motel tersebut dengan nama Motel Garuda Citra sebagai salah satu hotel bertaraf internasional dengan jumlah kamar sebanyak 70 kamar.

Setelah selesai pembangunan hotel dan motel tersebut, maka hotel Garuda diberi nama Hotel Garuda City. Hotel ini memiliki bangunan dan kamar-kamar yang cukup uptodate ditinjau dari segi kuantitatif yaitu mampu menyerap para wisatawan asing (mancanegara) dengan pengadaan kamar atau ruang penginapan yang cukup memadai yakni dengan pelayanan yang diberikan serta rendahnya tarif yang diberikan oleh pihak hotel kepada tamu. Pada tahun 1982, merupakan tahun yang bersejarah bagi hotel Garuda City karena pada tahun tersebut pembangunan telah rampung dan hotel tersebut dapat dioperasikan secara penuh. Pada tanggal 22 Juli 1982, hotel tersebut relatif megah dan pada waktu itu diresmikan oleh direksi kedua hotel tersebut yang pada masa itu masih dijabat oleh Bapak Haji Muhammad Arbie.

Pada tanggal 7 Agustus 1985 Hotel Garuda City berubah nama menjadi Hotel Garuda Plaza karena untuk menciptakan kesan “lebih Indonesia” sekaligus mengikut anjuran pemerintah bagi perusahaan-perusahaan untuk menggunakan merek-merek berbahasa Indonesia. Sesuai dengan pengklasifikasian hotel sebagai hotel berbintang dilihat dari syarat-syarat lokasi, akomodasi, makanan dan minuman, fasilitas pelayanan, personil dan berbagai fasilitas lainnya. Maka sejak berdirinya hotel tersebut dan disahkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata, Hotel Garuda Plaza sudah dianggap layak sebagai hotel bintang satu. Dan sekarang, hotel Garuda Plaza telah menjadi hotel berbintang tiga.

2.3.2 Struktur Organisasi Hotel Garuda Plaza

Setiap perusahaan perlu membentuk suatu struktur sehingga pekerjaan dapat lebih baik dan sesuai dengan bidangnya serta keahlian masing-masing.

Struktur organisasi merupakan suatu bentuk yang menunjukkan aspek-aspek pokok bentuk dan hubungan antar bagian serta saluran pengawasan yang menduduki masing-masing jabatan. Struktur organisasi menggambarkan pembagian yang penting serta garis otoritas


(37)

formal. Kesemuanya ini adalah tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk mengkoordinir perusahaan dan bekerja lebih efektif dan efisien.

Struktrur organisasi yang dianut oleh Garuda Hotel Group adalah organisasi “Garis dan Staf” dimana terdapat pimpinan dan wakil pimpinan dari perusahaan hotel ini merupakan pimpinan perusahaan.

Struktur organisasi dapat dipandang sebagai suatu kerangka yang menyeluruh yang menghubungkan berbagai fungsi dari badan usaha dan menunjukkan hubungan yang tetap antara para pegawai yang melaksanakan berbagai fungsi tersebut.


(38)

2.3.2 Boutique Hotel

Adapun defenisi maupun pengertian dari boutique hotel, dan karakteristik dari boutique hotel.

2.3.2.1 Pengertian Boutique Hotel

Boutique hotel memiliki beberapa pengertian menurut sumber-sumber yang diperoleh, antara lain :

1. Pengertian Boutique hotel menurut Lucienne Anhar dalam artikel berjudul “The

Defenition of Boutique hotels in Recent Years”14

a. Kecil : memiliki kapasitas 50 kamar (di daerah pinggiran) atau 150 kamar

(di daerah perkotaan). Dari jumlah kamar yang dibawah 200 tersebut dapat meningkatkan hubungan antara tamu yang menetap dengan anggota staf

adalah

b. Orisinalitas : kebanyakan butik hotel memiliki konsep yang jauh berbeda dari

hotel-hotel bintang lima, sehingga sebuah butik hotel memiliki identitas yang kuat, misalnya hotel tersebut mempunyai dekorasi layaknya galeri, barang antik bahkan ada juga yang mendekorasi layaknya tempat-tempat tinggal di perkampungan yang sangat sederhana

c. Karya arsitektur yang sustainable : material yang digunakan bervariasi dan

kebanyakan konsep dasarnya selaras dengan alam dan perkembangan budaya disekitar site. Juga memperhatikan manajemen pembuangan atau sisa dan keefisienan penggunaan energi

d. Mewah : sebuah butik hotel mempunyai pedoman utama yang berbunyi

“kualitas, berapapun harganya” namum hal ini tidak diterapkan dalam pemilihan material , akantetapi dalam segi pelayanan dan keramahan yaitu menempatkan keinginan individu di atas segalanya

e. Low profile : butik hotel tidak mengiklankan diri, mereka berkeyakinan bahwa para

turis yang akan mencari keberadaan mereka, 2. Pengertian boutique hotel :15

a. Boutique hotel bukanlah sebuah hotel berskala besar.

