Pengelolaan risiko kredit diawali dengan penilaian atas aplikasi kredit oleh pejabat yang berwenang dari unit bisnis terkait. Setelah itu,
seluruh permohonan kredit dan permohonan fasilitas lainnya harus disetujui oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat
Risk Management. Keputusan kredit tidak dapat diberikan tanpa adanya
persetujuan dari minimal dua pejabat yang memiliki kewenangan memutus kredit yang setingkat dari unit Bisnis dan unit Risk yang
ditentukan berdasarkan jenis dan besarnya kredit yang diajukan serta tingkat risiko dari nasabah.
Untuk melakukan penilaian risiko terhadap kredit yang diajukan, PT Bank X melakukan penilaian atas berbagai risiko yang
berkaitan dengan debitur, proyek yang dibiayai dan terhadap risiko industri terkait. Metode pemeringkatan yang dilakukan oleh PT Bank
X yaitu dengan mempertimbangkan tingkat risiko debitur, antara lain kondisi keuangan debitur, posisi daya saing, pemenuhan kewajiban-
kewajiban terhadap hutang sebelumnya dan kualitas manajemen. Agunan kredit yang diberikan juga akan diperhitungkan dalam
penetapan risiko kredit. Selain itu, sistem dan prosedur juga diterapkan pada pemberian kredit kepada nasabah individual.
Semua kredit yang diberikan akan dimonitor secara berkala oleh unit bisnis yang terkait. PT Bank X akan memantau aktivitas rekening
nasabah dengan melihat status pembayaran bunga atau cicilan pokoknya. PT Bank X juga menilai kembali seluruh fasilitas kredit
yang telah diberikan pada tiap semester. Kebijakan kredit ini dilakukan dalam rangka untuk meminimalisir risiko berubahnya status kredit
menjadi kredit non performing dengan menyelesaikan potensi masalah kredit secara tepat.
4.2. Kontribusi Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi
Dalam analisis per komponen terhadap laporan laba rugi, komponen yang diperhatikan adalah komponen yang digunakan untuk melihat kondisi
rentabilitas bank. Analisis ini bertujuan untuk melihat kontribusi kredit produktif dan kredit konsumtif yang disalurkan kepada masyarakat terhadap
pendapatan dan pengaruhnya terhadap laba. Kredit produktif dalam hal ini adalah kredit modal kerja dan investasi. Hasil analisa dapat dilihat pada
Lampiran 2. Dari Lampiran 2 dapat dilihat bahwa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan disamping bunga dari kredit yang diberikan
adalah obligasi pemerintah. Sedangkan provisi dan komisi dari pemberian kredit memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan. Kontribusi
terbesar dari provisi dan komisi dari pemberian kredit yaitu pada tahun 2005 sebesar 2,69 dan terkecil pada tahun 2000 sebesar 0,73. Kontribusi
pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 1999 sebesar 43,39 dan provisi dan komisi 1,58. Pada tahun 1999 obligasi pemerintah
tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Akan tetapi, pada tahun 2000 obligasi pemerintah berkontribusi besar terhadap pendapatan yaitu
sebesar 64,97, sedangkan bunga dari kredit yang diberikan sebesar 16,47. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1999 dan pada periode
2004-2007 pendapatan didominasi oleh bunga dari kredit yang diberikan, sedangkan pada periode 2000-2003, pendapatan didominasi oleh obligasi
pemerintah. Pendapatan bunga obligasi pemerintah memiliki kontribusi terbesar
pada tahun 2001 yaitu sebesar 65,81 dan terkecil sebesar 27,05 pada tahun 2007. Pendapatan bunga dari obligasi pemerintah mengalami
penurunan yang signifikan pada periode berikutnya dari tahun 2001, meskipun pada tahun 2006 pendapatan bunga obligasi pemerintah mengalami
peningkatan 39,03 dan kemudian tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 31,57. Pendapatan bunga obligasi pemerintah pada periode 2005-2007
berturut-turut dalam jutaan adalah Rp7.797.767, Rp10.840.987 dan Rp7.418.237. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan obligasi pemerintah
sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki komposisi aktiva produktif dan mendukung likuiditas bank. Gambar 2 menunjukkan komposisi pendapatan
bunga obligasi pemerintah periode 1999-2007. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa komposisi terbesar terhadap pendapatan terjadi pada tahun
2001 yaitu sebesar 20 dan terkecil pada tahun 1999 yaitu 0.
