pegawai fungsional di KPP Pratama Bogor memiliki kemungkinan perubahan jabatan di KPP Pratama lain menjadi seksi pelaksana atau yang lainnya sesuai
pangkatgolongan yang ada.
Gambar 14.Diagram Fishbone Penghambat Pengembangan Karir
4.6.2 Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Karir Pegawai Fungsional Menggunakan
Force Field Analysis
Force Field Analysis Analisis Kekuatan Medan adalah analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui pemicu dan penghambat suatu keputusan.
Tahapan analisis Force Field Analisis Kekuatan Medan sebagai berikut:
1. Menentukan semua faktor pendorong yang merupakan potensi dalam pengembangan karir.
2. Menentukan semua faktor penghambat yang merupakan permasalahan dalam pengembangan karir.
3. Memberikan nilai setiap faktor pendorong dan faktor penghambat untuk menunjukkan sebarapa besar kekuatannya terhadap pengembangan karier.
Adapun matriks analisis Kekuatan Medan dapat dilihat pada Gambar 15. Terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi strategi pengembangan karir diantaranya
adalah penghambat dan pemicu dari stategi tersebut.
Banyaknya peraturan dan penilaian yang tidak sesuai
dengan beban kerja Proses yang lama
Waktu Standar pangkat
jabatan yang lebih tinggi di temapat
kerja baru saat mutasi
Penyesuaian pangkat di tempat baru yang
kompleks Penetuan standard
dan waktu kenaikan pangkatjabatan yang
tidak jelasdan pasti
Kebijakan Pendidikan formal
pegawai yang tidak diakui DJP
Administrasi kenaikan jabatan
yang lama Pengembangan
karier terhambat
Angka kredit Prosedur
Prosedur yang terkadang tidak
mengikuti aturan
Proses administrasi karier yang harus diikuti rumit
Kebijakan angka kredit yang tidak objektif
Angka kredit terbengkalai akibat mutasi
Gambar 15. Matriks Force Field Analysis 1. Potensi Faktor Pendorong Pengembangan Karir
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil PNS No.16 Tahun 1994 Bab I pasal 1 ayat
1 menyatakan bahwa jabatan fungsional PNS adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai
Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa
Pajak dan Angka Kreditnya No.31KepM.Pan32003 pasal 2 adalah jabatan karir yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Pegawai
fungsional memiliki jenjang karir yang jelas dan membantu mereka untuk dapat menentukan kemana arah atau tujuan dari kinerja yang dilakukan.
Tingkatan pangkat dan jabatan yang ada pada jabatan fungsional memungkinkan seorang pegawai dapat mencapai tingkat level yang ingin
dituju dalam karir untuk mencapai kepuasan dalam kinerjanya. Tunjangan pegawai fungsional yang telah diatur sangat memotivasi dan mendorong
pegawai untuk berkinerja dengan baik serta berusaha mencapai pangkat yang lebih tinggi. Pendapatanpenghasilan ataupun reward yang diterima dapat
menjamin kesejahteraan pegawai dengan baik sesuai dengan pangkat dan posisi yang dimiliki pegawai fungsional KPP Pratama Bogor yang dapat
mendukung kinerja yang lebih baik. Kebijakan instansi untuk menjadi instansi yang berintegritas memberikan
dampak bagi pegawai fungsional KPP Pratama Bogor untuk berkinerja lebih
Kekuatan
Strategi Pengembangan
Karir Kekuatan
baik dan berusaha untuk mencapai karir atau pangkatjabatan yang lebih tinggi lagi. Integritas yang dimiliki oleh sebuah instansi mampu memberikan
suasana kompetisi sehat antar pegawai fungsional untuk lebih maju sehingga berdampak baik pada pencapaian tujuan perusahaan. Fasilitas yang
disediakan di KPP Pratama Bogor untuk mendukung pekerjaan di divisi fungsional memberikan pengaruh terhadap keinginan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan dengan optimal. Hal tersebut akan mendorong para pegawai fungsional agar terpacu untuk mencapai kinerja lebih baik yang
berpengaruh pada hasil penilaian kinerja yang baik untuk kemajuan atau peningkatan pangkat atau jabatan masing-masing. Untuk pencapaian karir
yang lebih baik tentunya seorang pegawai tidak dapat bekerja sendiri untuk mencapai hal tersebut. Komitmen tim untuk bekerjasama secara profesional
dalam melaksanakan pekerjaan memberikan dampak psikologis yang baik bagi pegawai dalam mencapai jenjang karir yang lebih baik.