14

http://www.hospitalitynet.org/news/4010409.search?query=lucienne+anhar+boutique+hotel

15

1, Rob MITCHELL /8 - Aug - 2005/ Hotel Brands Break the Chain www.brandchannel.com

2, Harry NOBLES /December - 2001/ What is a boutique hotel?

www.hotel-online.com/news

3, Lucienne ANHAR /10 - Oct - 2005/ The definition of Boutique Hotels


(39)

b. Boutique hotel bukanlah bagian dari hotel lainnya.

Tidak peduli di hotel besar mana yang dikunjungi, logo, lobi dan keseluruhan ruangannya memiliki tampilan yang sama, tetapi boutique hotel didesain dengan penekanan pada tema yang unik, tidak biasa dan suasana yang special.

c. Boutique hotel tidak terkesan kuno.

Hotel tradisional lebih mengambil pendekatan pada buku bacaan mengenai branding , akan tetapi butik hotel memilki definisi yang berbeda. Modernism dan interpretasi dari abad ke 21 banyak dijumpai pada boutique hotel yang terdapat di kota. Dalam boutique hotel, konsep hiburan tidak hanya terbatas pada acara-acara seperti pertunjukkan live musik, konsep dari hiburan pada boutique hotel lebih kepada hotel tersebut, dengan penggunaan tema yang tidak umum dan dekorasi yang berbeda.

d. Boutique hotel terkesan stylish.

Gaya, perbedaan, kehangatan dan keintiman merupakan kunci utama dari boutique hotels, dimana menarik tamu hotel yang mencari keunikan dan perbedaan dari segi arsitekturalnya.

e. Lokasi dari boutique hotel yang dipilih berperan penting

Apabila berada di area perkotaan, lokasi menjadi prioritas utama yang dipertimbangkan oleh tamu hotel.

f. Boutique hotel menawarkan suasana kosmopolitan dengan sentuhan lokal. Suasana merupakan faktor penting dalam mendesain sebuah boutique hotel.

g. Boutique hotel memiliki staf lulusan akademi pendidikan pelayanan

h. Boutique hotel adalah hotel untuk kalangan menengah ke atas

Pada saat ini, wisatawan lebih mencari penginapan yang tidak hanya sekedar menawarkan kenyamanan dan kemudahan. Dengan seriing bertambahnya jumlah wisatawan, mereka menyukai kejutan, tampilan dan suasana.

Banyak boutique hotel yang telah membuat karakteristik sendiri untuk setiap ruangnya. Berbagai pandangan mengenai boutique hotel yaitu :

1. Menurut Bhuvan G M, boutique hotel merupakan sebuah hotel yang memiliki 150 hingga 200 kamar, yang istimewa dan didekorasi menarik

2. Boutique hotel merupakan hotel yang tidak melayani lebih dari 150 kamar dan didesain dengan tema masa kini, di mana setiap ruang hotel memiliki konsep yang konsisten.


(40)

3. Kata kunci dari boutique hotel adalah kecil (small) dan disenangi (fashionable). Kecil bukan ukurannya, tetapi jumlah kamarnya yang sedikit tetapi unik (istimewa) dan nyaman (luxury).

Terdapat bermacam-macam definisi dari boutique hotel, tetapi telah disepakati bahwa

boutique hotel memiliki komponen-komponen sebagai berikut16

1. Arsitektural dan Desain

:

Tema, keunikan dan keramahan serta keakraban merupakan peran utama di dalam mendesian suatu boutique hotel, yang mana pada akhirnya dapat menarik perhatian turis wisman maupun wisnus yang berkunjung ke suatu daerah. Selain itu, pihak hotel cenderung lebih akrab dengan tamu-tamu hotelnya, dan berusaha memenuhi kebutuhan individu dari tamu hotelnya.