Gambar 2. Kompos periode
Sumber: Pendapatan
terbesar pada tahun 2001. Pada tahun 1
kredit yang diberik mengalami penurun
adanya penghapusa yang disalurkan ole
dilakukan karena mencapai 70,86 d
komposisi pendap peningkatan. Sedan
kredit yang diberik mengalami peningk
disebabkan oleh pe restrukturisasi kred
Kontribusi pendapa pada periode 2005
jumlah kredit yang d
13 7
7 1999
2000
mposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah P de 1999-2007
er: Laporan Keuangan PT Bank X bunga dari kredit yang diberikan memiliki
un 2007 sebesar 46,05 dan terkecil 16,46 p 1999 pendapatan didominasi oleh pendapatan b
rikan yaitu sebesar 43,39. Akan tetapi, pada ta runan yang signifikan menjadi 16,47. Hal ini d
san atas kredit yang diberikan dan penurunan jum oleh PT Bank X. Penghapusan atas kredit yang
a tingginya kredit non performing dengan NP dan 19,80 pada tahun 1999 dan 2000. Periode 2
apatan bunga dari kredit yang diberikan m angkan pada tahun 2006 komposisi pendapatan b
ikan mengalami penurunan sebesar 5,39 dan t gkatan sebesar 7,17 dari tahun 2006. Penin
peningkatan jumlah kredit yang diberikan dan ke edit dari kredit non-performing menjadi kredit p
patan bunga dari kredit yang diberikan terhadap p 05-2007 yaitu 44,27, 38,88 dan 46,05. P
g diberikan oleh PT Bank X dapat dilihat pada Ga
18
20
19 13
7 9
7 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
PT Bank X
i kontribusi pada tahun
n bunga dari tahun 2000
i disebabkan umlah kredit
ng diberikan NPL bruto
e 2001-2005 mengalami
n bunga dari tahun 2007
ingkatan ini keberhasilan
performing. p pendapatan
. Penyaluran Gambar 3.
2007
Gambar 3. Grafik p juta rup
Sumber: Rataan propo
sampai tahun 2007 terhadap pendapata
menunjukkan pend pemerintah. Akan t
dari tahun 1999-20 yang diberikan me
PT Bank X seir meningkatkan peny
bunga kredit terhada Pendapatan l
operasional lainnya kenaikan nilai pa
pemerintah menga merupakan faktor p
bunga lainnya sebe 9,79. Sedangkan k
surat berharga dan
20.000.000 40.000.000
60.000.000 80.000.000
100.000.000 120.000.000
140.000.000
1999
k perkembangan penyaluran kredit pada PT Bank upiah
er: Laporan Keuangan PT Bank X porsi pendapatan bunga dari pihak ketiga selama t
7 sebesar 32,40, sedangkan proporsi obligasi p atan selama periode 1999-2007 sebesar 41,54.
ndapatan terbesar PT Bank X berasal dar n tetapi jika dilihat dari perkembangan obligasi p
-2007 mengalami penurunan sedangkan bunga d mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasik
eiring dengan perkembangannya berupaya un nyaluran kredit kepada masyarakat, sehingga
adap pendapatan semakin meningkat. lain-lain seperti pendapatan bunga lainnya, p
ya, pendapatan bukan operasional serta keuntu pasar dan penjualan surat-surat berharga dan
galami keadaan yang berfluktuasi. Komponen r penambah terhadap nilai laba bank, terutama p
besar 10,64 dan pendapatan operasional lainn n keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penju
an obligasi pemerintah dan pendapatan bukan o
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
nk X dalam
a tahun 1999 i pemerintah
4. Hal ini ari obligasi
i pemerintah a dari kredit
sikan bahwa untuk terus
a kontribusi , pendapatan
ntungan dari dan obligasi
nen tersebut pendapatan
nnya sebesar jualan surat-
operasional
2007
merupakan faktor penambah terkecil terhadap laba bank, yaitu sebesar 2,53 dan 1,39.
Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan, setiap tahunnya didominasi oleh pendapatan bunga dari kredit modal kerja kecuali
pada tahun 1999 dan 2001 oleh bunga dari kredit investasi. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja, investasi, konsumsi dan kredit
lainnya pada tahun 2000 dan 2006 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 2,27 pada tahun
2000 dan tingginya inflasi di awal tahun 2006 sebesar 17,12 Laporan Tahunan 2006 PT Bank X. Jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 1999
sebesar Rp 44.022.662 dalam jutaan sedangkan pada tahun 2000 Rp 43.022.539 dalam jutaan. Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa
pendapatan bunga dari kredit yang diberikan untuk tiap-tiap kredit mengalami keadaan yang berfluktuasi.