2. Permasalahan Faktor Penghambat Pengembangan Karir Secara keseluruhan pegawai fungsional KPP Pratama Bogor memiliki
jenjang karir dan mengalami peningkatan pangkat dan jabatan. Namun dalam proses pencapaian karir tidak jarang terjadi kesulitan dan hambatan yang
dialami untuk mencapai proses tersebut. Bagi sebagian pegawai fungsional di Direktorat Jenderal Pajak, pengembangan karir yang dijalani sesuai dengan
target yang diinginkan namun tidak berlaku bagi sebagian pegawai yang lain. Diantara banyaknya faktor pendukung pengembangan karir pegawai
fungsional ada banyak masalah atau penghambat dan menjadi keluhan pegawai fungsional dalam mencapai karirnya. Angka kredit, yang
menyebabkan terhambatnya pengembangan karir yang dirasakan oleh pegawai fungsional KPP Pratama Bogor adalah rumitnya proses yang harus
dilakukan dalam pemenuhan angka kredit. Birokrasi dan kriteria kinerja yang tidak jelas yang menyebabkan sulitnya pencapaian kinerja sebagai syarat
pengisian angka kredit. Banyaknya peraturan dan penilaian yang tidak sesuai dengan beban kerja yang telah diselesaikan. Ada banyak pekerjaan yang telah
terselesaikan oleh pegawai namun penilaiannya berbeda pada saat pengisian angka kredit. Selain itu proses yang lama juga menjadi masalah sehingg
sangat mengganggu dalam memenuhi persyaratan dan kriteria pengisian angka kredit yang telah ditetapkan. Proses yang berbelit-belit dan terkadang
tidak sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditentukan. Prosedur yang tidak mengikuti standar yaitu proses maupun tahap yang berjalan untuk
peningkatan karir terkadang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Kebijakan yang ditetapkan untuk angka kredit tidak objektif dirasakan para pegawai fungsional di KPP Pratama Bogor. Penetapan bobot angka
pada setiap unsur kerja tidak sesuai dengan pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan. Selain itu, pendidikan formal yang dimiliki oleh pegawai
fungsional tidak diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penyesuaian gelar yang diterima dari pendidikan tertentu tidak dapat dilakukan penyetaraan
terhadap jenjang pangkat dan jabatan di divisi fungsional. Waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi bobot angka kredit pada setiap kegiatan cukup
lama untuk penyesuaian kenaikan pangkat. Selain penentuan standar dan waktu yang tidak jelas dan pasti untuk penilaian kinerja pegawai fungsional
juga jadi masalah. Adanya program mutasi atau pemindahan tempat kerja menyebabkan pencapaian angka kredit di tempat kerja yang lama tidak
berlaku pengakumulasian untuk pencapaian angka kredit di tempat yang baru. Pegawai harus memulai dari awal untuk pemenuhan angka kredit di
tempat yang baru. Selain itu terdapat kesulitan penyesuaian pangkat di tempat baru, dimana pangkat dan jabatan yang tinggi yang dicapai di tempat kerja
yang lama tidak berlaku ditempat baru. Pangkat dan jabatan harus disesuaikan dengan penyusunan kedudukan jabatan menurut tingkatan pangkat oleh setiap
pegawai yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang baru. Artinya, pegawai fungsional di KPP Pratama Bogor memiliki kemungkinan perubahan
jabatan di KPP Pratama lain menjadi seksi pelaksana atau yang lainnya sesuai pangkatgolongan yang ada.
Menggunakan alat analisis ini akan diketahui seberapa kuat faktor pendorong atau faktor penghambat mempengaruhi pengembangan karir.