Boutique hotel tidak memiliki standar tertentu. Konsep dan tema yang digunakan diterapkan pada keseluruhan bangunan, hal inilah yang membuat tamu tertarik untuk datang.

2. Pelayanan (Service)

Perbedaan mendasar antara boutique hotel dengan hotel standard adalah tamu-tamu hotel yang memiliki hubungan baik dengan anggota staff hotel. Para staff boutique hotel, mengenal dengan baik tamu yang pernah menginap. Kebanyakan boutique hotel memiliki kamar yang relatif sedikit. Hal ini disepakati, agar pelayanan yang diberikan oleh para staf hotel dapat maksimal.

3. Target pemasaran

Target konsumen boutique hotel umumnya adalah konsumen yang berpenghasilan menengah ke atas. Keberhasilan boutique hotel didasari oleh pemilihan lokasi. Kualitas yang diberikan, permintaan pasar, pendekatan pemasaran, dan penanganan distribusi dan reservasi yang efektif.

Berdasarkan lokasi, boutique hotel dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Boutique hotel yang berada di tengah kota

Boutique hotel yang berlokasi pada daerah ini menjadi tujuan wisatawan. Lokasi sangat mempengaruhi keberhasilan hotel ini, karena lingkungan sekitarnya harus dapat mendukung keberadaan hotel ini. Kawasan kota yang dipilih diusahakan adalah kawasan yang unik (memiliki ciri-ciri khusus). Selain itu, teknologi juga sangat mempengaruhi, baik teknologi yang meningkatkan ambisi maupun emosional tamu, dapat berupa pencahayaan, fasilitas hiburan, akses internet, dll yang membuat tamu-tamu nyaman. Interior hotel yang menerapkan konsep tertentu juga menjadi keunikkan boutique hotel.

16


(41)

2. Boutique hotel resort

Boutique hotel resort lebih bersifat eksotis, kecil dan pribadi. Boutique Hotel ini memberikan kesempatan bagi tamu-tamu untuk menjelajahi perasaan lokal tanpa meninggalkan kemewahan yang ada. Kriteria lokasi hotel ini terkesan bersembunyi, jauh di sudut-sudut pulau atau gunung. Lokasi berperan penting untuk hotel ini, karena setiap ruang harus memiliki view yang bagus. Keberhasilan boutique hotel resort ini terletak pada perpaduan antara alam dengan buatan sehingga mempertimbangkan faktor kenyamanan dan kemewahan tanpa menghilangkan kepribadian komunitas setempat.

Prinsip boutique hotel antara lain :

1. Penggunaan elemen-elemen perancangan yang tidak biasa, seperti garis, warna, bentuk, tekstur, pola, ruang dan cahaya.

2. Langgam arsitektur yang berbeda dari lingkungan disekitarnya. 3. Hotel berskala kecil yang memilik style dan ciri khas tersendiri

4. Fokus terhadap style yang eksotis, keramahan dan keakraban serta pelayanan yang memuaskan.

Hal umum yang biasanya ditemui pada boutique hotel yang berhasil terletak pada penataan lingkungan hotel yang berbeda yang ditekankan pada desain arsitektur dan interior. Para tamu yang masuk ke boutique hotel akan disambut dengan sapaan atas nama mereka, jika mereka sudah pernah menginap di sana, bahkan akan menanyakan kabar pasangannya maupun anak-anaknya. Boutique hotel selalu berusaha untuk menyenangkan tamu yang menginap di hotelnya. Boutique hotel merupakan suatu konsep hotel yang berbeda, sehingga menarik minat para wisatawan maupun para pebisnis yang menginap dan umumnya para tamu ini biasanya betah, sehingga mencatat angka rata-rata yang tinggi pada kunjungan berulang oleh tamu yang sama.

Dari data yang diperoleh bahwa belum adanya suatu definisi tetap mengenai boutique hotel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa boutique hotel adalah sebuah gaya hotel yang dapat diterapkan pada hotel kelas melati maupun hotel berbintang yang mana memiliki konsep perancangan arsitektur yang memiliki suatu tema tertentu. Yang menjadikan suatu boutique hotel berbeda dengan hotel pada umumnya, tidak hanya terletak pada perangkat luarnya saja (desain), tetapi juga pada segi konsep dan servis yang di tawarkan dari boutique hotel kepada para tamu yang menginap.