Gambar 4. Grafik kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X data diolah
Proporsi kredit konsumsi terhadap pendapatan masih kecil, karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan Gambar 5. Hal ini
disebabkan oleh masa operasi PT Bank X yang masih baru dengan sedikitnya diversifikasi dari produk kredit konsumsi yang ditawarkan kepada
masyarakat. Selain itu, disebabkan juga oleh latar belakang sejarah PT Bank
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi Kredit Konsumsi
Kredit Lainnya
X yang merupaka kegiatannya terfoku
perkebunan, industr tahun 1999 hanya
diberikan merupak Sedangkan proporsi
pendapatan bunga d Proporsi kredit mo
kredit lainnya sebes
Gambar 5. Grafik p kredit
Sumber: Pada tahun 2
dari kredit modal k besar, dimana pada
pendapatan sebesar Peningkatan propo
terjadi pada tahun proporsi pendapata
investasi terjadi pa untuk kredit konsum
10.000.000 20.000.000
30.000.000 40.000.000
50.000.000 60.000.000
70.000.000 80.000.000
kan hasil merger dari empat bank yang latar okus kepada sektor produktif, diantaranya perta
stri, ekspor-impor dan perdagangan. Sebagai ilus ya 0,58 dari total pendapatan bunga dari kr
akan pendapatan yang berasal dari kredit rsi kredit modal kerja, investasi dan kredit lainny
a dari kredit yang diberikan lebih besar dari kredit k odal kerja sebesar 15,45, kredit investasi 16
esar 10,73.
k perkembangan jumlah penyaluran kredit untuk t
er: Laporan Keuangan PT Bank X 2005 telah terjadi peningkatan proporsi pendapa
l kerja 5,87. Hal ini merupakan peningkatan y da tahun 2005 kontribusi bunga kredit modal kerj
sar 20,88 sedangkan pada tahun 2004 sebesa porsi terbesar pada kredit investasi dan kredit
n 2004 sebesar 3,59 dan 2,81. Sedangkan tan bunga terbesar untuk kredit modal kerja
pada tahun 2000 sebesar 9,61 dan 11,77, umsi terjadi pada tahun 2006 sebesar 2,06.
kredit modal kerja kredit investasi
kredit konsumsi kredit lainnya
tar belakang rtambangan,
lustrasi, pada kredit yang
t konsumsi. nya terhadap
it konsumsi. 16,63 dan
tuk tiap-tiap patan bunga
yang cukup erja terhadap
sar 15,01. it konsumsi
n penurunan a dan kredit
, sedangkan
kredit modal kerja kredit investasi
kredit konsumsi kredit lainnya
Pada Lampiran 2 dapat dilihat dari proporsi pendapatan pada periode 1999-2007, 14 dari total pendapatan berasal dari kredit modal kerja, 9,96
dari kredit investasi, 2,62 berasal dari kredit konsumsi dan 5,82 dari kredit lainnya. Besarnya pendapatan bunga dari kredit modal kerja
disebabkan oleh banyaknya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 41,06. Sedangkan untuk kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya adalah
32,03, 5,98 dan 20,93. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja terhadap
pendapatan sebesar 14. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit modal kerja menyumbang dalam proporsi yang besar terhadap pendapatan.
Kontribusi pendapatan bunga dari kredit investasi terhadap pendapatan sebesar 9,96. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi
menyumbang dalam proporsi terbesar kedua terhadap pendapatan. Kredit lainnya menyumbang dalam urutan proporsi ketiga terhadap pendapatan yaitu
sebesar 5,82. Sedangkan untuk kredit konsumsi, kontribusi pendapatan bunganya terhadap pendapatan sebesar 2,62, hal ini menunjukkan bahwa
penyaluran kredit konsumsi menyumbang dalam proporsi terkecil terhadap pendapatan. Kecilnya kontribusi kredit konsumsi terhadap pendapatan, maka
kontribusi pendapatan terhadap laba bank dinilai kecil. Pada kredit modal kerja dan investasi, metode pembebanan suku bunga
yang berlaku pada umumnya adalah floating rate, dimana pembebanan bunga setiap bulannya sangat tergantung pada bunga pasar uang pada bulan
tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan untuk kredit konsumsi, metode
pembebanan suku bunga yang berlaku pada umumnya adalah flat untuk periode tertentu dan kemudian pembebanan suku bunganya menjadi floating
untuk periode berikutnya. Pembebanan suku bunga flat, memungkinkan debitur membayar bunga yang tetap setiap bulannya.
Pada tahun 1999, proporsi pendapatan yang digunakan untuk total biaya sebesar 482,07. Tahun ini merupakan proporsi terbesar dari
pendapatan yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran terbesar pada
periode ini ada pada penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain sebesar 203,50.