Semua kekuatan yang mendukung adanya perubahan kemudian ditulis dalam kolom sebelah kiri, sementara semua kekuatan penghambat di tulis dalam
kolom sebelah kanan. Kekuatan pendorong dan penghambat ini harus dipilah
menurut tema yang sama, kemudian diberi skor sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Mulai dari skor satu lemah, hingga skor
lima kuat. Dari uraian diatas pengelompokan faktor pendorong dan faktor penghambat pengembangan karir dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan karir pegawai fungsional KPP Pratama Bogor
Faktor pendukung Faktor pengehambat
1. Saranaprasarana memadai yang disediakan untuk mendukung pekerjaan
di divisi fungsional.. 1. Penyesuaian pangkatjabatan yang tidak
sama di tempat kerja baru dan tidak adanya pengakuan angka kredit yang dicapai
ditempat kerja sebelumnya pada saat mutasi.
2. Komitmen tim untuk bekerja secara profesional.
2. Waktu untuk pemenuhan angka kredit yang tidak jelas dan belum pasti.
3. Jenjang karir yang jelas. 3. Prosedur yang panjang pencapaian karier
yang tidak mengikuti aturan atau standar yang ditetapkan.
4. Pendapatanreward yang diterima mencukupi.
4. Pendidikan formal yang dimiliki pegawai fungsional diluar persetujuan masa belajar
DJP tidak diakui dalam angka kredit. 5. Komitmen Direktorat Jenderal Pajak
untuk menjadi instansi yang berintegritas. 5. Kebijakan angka kredit yang kurang
objektif.
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa faktor pendukung yang memiliki kekuatan paling dominan yaitu sarana dan prasarana memadai yang
disediakan untuk mendukung pekerjaan di divisi fungsional KPP Pratama Bogor. Berarti faktor pendukung ini berpengaruh untuk memicu
pengembangan karir pegawai fungsional. Faktor di peringkat 1 berhubungan erat dengan kelancaran dalam pelaksanaan tugas yang diberikan. Di peringkat
ke-2 terdapat komitmen tim untuk bekerja secara profesional. Faktor pendukung ini membantu pegawai untuk melakukan tugas dan pekerjaan
secara tepat waktu dan berkualitas yang akan berdampak positif terhadap penilaian kinerja. Jenjang karir yan jelas berada di peringkat ke-3, faktor
pendukung ini membantu pegawai fungsional dalam mengarahkan dan merencanakan karir mereka sesuai dengan jenjang yang telah di tentukan.
Pada peringkat 4 yaitu pendapatanreward yang diterima mencukupi, dimana
faktor ini berperan sebagai motivasi untuk menorong pegawai mencapai karir setinggi-tingginya. Untuk pemberian peringkat kepentingan yang terakhir
adalah komitmen Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi instansi yang berintegritas mendapat peringkat ke-5. Pengembangan karir pegawai
fungsional, faktor pendukung yang terakhir adalah sebagai pelengkap untuk lebih memotivasi pegawai fungsional dalam berkinerja.
Pada faktor penghambat, penyesuaian pangkatjabatan yang tidak sama ditempat kerja baru dan tidak adanya pengakuan angka kredit yang dicapai di
tempat kerja senelumnya pada saat mutasi mendapat peringkat pertama atau 1, dimana dalam pelaksanaan kinerja pegawai fungsional memiliki jadwal
mutasi kerja ke Kantor Pelayanan Pajak lainnya. Untuk penyesuaian pencapain angka kredit dan pangkatjabatan tidak di akui di temapat kerja
baru karena sesuai dengan peraturan yang ada. Pada prioritas di peringkat ke- 2 terdapat faktor penghambat waktu untuk pemenuhan angka kredit yang
tidak jelas dan belum pasti. Posedur pencapaian karir yang tidak mengikuti atuan atau standar yang ditetapkan mendapat peringkat ke-3. Faktor
penghambat ini sering menjadi kendala dalam proses memenuhi persyaratan yang terkadang tidak sesuai dengan aturan dan standar sehingga menghambat
ketepatan waktu pegawai untuk mencapai karirnya. Peringkat ke-4 pada faktor penghambat adalah pendidikan formal yang dimiliki oleh pegawai
fungsional yang tidak diakui dalam angka kredit. Seorang pegawai fungsional yang memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak harus melakukan penyesuaian terlebih dulu dengan pendidikan dan pelatihan yang diberikan atau
diselenggarakan oleh DJP. Kebijakan angka kredit yang kurang objektif menjadi prioritas peringkat ke-5. Penentuan penilaian kinerja yang ditetapkan
terkadang tidak sesuai dengan beban kerja yang telah dikerjakan oleh seorang pegawai fungsional.
