X
2
= Pendapatan bunga kredit investasi X
3
= Pendapatan bunga kredit konsumsi X
4
= Pendapatan lain-lain X
5
= Total biaya e = Tingkat kesalahan
Ada  beberapa  asumsi  yang  harus  dipenuhi  oleh  model  regresi. Oleh  karena  itu  diperlukan  pengujian  asumsi  yang  meliputi  uji
normalitas, uji
multikolinearitas, uji
autokorelasi dan
uji heteroskedastisitas Susanti, 2007.
a. Uji Normalitas
Uji  normalitas  merupakan  uji  yang  dilakukan untuk
mengetahui  distribusi  kenormalan  data,  yaitu  apakah  data  dapat dianggap  berdistribusi  normal  atau  tidak.  Uji  ini  dilakukan jika
sampel yang digunakan  kurang  dari  30.  Ketika  data  telah berdistribusi
normal, maka
data tersebut
dapat diolah
menggunakan statistik  parametrik  yang  pada  penelitian  ini menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan
data  dilakukan  dengan  menguji  kenormalan  data  residual.  Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-
Smirnov KS  pada  uji  normalitas  residual.  Jika  nilai  statistik  KS lebih  kecil  dibanding  nilai  tabel  KS  dan  nilai  p-value  lebih  besar
dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan Iriawan dan Astusi, 2006.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas  adalah  hubungan  linear  yang  kuat  antara peubah-peubah  bebas  dalam  persamaan  regresi  berganda.
Multikolinearitas pada
permodelan regresi
menyebabkan pendugaan  ragam  koefisien  regresi  menjadi over  estimate.  Hal  ini
menyebabkan pengujian
koefisien regresi
menghasilkan kesimpulan  yang  tidak  nyata  walaupun  nilai  R-squarenya  tinggi
Saepudin, 2005.
Untuk  melihat  apakah  ada  multikolinearitas  pada  model regresi  dilihat  dari  nilai variance  inflation  factor atau  VIF.  VIF
adalah  besarnya  kenaikan  ragam  peubah  bebas  ke-i  akibat pengaruh  peubah  bebas  yang  lain.  Jika  nilai  VIF  masing-masing
peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki  multikolinearitas  sehingga  menjadi  tidak  valid  Iriawan
dan Astuti, 2006.
c. Uji Autokorelasi
Menurut  Arief  2006  penaksiran  model  regresi  linear memiliki  asumsi  bahwa  tidak  terdapat  korelasi  serial  atau
autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada  data
time  series.  Model  regresi  yang  baik  tidak memperkenankan  terjadinya  autokorelasi.  Akibat  dari  terjadinya
autokorelasi  adalah  pengujian  hipotesis  dalam  uji  F  dan  uji  t menjadi  tidak  valid  dan  jika  diterapkan  akan  memberikan
kesimpulan  yang  menyesatkan  pada  tingkat  signifikansi  dan koefisien regresi yang ditaksir.
Uji  autokorelasi  dengan  perangkat  lunak  minitab  melalui  uji Run test residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih
besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji  heteroskedastisitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah dalam  sebuah  model  regresi,  terjadi  ketidaksamaan  varian  dari
residual  untuk  peubah  bebas  yang  diketahui.  Jika  varian  dari residual  untuk  peubah  yang  diketahui  tetap,  disebut  dengan
homoskedastisitas. Dan
jika varian
berbeda, disebut
heteroskedastisitas  Arief,  2006.  Asumsi  pada  model  regresi adalah  varian  setiap  variabel  independen  mempunyai  nilai  yang
konstan atau
memiliki varian
yang sama.
Masalah heteroskedastisitas  umumnya  terjadi  pada  data cross  sectional.
Konsekuensi  dari  adanya  heteroskedastisitas  adalah  kemungkinan untuk  mengambil  kesimpulan  yang  salah  dalam  uji  F  dan  uji  t
karena  pengujian  tingkat  signifikansi  yang  kurang  kuat Gujarati dalam Susanti, 2007.
Untuk  melihat  apakah  pada  model  regresi  terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada
output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titik- titik  yang  tidak  membentuk  pola  tertentu  namun  tersebar  di  atas
dan  di  bawah  nol  menunjukkan  bahwa  model  regresi  tidak mengalami masalah heteroskedastisitas Iriawan dan Astuti, 2006.
e. Uji F