Proporsi laba yang diperoleh PT Bank X terhadap total nilai pendapatan cenderung mengalami keadaan yang berfluktuasi. Pada tahun
2004 bank memperoleh laba sebesar 32,34 dari total pendapatan. Laba ini adalah laba terbesar yang diperoleh PT Bank X. Hal ini menandakan kecilnya
biaya operasional yang dikeluarkan hanya sebesar 67,66. Proporsi perolehan laba terkecil terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,24 dari total
pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan 94,76. Tingginya total biaya disebabkan meningkatnya sejumlah komponen-komponen biaya. Pada
tahun 2005 proporsi biaya yang mengalami peningkatan ada pada beban bunga menjadi 49,92, biaya umum dan administrasi 13,09, biaya gaji dan
tunjangan 13,54, beban pendanaan lainnya 1,26 dan penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain
meningkat menjadi 14,40. Selain memperoleh laba, PT Bank X juga mengalami kerugian pada tahun 1999 sebesar 382,07 dari total pendapatan.
Hal ini dikarenakan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan 482,07. Besarnya kerugian pada PT Bank X dapat diatasi dengan adanya
Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1999 PP No.521999 tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia pada PT
Bank X melalui penerbitan Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah oleh Menteri Keuangan dengan nilai maksimum Rp 137,800,000 dalam jutaan. Selain itu
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 1999 tanggal 24 Desember 1999 tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia
di PT Bank X dalam rangka Program Rekapitalisasi, Pemerintah Republik Indonesia menambah penyertaan modal sampai sejumlah maksimum
Rp 42,200,000 dalam jutaan. Sehingga penyertaan secara keseluruhan menjadi Rp 180,000,000 dalam jutaan. Dengan demikian, PT Bank X dapat
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan baik. PT Bank X tidak memisahkan biaya yang dikeluarkan untuk
penyaluran masing-masing kredit. Dengan kata lain bank hanya mempunyai laporan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan
operasional penyaluran dan perolehan dana secara keseluruhan. Di dalam perbankan ada biaya yang dikeluarkan akibat penyaluran kredit, yaitu biaya
penghapusan aktiva produktif. Dimana aktiva produktif terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, surat-surat
berharga, obligasi pemerintah, tagihan lainnya-transaksi perdagangan, surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit
yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham dan komitmen dan kontinjensi.
Biaya yang timbul akibat penghimpunan dana disebut biaya atau beban kepada pihak ketiga. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pos ini
dipengaruhi oleh besarnya dan dari mana sumber dana berasal. Dalam hal ini ada dua jenis sumber dana, yaitu dana mahal berupa deposito dan dana murah
berupa tabungan dan giro. Deposito disebut dana mahal, karena tingginya pemberlakuan tingkat suku bunga untuk deposito. Deposito memiliki
kontribusi terbesar dalam sumber dana PT Bank X Tabel 1. Jumlah sumber dana pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 2007, sedangkan beban bunga
kepada pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 1999 Tabel 2. Hal ini disebabkan oleh besarnya beban bunga untuk deposito.
Tabel 1. Komposisi dana pihak ketiga dalam miliar rupiah
Komponen Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Giro
19,856 35,751
37,557 32,580
38,232 41,083
46,410 48,813
67,011 Tabungan
14,305 18,030
22,305 29,926
41,307 53,533
47,153 60,304
85,359 Deposito
113,844 109,594
130,583 121,608
99,272 81,222
112,726 96,591
94,985 Total
148,006 163,375
190,446 184,114
178,811 175,838
206,290 205,708
247,355
Sumber : Laporan Neraca PT Bank X Tbk Biaya-biaya lainnya dipengaruhi oleh kegiatan operasional bank secara
keseluruhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh bank, misalnya biaya pendanaan lainnya, biaya umum dan administrasi, biaya gaji dan tunjangan,
dan rugi selisih kurs bersih. Biaya umum dan administrasi terdiri dari penyusutan dan amortisasi aktiva tetap, biaya sewa, promosi, komunikasi,
beban jasa profesional, perbaikan dan pemeliharaan, listrik, air dan gas, alat tulis kantor, transportasi, penelitian dan pengembangan dan lainnya.
Sedangkan biaya gaji dan tunjangan terdiri dari beberapa komponen, yaitu gaji, upah, pensiun dan tunjangan pajak; tunjangan hari raya, cuti dan terkait
lainnya; penyisihan cadangan uang penghargaan pegawai dan manfaat beban tugas; pendidikan dan pelatihan; kesejateraan pegawai; beban kompensasi
atas opsi saham; bonus dan lainnya.
Tabel 2. Komposisi beban bunga kepada pihak ketiga dalam miliar rupiah
Komponen Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
Giro 1,480
1,264 2,142
1,880 1,295
1,131 1,252
1,326 1,252
Tabungan 2,036
1,687 2,158
2,585 2,324
2,112 2,033
2,059 2,310
Deposito 29,536
14,088 17,607
19,041 12,524
5,147 7,161
11,460 6,466
Total 33,052
17,039 21,907
23,506 16,143
8,390 10,446
14,845 10,028
Sumber : Laporan Keuangan PT Bank X
4.3. Analisis per Komponen Penyaluran Kredit