motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir pegawai.
Tabel 21. Nilai Koefisien dan t-value faktor-faktor penilaian kinerja terhadap pengembangan karir
Konstruk Koefisien
t-value Interpretasi
KTRPLN-KARIER -O,158
0,773185 Pengaruh negatif dan signifikan
MTV-KARIER 0,676
6,307248 Pengaruh positif dan signifikan
PGTHN-KARIER 0,246
2,227594 Pengaruh positif dan signifikan
PRN-KARIER 0,288
1,206727 Pengaruh positif dan signifikan
Faktor peran memiliki pengaruh terhadap pengembangan karir sebesar 0,288. Hal ini menunjukkan adanya arah hubungan positif antara faktor peran
terhadap pengembangan karir pegawai. Semakin besar peran yang dimiliki oleh pegawai fungsional dalam melaksanakan pekerjaan akan semakin meningkatkan
karier pegawai fungsional. Nilai t-value peran terhadap pengembangan karir sebesar 0,288. Nilai ini menunjukkan bahwa peran berpengaruh signifikan
terhadap pengembangan karir, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa peran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir pegawai.
Model pengaruh faktor-faktor penilaian kinerja terhadap pengembangan karir pegawai memiliki nilai R-square sebesar 0,763596 berarti model regresi
memiliki tingkat goodness-fit yang baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk pengembangan
karir adalah sebesar 76,3596 persen, sedangkan sisanya atau 23,6404 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini. Nilai R-square dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan tabel path coefficient dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.6. Analisis Faktor Penghambat Karir Pegawai Fungsional Menggunakan
Fishbone Analysis dan Force Field Analysis
Selain menggunakan analisis kuantitatif, uji analisis faktor penghambat karir pegawai fungsional menggunakan analisis kualitatif melalui alat analisis
Fishbone Analysis dan Force Field Analysis. Dari kedua alat analisis tersebut dapat diidentifikasi apa yang menjadi faktor-faktor penghambat dan pemicu
pengembangan karir pegawai fungsional.
4.6.1 Analisis Penghambat Pengembangan Karir Melalui Fishbone Analysis
Penyebab timbulnya permasalahan pada lamanya pengembangan karir bagi sebagian besar pegawai fungsional, dapat diketahui jenis penyebab yang
paling dominan dengan menggunakan Diagram Fishbone Diagram Sebab- Akibat. Diagram fishbone adalah alat yang paling efektif untuk mencari faktor-
faktor penyebab masalah yang mempengaruhi kualitas suatu hasil dari suatu proses. Untuk memperoleh informasi dari penyebab masalah tersebut, maka
digunakan beberapa faktor umum sebagai suatu sebab-akibat yaitu : 1. Angka kredit
Angka kredit adalah nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pemeriksa Pajak dan digunakan
sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkatjabatan. Jika ditinjau dari faktor angka kredit, yang menyebabkan terhambatnya
pengembangan karir yang dirasakan oleh pegawai fungsional KPP Pratama Bogor adalah rumitnya proses yang harus dilakukan dalam pemenuhan angka
kredit. Birokrasi dan kriteria kinerja yang tidak jelas yang menyebabkan sulitnya pencapaian kinerja sebagai syarat pengisian angka kredit. Banyaknya
peraturan dan penilaian yang tidak sesuai dengan beban kerja yang telah diselesaikan. Ada banyak pekerjaan yang telah terselesaikan oleh pegawai
namun penilaiannya berbeda pada saat pengisian angka kredit. Selain dari kedua sebab itu proses yang lama juga menjadi masalah yang sangat
mengganggu dalam memenuhi persyaratan dan kriteria pengeisian angka kredit yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Prosedur Dari segi prosedur, tidak berbeda halnya dengan angka kredit dimana masalah
kerumitan proses dalam memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat atau jabatan pegawai fungsional. Proses yang berbelit-belit dan terkadang tidak sesuai
dengan standar dan aturan yang telah ditentukan. Prosedur yang tidak mengikuti aturan yang ditetapkan yaitu proses maupun tahap yang berjalan
untuk peningkatan karir terkadang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berhubungan dengan banyaknya peraturan
dan penilaian yang tidak sesuai dengan beban kerja yang telah diselesaikan Penetapan bobot pada setiap kinerja juga tidak sesuai dengan proporsi
pelaksanaannya. Misalnya pemberian bobot untuk pekerjaan pemerikasaan lebih tinggi dari pada bobot pada pekerjaan meneliti SPT Wajib Pajak.
3. Kebijakan Penilaian kinerja pegawai fungsional dan penetapan angka kredit yang akan
berpengaruh pada peningkatan pangkat dan jabatan pegawai ditentukan dan diatur oleh kebijakan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Kebijakan
yang ditetapkan utnuk angka kredit tidak objektif dirasakan para pegawai fungsional di KPP Pratama Bogor. Penetapan bobot angka pada setiap unsur
kerja tidak sesuai dengan pelaksanaan kinerja yang telah dilakukan. Selain itu, pendidikan formal yang dimiliki oleh pegawai fungsional tidak diakui oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Penyesuaian gelar yang diterima dari pendidikan tertentu tidak dapat dilakukan penyetaraan terhadap jenjang pangkat dan
jabatan di divisi fungsional. 4. Waktu
Jika ditinjau dari segi waktu, yang menyebabkan terhambatnya kelancaran pengembangan karir pegawai fungsional KPP Pratama Bogor adalah proses
untuk kenaikan pangkat yang dipengaruhi oleh pemenuhan angka kredit yang lama, dimana waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi bobot angka kredit
pada setiap kegiatan cukup lama untuk penyesuaian kenaikan pangkat. Selain itu, penentuan standar dan waktu yang tidak jelas dan pasti untuk penilaian
kinerja pegawai fungsional. 5. Mutasi
Pegawai fungsional KPP Pratama Bogor memiliki jadwal untuk pindah tempat kerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jika
ditinjau dari faktor mutasi, yang menyebabkan terhambatnya pengembangan karir pegawai adalah angka kredit yang terbengkalai, dimana pencapaian angka
kredit di tempat kerja yang lama tidak berlaku pengakumulasian untuk pencapaian angka kredit di tempat yang baru. Pegawai harus memulai dari
awal untuk pemenuhan angka kredit selanjutnya di tempat yang baru. Selain itu, juga dapat disebabkan kesulitan penyesuaian pangkat di tempat baru,
dimana pangkat dan jabatan yang tinggi yang dicapai di tempat kerja yang lama tidak berlaku ditempat baru. Pangkat dan jabatan harus disesuaikan
dengan penyusunan kedudukan jabatan menurut tingkatan pangkat oleh setiap pegawai yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang baru. Artinya,
pegawai fungsional di KPP Pratama Bogor memiliki kemungkinan perubahan jabatan di KPP Pratama lain menjadi seksi pelaksana atau yang lainnya sesuai
pangkatgolongan yang ada.
Gambar 14.Diagram Fishbone Penghambat Pengembangan Karir
4.6.2 Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Karir Pegawai Fungsional Menggunakan