2.1.3. Studi Mengenai Risiko dan Efisiensi
Penelitian mengenai risiko dan efisiensi sudah banyak dilakukan dengan model dan kajian yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah Villano et al.
2005, Serra et al. 2007, Chang et al. 2008 dan Fauziyah 2010. Villano et al. 2005 mengkaji mengenai risiko produksi, preferensi risiko
dan efisiensi teknis dari usahatani padi di dataran rendah tadah hujan di Filipina dengan menggunakan model fungsi risiko produksi yang dikembangkan oleh
Kumbhakar 2002 dan menggunakan panel data. Selain itu kerangka heteroskedastis dan stochastic frontier dipertemukan dan diperluas untuk
mengakomodasi preferensi risiko petani dalam analisis risiko produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inefisiensi teknis sangat ditekankan dalam
lingkungan produksi oleh petani yang risk averse.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tenaga kerja dan pupuk adalah input risk-increasing dan herbisida adalah input
risk-decreasing.
Sejalan dengan Villano et al. 2005, kajian Serra et al. 2007 menggunakan model fungsi risiko produksi yang dikembangkan oleh Kumbhakar
2002 untuk mengkaji dampak program pemerintah pada inefisiensi teknis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model additive lebih baik dalam
menunjukkan perilaku produksi usahatani di Kansas daripada model multiplicative. Model additive menghasilkan ukuran inefisiensi teknis yang tidak
hanya tergantung pada efek inefisiensi teknis stochastic, tetapi juga yang tergantung pada penggunaan input. Secara spesifik, inefisienis teknis berhubungan
positif dengan varians output dan berhubungan negatif dengan fungsi produksi rata-rata. Maka proses decoupling yang mengubah penggunaan input usahatani
akan berdampak pada tingkat inefisiensi teknis. Studi ini menunjukkan bahwa
peningkatan dalam transfer-transfer decoupled akan mendorong peningkatan penurunan dalam DARA IARA inefisiensi teknis petani jika input X adalah
risk-decreasing. Studi ini juga menunjukkan bahwa untuk sebagian besar usahatani, sebuah peningkatan dalam pembayaran decoupled akan meningkatkan
inefisiensi teknis usahatani dan petani mungkin merespon penurunan dalam bantuan harga dengan menurunkan efisiensi mereka. Hasil ini menguatkan nilai
positif elastisitas pembayaran yang menunjukkan bahwa sewa yang lebih rendah menurunkan motivasi untuk berproduksi secara efisien.
Chang et al. 2008 mengkaji perbedaan dalam produksi, efisiensi produksi dan risiko produksi pada petani dengan dan tanpa pekerjaan di luar
usahatani padi di Taiwan. Penelitian ini menggunakan model stochastic production frontier untuk mengakomodasi inefisiensi teknis dan risiko produksi
secara simultan, serta mengaplikasikan kriteria dominasi stochastic untuk menggolongkan efisiensi teknis yang diduga dan risiko produksi pada petani tanpa
pekerjaan di luar usahatani dan petani dengan pekerjaan di luar usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapital adalah input produksi yang dapat
meningkatkan efisiensi teknis sedangkan pestisida adalah input produksi yang dapat menurunkan efisiensi teknis produksi padi pada petani padi yang
mempunyai pekerjaan di luar usahatani. Studi ini juga menunjukkan bahwa mesin dan pestisida adalah input risk-
decreasing sedangkan tenaga kerja luar keluarga dan curah hujan adalah input risk-increasing pada produksi padi dari petani tanpa pekerjaan di luar usahatani.
Pada produksi padi dari petani dengan pekerjaan di luar usahatani menunjukkan
bahwa pestisida adalah input risk-decreasing sedangkan suhu adalah input risk- increasing.
Efisiensi teknis pada petani padi dengan pekerjaan di luar usahatani adalah secara signifikan mempunyai tingkat efisiensi teknis yang lebih rendah
dibandingkan dengan petani padi tanpa pekerjaan di luar usahatani. Hal ini mendorong petani padi mencari pekerjaan di luar usahatani. Hasil penelitian juga
menunjukkan dengan bahwa petani padi dengan pekerjaan di luar usahatani menghadapi risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan petani padi tanpa
pekerjaan di luar usahatani. Fauziyah 2010 mengkaji mengenai pengaruh perilaku risiko produksi
petani terhadap alokasi input usahatani tembakau di Pamekasan menggunakan model fungsi produksi frontier dengan fungsi risiko produksi dan fungsi
inefisiensi teknis yang di kembangkan oleh Kumbhakar 2002 dan sumber- sumber inefisiensi teknis dengan model efek inefisiensi teknis yang
dikembangkan oleh Battese dan Coelli 1995 pada usahatani tembakau di Pamekasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku risiko
petani tembakau adalah risk averse. Agroekosistem dan sistem usahatani tidak mempengaruhi perilaku risiko produksi petani tembakau, tetapi ukuran usahatani
mempengaruhi perilaku risiko produksi. Konsekuensi perilaku risk averse yang dipilih petani adalah berdampak pada alokasi input. Semakin takut petani terhadap
risiko produksi maka semakin sedikit alokasi input yang digunakan, tingkat efisiensi teknisnya semakin rendah, produktivitas dan keuntungan yang diperoleh
semakin kecil.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa berdasarkan sistem usahatani maka petani tembakau yang menggunakan sistem kemitraan mempunyai tingkat
efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani swadaya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber inefisiensi teknis pada usahatani
tembakau yaitu pendidikan, kelompok tani, penyuluhan pertanian dan keanggotaan dalam koperasi dapat menurunkan inefisiensi teknis.
Berdasarkan gambaran studi terdahulu mengenai risiko dan efisiensi maka dapat dilihat bahwa studi dilakukan dengan aspek kajian, model dan komoditi
yang berbeda. Misalnya ada yang menggunakan model fungsi produksi frontier, fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh
Kumbhakar 2002. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada aspek
kajian dan model yaitu penelitian ini akan mengkaji mengenai preferensi risiko petani dan efisiensi teknis dengan pendekatan model fungsi produksi frontier,
fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Kumbhakar 2002 dan mengkaji sumber-sumber inefisiensi teknis dengan
menggunakan model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli 1995 dalam Coelli et al. 1998. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah: 1 komoditi yaitu talas, dan 2 lokasi penelitian yaitu pada usahatani talas di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur dan
Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
III. KERANGKA PEMIKIRAN