3. Strategi dan Rencana Aksi Hasil analisis kekuatan medan yang telah dilakukan maka diperoleh
strategi dan rencana aksi untuk memperkuat faktor pendorong dan memperlemah faktor penghambat dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24.
Strategi dan rencana aksi dapat membantu pegawai fungsional untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pengembangan karir dan membantu
pihak manajemen untuk mengetahui bagaimana langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tabel 23. Strategi dan rencana aksi untuk memperkuat faktor pendorong
Faktor Pendorong Strategi yang Dilakukan
Untuk Memperkuat Kekuatan Pendorong
Rencana Aksi 1.Saranaprasarana memadai
yang disediakan untuk mendukung pekerjaan di divisi
fungsional Pemenuhan kebutuhan fasilitas
komputerisasi. Menyediakan fasilitas
komputerisasi dari divisi Subag. Umum dan supply dari
kantor pusat
2.Komitmen tim untuk bekerja secara profesional
Mengadakan forum pegawai fungsional yang dipandu oleh
ketua tim Sering dilakukan acara
pertmuan antar pegawai fungsional untuk bahas
permaslahan dan cari solusi.
3.Jenjang karir yang jelas Penilaian kinerja yang rutin
dilakukan Penilaian langsung ke bawah
artinya pimpinan menilai bawahan langsung selama
melaksanakan tugas-tugas rutin.
4.Pendapatanreward yang diterima mencukupi
Secara kasat mata sudah kelihatan sejahterahlayak
dalam kehidupan secara umum.
Kehidupan terjadwal dalam keseharian dengan adanya
waktu untuk rekreasi atau refresing keluar.
5.Komitmen Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi instansi
yang berintegritas Mengadakan acaramomen
kebersamaan dari instansi. Membuat acarakegiatan di luar
lingkungan kerja kantor
Tabel 24. Strategi dan rencana aksi untuk mengatasi faktor penghambat
Faktor Penghambat Strategi
Yang Dilakukan
Untuk Melemahkan Kekuatan Penghambat
Rencana Aksi 1.Penyesuaian pangkatjabatan
yang tidak sama di tempat kerja baru dan tidak adanya
pengakuan angka kredit yang dicapai ditempat kerja
sebelumnya pada saat rotasimutasi kerja
Mengetahui bahwa setiap KPP memiliki jenjang pangkat yang
lebih tinggi
untuk suatu
jabatan tertentu. Pejabat yang berwenang untuk
memutasi pegawai memperhatikan pangkat dan
jabatan pegawai yang akan dimutasi agar setara dengan
tingatan pangkat di tempat kerja yang baru.
2.Waktu untuk pemenuhan angka kredit yang tidak jelas
Bagi pegawai dan penilai lebih cermat
dalam penelusuran
penilaian dan angka kredit. Penilai lebih aktif dan
bersungguh-sungguh dalam mengawas dan menilai kinerja.
3.Prosedur yang panjanguntuk pencapaian karier yang tidak
mengikuti aturan atau standar yang ditetapkan
Mengevaluasi diri pegawai fungsional untuk peninjauan
pencapaian karir. Memperbaiki cara dan sikap
dalam berkinerja.
4. Pendidikan formal yang dimiliki pegawai fungsional
diluar persetujuan masa belajar DJP tidak diakui dalam angka
kredit. Mengetahui latar belakang
pendidikan apa
diakui Direktorat
Jenderal Pajak
untuk pemenuhan
angka kredit.
Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.
5.Kebijakan angka kredit yang kurang objektif
Mengajukan peninjauan ulang atas penilaian yang sudah
diberikan. Memberikan masukan kepada
ketua tim terkait penilaian kinerja. .
4.7. Implikasi Manajerial