(42)

2.3.4 Jenis dan fasilitas standar kamar tamu

Jenis kamar hotel (Gambar 2.1) pada dasarnya dibedakan atas :

1. Single room : kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran Single untuk satu orang

2. Twin room : kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua buah tempat tidur masing – masing berukuran Single.

3. Double room : kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran Double ( untuk dua orang )

4. Double – double : kamar untuk empat orang yang dilengkapi dengan dua kamar tamu dan dengan tempat tidur berukuran Double ( untuk dua orang ).

17

Fasilitas – fasilitas yang terdapat pada masing – masing kamar tersebut adalah : 1. Tempat tidur (jumlah dan ukuran sesuai dengan tipe kamar)

2. Kamar mandi privat 3. Lemari pakaian

4. Meja rias (dressing table)

5. Rak untuk menyimpan koper (luggage rack) 6. Sofa

7. Telepon, televisi, kulkas mini, peralatan mandi, dan alat tulis

17

Marlina Endy, Panduan perancangan Bangunan Komersial, Andy Yogyakarta, Yogyakarta 2007 Gambar 2.1 Tipe dan layout kamar tidur koridor


(43)

Berikut ini, Gambar 2.2 merupakan bentuk kamar tidur beserta koridor dan pola kamar tidur pada Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Bentuk kamar tidur beserta koridor


(44)

2.4 Lokasi Usulan Proyek

Dalam mengusulkan lokasi proyek diperlukan data, antara lain data umum lokasi proyek, kriteria yang harus di penuhi dalam pemilihan lokasi, kriteria dalam penentuan objek pelestarian.

2.4.1 Data Umum Lokasi Proyek

Lokasi proyek berada di kota Medan , Sumatera Utara , Indonesia. Letak geografis kota Medan sebagai berikut :

• Nama kota : Medan (Gambar 2.4)

• Luas : 26.510 Hektar (265,10 Km2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara

• Letak : 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur

• Ketinggian : 2,5 – 37,5 di atas permukaan laut

• Batas – batas Site : Sebelah utara , timur , selatan dan barat berbatasan dengan

kabupaten deli serdang.

• Iklim : tropis , suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C – 33,1 °C

• Kelembaban udara rata – rata : 78 – 82 %

• Kecepatan angin rata – rata : 0,42 m/sec

• Laju penguapan tiap bulannya : 100.6 mm


(45)

2.4.2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Dalam memilih lokasi terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan komersil yang bersifat public dan berskala kota, serta memiliki latar belakang dalam mengatasi bangunan lama bersejarah yang telah lama ditinggalkan, berikut ini dapat dilihat pada tabel 2.2:

No Kriteria Pemilihan Lokasi Keterangan

1 Tinjauan terhadap arsitektur kota

Lokasi yang dipilih berada dibagian pusat kota dengan pertimbangan komersil dan berskala kota.

2 Pencapaian Lokasi harus dapat dicapai dari berbagai

arah dan dengan segala alternatif (kendaraan umum, pribadi, pejalan kaki)

3 Area pelayanan Lokasi memiliki area pelayanan ± 1 km dari

berbagai fasilitas seperti bank, tempat ibadah, pasar, kantor, dll

4 Persyaratan lain Lokasi harus memiliki tingkat privasi yang tinggi dan cocok digunakan sebagai tempat rekreasi seperti daerah pinggir sungai. Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.


(46)

2.4.3 Kriteria Penentuan Objek Pelestarian18

Adapun kriteria – kriteria yang hendak di penuhi dalam menentukan objek pelestarian (Tabel 2.3)

Kriteria Pendapat Ahli Pendapat Negara Lain Kesimpulan

Catanesse Harvey Kurniasih Nepal Inggris Australia Eks.Depnaker

Estetika Nilai

arsitektural (bentuk, gaya, tata kota, struktur) mewakili prestasi khusus suatu gaya sejarah tertentu Keistimewaan estetika dan arsitektonis Nilai (value) dari objek, mencakup nilai estetik dari kualitas maupun bentuk detilnya Kualitas estetika Karya seni yang khusus & kreatif, komposisi dari yang terkemuka Kreatif dan teknis secara arsitektur Mencirikan gaya arsitektur yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya

Kejamakan Mewakili kelas & jenis khusus yang spesifik Nilai-nilai yang terkandung sebagai ekspresi seni yang mewakili kurun waktu tertentu

