xiii
3.6.1.3 Perkembangan gaya arsitektur neoklasik di Indonesia
Di Indonesia, arsitektur gaya ini dibawa oleh pemerintahan Hindia-Belanda yang ketika itu berkuasa. Bangsa Belanda pun merasa berkepentingan untuk membuat
bangunan-bangunan sebagai fasilitas penunjang kegiatan mereka selama di Indonesia. Jadi arsitektur klasik maupun neo-klasik yang diterapkan pada bangunan tersebut adalah masih
mengikuti gaya arsitektur atau langgam yang sedang berlaku di Negara asal mereka. Gaya arsitektur ini biasanya banyak diterapkan pada bangunan yang bersifat pemerintahan hal ini
dikarenakan pada masa mereka mulai menguasai dan memonopoli perdagangan di Indonesia tentu mereka juga ingin memiliki kekuasaan atas kewilayahan Indonesia untuk itu
mereka merasa perlu untuk membuat suatu pemerintahan sebagai landasan yang kuat untuk menguasai suatu wilayah. Namun seiring dengan proses adaptasi dari interaksi
dengan masyarakat pribumi, maka makin beragam bangunan yang dibuat dengan fungsi yang berbeda-beda pula.
Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di Indonesia umumnya bergaya Yunani dan Romawi dengan ciri-ciri antara lain:
1. bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar silindris yang berukuran besar, 2. secara umum memiliki atap tidak terlalu curam,
3. jendela berukuran besar, 4. memiliki portico di bagian depan, dan
5. selasar yang cukup luas di bagian belakang bangunan, 6. biasanya bangunan berwarna putih untuk memberi kesan megah pada bangunan,
walaupun selama pendudukan Belanda juga berkembang gaya arsitektur klasik lainnya seperti kristen awal, byzantium, art nouveau, renaissance dan sebagainya.
3.6.1.4 Periode Neoklasik
46
46
http:myhimee.wordpress.com20080516perkembangan-arsitektur
Sebagai dampak dari kejenuhan akan ornamen, maka pada periode ini arsitektur dikembalikan pada kodratnya seperti pada masa sebelum periode Romantik.
Bentuk dan elemen-elemen yang diambil kembali ke masa klasik—Yunani dan Romawi— yang lebih menonjolkan ketenangan dan kesederhanaan. Namun pengaruh periode
Romantik masih terasa, di antaranya melalui penggunaan material baru seperti logam dan kaca serta teknologi pengolahan baru. Jadi kelihatannya seperti arsitektur periode Baroque
dengan ornamen yang tidak lebih kompleks namun menggunakan proses dan material baru.
Universitas Sumatera Utara
xiii
Gambar 3.9 eksterior British Museum Gambar 3.10 interior British Museum
Gambar 3.11 eksterior Fitzwilliam Museum
Gaya yang berkembang pada periode ini antara lain: 1. Art Deco
Cenderung untuk mengutamakan bentuk geometris dasar lingkaran, segiempat, segitiga atau geometrisasi dari bentuk natural. Dalam merancang umumnya melibatkan emosi
sekaligus logika, dengan perbandingan yang sama. 2. Art Noveau
Bentuk yang terjadi merupakan bentuk natural, mempertahankan bentuk aslinya atau diubah tetapi tetap mempertahankan unsur kurva atau lengkung aslinya, misalnya bentuk
sulur tanaman dan lain sebagainya. Sepenuhnya mengandalkan emosi.
3.6.1.5 Studi Banding Arsitektur Neo-klasik