xiii secara visual dan konsepsual. Tekstur kota atau matriks dasar dari material kota adalah
kombinasi pola jalan, ruang terbuka, blok bangunan dengan variasi tatanan tipologi. Bila koneksi-koneksi visual dan konsepsual telah terdefinisikan, maka variabel dari tekstur yang
menentukan derajat keteraturan, proporsi solid dan void dan kepadatan kawasan akan dapat dikendalikan. Kedua, taktik koneksi yakni interpenetrasi kawasan overlapping dari
sudut dan pola kawasan untuk membangun relasi majemuk dan kontinyuitas tekstur strukturalisasi ruang kota dengan disain lansekap dengan terlebih dahulu menentukan
pattern of urbanism. Andy Siswanto, 1993
3.2. Perkembangan arsitektur kontekstual
Pada tahun 1880-1890 terjadi revolusi Industri kedua yang memiliki dampak timbulnya sistem fabrikasi di mana sebagian besar elemen bangunan dibuat dipabrik, penggunaan
mesin-mesin, penggunaan teknologi baja tulangan,dsb. Sistem fabrikasi tersebut memungkinkan pembangunan dapat terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Sejak tahun 1890-1910 mulai muncul gerakan yang menentang peniruan dan pengulangan bentuk kaidah dan teori lama. Hal ini semakin meluas ke seluruh dunia. Dalam masa
modernisasi awal teori-teori keindahan dalam arsitektur berkembang secara radikal menentang klasikisme yang pada akhirnya muncul prinsip fungsionalisme yang
mengakibatkan lahirnya gerakan arsitektur modern. Gaya arsitektur modern muncul sebagai gaya internasional yang cukup memiliki kemiripan
di semua tempat, semua negara. Dimana Arsitektur modern mengusung fungsi ruang sebagai titik awal desain sehingga, bangunan-bangunan yang muncul mempunyai style
yang hampir sama meskipun dibeberapa tempat ada yang berbeda. Bahkan, bangunan- bangunan yang muncul terkadang tidak memperhatikan kondisi lokal lingkungan sekitar.
Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa arsitektur pada masa itu tidak mempunyai roh.
Kawasan Kesawan, merupakan kawasan yang telah memiliki nilai historik yang tinggi, sehingga menjadikannya sebagai sebuah kawasan konservasi dan preservasi yang
berusaha mempertahankan identitas dari sejarah bangunan lama yang ada. Suatu kawasan yang memiliki gaya yang begitu kuat dengan ciri khas khusus yang telah menjadi ‘jiwa’ dari
kawasan tersebut yang kemudian membuatnya menjadi berbeda dengan kawasan sekitar dan memiliki daya tarik tersendiri.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul bangunan-bangunan baru yang secara visualisasi sangatlah kontras dengan bangunan disekelilingnya. Sehingga Kawasan
Universitas Sumatera Utara
xiii Kesawan ini seolah-olah terpisah dan tidak menyatu dengan kawasan sekitar. Untuk itulah
Medan Boutique Hotel ini dibangun dengan perancangan melalui pendekatan secara kontekstual yang mempertimbangkan karakter fisik yang telah ada untuk menciptakan
hubungan yang harmonis terhadap lingkungan, sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual yang baik.
Brent C Brolin dalam bukunya Architecture in Context 1980 menjelaskan, kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru
dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan
terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.
Pendapat lain mengatakan bahwa arti konteksual adalah sebagai berikut : 1. Kontekstual berarti berusaha keras agar ada “kesesuaian” antara pendatang baru, yaitu
bangunan atau karya arsitektur dengan kondisi tapak yang telah ada sebelumnya 2. Kesesuaian tidak berarti harus sama
3. Kesesuaian yang dimaksud adalah memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.
4. Kontekstual merupakan suatu hal yang penting dalam arsitektur, karena Arsitektur bukanlah objek yang berdiri sendiri , melainkan harus menjadi satu kesatuan harmonis
dengan sekitarnya, menjadi satu kesatuan jaringan secara sosial, budaya maupun ekologis. Keberadaannya harus memberikan keseimbangan.
3.3. Penerapan kontektual dalam judul proyek