- - Bagian rantai

perkembangan arsitektur

- Di sekitar

lokasi hanya terdapat dua bangunan yang memiliki gaya arsitektur ini

Kelangkaan Sisa warisan peninggalan terakhir dari gaya tertentu yang mewakili jenisnya Mencerminkan nilai-nilai tradisional setempat (yang tidak dimiliki daerah lain) Fungsi lingkungan dan budaya yang unik

keunikan - - Bangunan ini

mewakili gaya arsitektur neoklasik

Keistimewaan Memiliki bentuk

- - usia Janggal &

ajaib secara Keratif & teknis secara Merupakan suatu 18

Dikutip dari tesis magister, J.P.Marthin Sibarani, ITB 2002, hal 59-60


(47)

menonjol, tinggi dan besar, atau merupakan bangunan yang pertama dan tertua

arsitektural kerekayasaan bangunan

sudut yang memiliki focal point berupa dua buah menara Peranan Sejarah Memiliki nilai sejarah, lokasi peristiwa sejarah, babak perkembangan suatu kota, atau berhubungan dengan orang terkenal Saksi suatu peristiwa sejarah

- Memiliki

kepentingan sejarah, bagian buku dari cerita rakyat & legenda; memiliki kepentingan arkeologi Berasosiasi dengan tokoh & peristiwa penting Dihargai masyarakat (berasosiasi dengan tokoh, peristiwa dan tindakan yang penting) Pertama kali dibuka, bangunan ini diresmikan oleh walikota pertama kota Medan Penguat Kawasan Kehadirannya mempengaruhi kawasan sekitarnya dan bermakna dalam meningkatkan mutu dan citra lingkungan Berfungsi sebagai suatu “anchorage memories” telah beberapa generasi menjadi landmark suatu tempat Fungsi objek dalam lingkungan kota yang memperkuat karakter kota Bermakna kekotaan

- Wajah kota

dan lansekap yang baik sehingga memperkuat kawasan sekitarnya Terletak dikawasan bersejarah sehingga berfungsi sebagai anchorage memories

Kekuatan - - - Mudah rusak - - Kokoh

Sumber : Menurut tesis magister, J.P.Marthin Sibarani, ITB 2002 , Catanesse (1979), Harvey (Nasir,19979), Lubis (1990), Kurniasih (1992), Analisa


(48)

2

.4.4 Pemilihan Lokasi Site

Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK )

Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah (tabel 2.4), yaitu :

WPP Cakupan

Kecamatan

Pusat

Pengembangan

Peruntukan Lahan Program

Pembangunan

A M. Belawan

M. Marelan M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan, Industri, Permukiman,

Rekreasi, Maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan permukiman.

B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,

Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman

Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

C M. Timur

M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas

AKSARA Permukiman,

Perdagangan, Rekreasi

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

D M. Johor

M. Baru M. Kota M. Maimoon M Polonia

INTI KOTA CBD, Pusat

Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

E M. Barat

M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

SEI SEKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi,

Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.


(49)

Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini (Gambar 2.5) :

Lokasi Site

Terdapat 3 alternatif lokasi, yakni : 1. Lokasi A (Gambar 2.6)

Lokasi berada di Jalan Perintis Kemerdekaan dengan luas lahan + 1.7 Ha terletak di Kecamatan Medan Timur. Berdekatan dengan Universitas Nomenesen, SMA Negeri11, Hotel Grand Angkasa dan Hotel JW.Marriot. Dengan sebuah rumah PTP di bagian depan lahan

Gambar 2.5. Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan

WPP D

CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan,

Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman

WPP E

Permukiman, Perkantoran, Perdagangan,Konservasi,

Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

WPP A Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi,

Maritim

WPP B

Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor,

Permukiman

WPP C

Permukiman,Perdagangan,R ekreasi


(50)

2. Lokasi B (Gambar 2.7)

Lokasi berada di Jalan Tembakau Deli, dengan lus lahan + 2.3 Ha terletak di Kecamatan Medan Barat. Berdekatan dengan Pusat perbelanjaan Deli Plaza, Hotel JW.Marriot, Capital Building

3. Lokasi C (Gambar 2.8)

Lokasi berada di Jalan Ahmad Yani VII – Jalan Hindu, dengan luas lahan + 1.3 Ha, terletak di Kecamatan Medan Barat. Berdekatan dengan Pusat perbelanjaan Palladium, Pusat Jajanan Merdeka Walk, Hotel Grand Aston City Hall, Hotel Aryaduta, Pasar Ikan Lama.

Berikut ini, tabel 2.5 merupakan kriteria dan penilaian dari alternatif – alternatif lokasi yang dipilih :

Kriteria Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Luas lahan (2)

1.7 Ha

(3) 2.3 Ha

(2) 1.3 Ha

Tingkatan Jalan (3)

Jalan Arteri Primer

(3)

Jalan Arteri Sekunder (1)

Jalan Kolektor

Pencapaian ke Lokasi (3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

(3)

Mudah karena dapat

diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

(3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum Jangkauan terhadap Struktur kota (1)

Berada dipusat kota dan merupakan daerah

(1)

Berada dipusat kota dan merupakan daerah

(3)

Berada dipusat kota dan merupakan daerah Gambar 2.7. Alternatif Lokasi 2

Gambar 2.8. Alternatif Lokasi 3


(51)

pengembangan pendidikan, kesehatan, pemukiman, perdagangan pengembangan pendidikan, kesehatan, pemukiman, dan perkantoran. pengembangan pariwisata, perkantoran, dan perhotelan Fungsi Pendukung sekitar lokasi (1)

Pertokoan, kantor, plaza, hotel, pendidikan, sarana pariwisata lainnya.

(2)

Kantor, hotel, sarana

pariwisata lainnya , pemukiman mewah .

(3)

hotel, kantor, rekreasi,

pusat perbelanjaan,

plaza RUTRK (Pengembangan Perdagangan dan Rekreasi) (1) Kurang Sesuai (1) Kurang Sesuai (3) Sesuai

Fungsi eksisting (3)

Pertokoan/ruko, bangunan kolonial (3) bangunan kolonial (3) Bangunan kolonial, bangunan kosong

Kontur Relatif datar Relatif datar Relatif datar

Pengenalan Entrance (2)

Baik

(1) Sulit

(1) Sulit

Total Nilai 16 17 19

Peringkat 3 2 1

NB : 3 = sangat baik ; 2 = cukup baik ; 1 = kurang baik

Berdasarkan analisa terhadap 3 lokasi yang dipilih, terlihat bahwa tabel penilaian

memperlihatkan LOKASI C merupakan lokasi yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai

site untuk “ Medan Boutique Hotel “, karena :

• Lokasi sangat strategis, berada dipusat kota dan dapat diakses dari berbagai penjuru

kota.

• Pada lokasi lahan terdapat sebuah bangunan lama bersejarah dengan gaya arsitektur

neoklasik serta kawasan yang memiliki atmosfir bangunan bersejarah.

• Lokasi lahan yang hampir pada seluruh tepinya dikelilingi oleh sungai yang merupakan

potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi sarana rekreasi, shopping street.

3.4.5. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Adapun data mengenai tapak perancangan, antara lain :

1.

Kasus Proyek

: Medan Boutique Hotel

2.

Status Proyek

: Fiktif

3.

Pemilik Proyek : Pihak Swasta

4.

Lokasi Tapak

: Jln. Ahmad Yani VII – Jln. Hindu, Kecamatan Medan Barat

Kotamadya Medan (Gambar 2.9)


(52)

Batas Utara : Jln. Ahmad Yani VII

Batas Timur : Jln. Hindu

Batas Selatan: Jln. Sutoyo

Batas Barat : Sungai Deli

5.

Luas Lahan

: + 1,3 Ha (+ 13.000 m

2

)

6.

Kontur

: Relatif datar

7.

KDB

: 90-100 %

8.

KLB :

Bangunan di sekitar site memiliki KDB yang berkisar 80% hingga 100%, dengan ketebalan bangunan yang relatif tipis dan jarak bebas belakang bangunan 1–4 metar (sangat rapat) dan tidak terdapat jarak bebas samping kiri–kanan bangunan (0/nol)

9.

GSB

Jln. Ahmad Yani VI : 1.25 meter

Jln. Hindu

: 1.25 meter

10.

Bangunan Eksisting : Kantor Eks Depnaker // Medan Warenhuis

11.

Potensi Lahan :

Terletak dipusat kota

Berada pada kawasan bersejarah, pusat perbelanjaan

Transportasi lancar dan baik

Luas site mendukung +

Memiliki jalur utilitas yang baik

1,3 Ha


(53)

2.5 Studi Kelayakan

Berdasarkan hasil survey statistik, tingkat penghunian hotel tertinggi di Indonesia

adalah Medan. Tingkat hunian ini mencapai angka 70%.19

• Sumut merupakan salah satu dari 10 besar destinasi wisata unggulan di Indonesia

Angka ini mengalahkan Bali yang memiliki tingkat hunian 65%.Terdapat beberapa alasan mengapa sumatera Utara memiliki potensi sebagai tujuan wisata para pelancong1, yakni :

• Sumut memiliki 10 objek wisata andalan yang berskala internasional

• Sumut merupakan pintu gerbang wisatawan mancanegara yang mengunjungi wilayah

Indonesia bagian barat

• Sumut memiliki lokasi yang strategis, yang mana berdekatan dengan negara-negara

tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Selain itu, Industri pariwisata Sumatera Utara diyakini semakin membaik pada tahun 2010 dan kunjungan wisatawan dapat meningkat. Dalam harian Bisnis Indonesia, kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara menegaskan bahwa pemerintah akan terus melanjutkan program sadar wisata bagi masyarakat, selain itu, Disbudpar Sumut juga telah mencanangkan kalender event pariwisata (Tabel 2.6) pada Januari 2010 silam. Dengan tujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke kota Medan.

Dengan adanya perencanaan event tahunan tersebut, tentunya diperlukan fasilitas-fasilitas akomodasi yang memadai.

Tabel 2.6 Kalender Event Pariwisata SUMUT 201020 Kalender event pariwisata Sumatera Utara 2010

Event Bulan

Festival Food and Fashion Maret

Festival Budaya Melayu Mei

Pesta Danau Toba Juli

Pesta Rontang Bittang Juli

Horas Fiesta Samosir Juli

Ramadan Fair Agustus

Warisan Budaya Islam se-Sumut September

Gema Pariwisata September

Sumut Expo Oktober

Arung Jeram November – Desember

Sumber : Dinas Kebudayaan&Pariwisata Sumut

19

harian Kompas, Rabu, 17 Maret 2010, “Pertumbuhan Hotel Berbintang di Medan

20


(54)

Tabel 2.7. Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara menurut 3 pintu masuk (Bandara Udara Polonia – Pelabuhan Laut Belawan – Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan)

Tahun 2009 2008 2007 2006 2005 Rata-rata

Wisman 162.985 152.294 134.130 121.846 115.264 137.303

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, “ Medan Dalam Angka 2009 “

Dari tabel 2.7 di atas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Medan semakin meningkat walaupun dalam jumlah angka yang tidak begitu signifikan.

Tabel 2.8.Perbandingan tingkat penghunian kamar dari tahun 2005 hingga 2008 (%)

Tahun 2008 2007 2006 2005

* 33.8 46.2 50.5 54.6

** 43.8 47.2 45.5 48.3

*** 60.39 57.07 60.61 50.79

**** 56.19 60.65 63.34 48.54

***** 62.1 50.6 46.1 62.7

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, “ Medan Dalam Angka 2009 “

Dari perbandingan tabel 2.8 di atas dapat diperoleh bahwa, tingkat penghunian kamar hotel bintang 5 (*****) mendominasi diantara hotel berbintang lainnya.

TAHUN / JENIS JUMLAH

HOTEL KAMAR TEMPAT TIDUR

2005 147 5073 7438

2006 160 5654 8297

2007 165 5813 9121

2008 167 6277 10121

BINTANG * 12 529 766

BINTANG ** 1 67 144

BINTANG *** 9 890 1465

BINTANG **** 7 1196 2035

BINTANG ***** 3 700 2032

NON-CLASSIFIED 135 2895 3679

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, “ Medan Dalam Angka 2008 “


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

“ Data Pendukung Tata Ruang Kawasan “ , Direktorat Jenderal Penataan Ruang , Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Fitch, James Marston, 1982. Historic Preservation. New York :McGraw-Hill Book Company.

• Harian Bisnis Indonesia

• Harian Kompas

• Hill , Mc Graw . 1996 . Time Saver Standard for Building Types, T i m e S a v e r

Standards, A Hand Book of Architectural Design . New York

Marlina , Endy . 2007. Panduan Perancangan Bangunan Komersial . Andi Yogyakarta .

“ Medan Dalam Angka 2009 “ , BPS kota Medan

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 2 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

• Sibarani, J.P. Marthin. 2002. “Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama di Kawasan Kesawan, Medan.”, ITB.

• The Architect Data

www.google.co.id keyword : boutique hotel, boutique hotel theory

• www.pemkomedan.go.id