Tenaga Kerja Sosial Kependudukan

merupakan kota penyangga Ibukota Negara, sehingga menarik para pendatang untuk tinggal dan menanamkan usahanya di Kota Bogor. Sex ratio penduduk Kota Bogor adalah 102 yang artinya setiap 102 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan. Dengan luas daerah tingkat II Kota Bogor adalah 118.50 km 2 , ini berarti kepadatan penduduk per km 2 sebesar 7 951 jiwa. Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 205 123 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur yang hanya 94 329 jiwa. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat, yaitu 13 770 jiwakm 2 , hal ini disebabkan karena pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi banyak berada di kecamatan ini.

5.2.1. Tenaga Kerja

Sektor tenaga kerja merupakan salah satu sektor penting pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Hal ini karena tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Menurut Dinas Tenaga Kerja Kota Bogor, pada tahun 2009 sedikitnya ada 15 000 jumlah pencari kerja di Kota Bogor, atau naik 2.5 persen dari tahun 2008. Jumlah tersebut meliputi pria sebanyak 9 642 orang dan perempuan 5 433 orang. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakersostrans Kota Bogor jenjang pendidikan pencari kerja masih didominasi lulusan SMA, dengan jumlah 8 004 orang terdiri dari 6 574 laki-laki orang dan 1 430 perempuan. Sedangkan untuk lulusan sarjana D1, D3 dan S1 untuk laki-laki mencapai 2 986 orang dan perempuan 3 886 orang. Sisanya adalah pencari kerja lulusan SD dan SMP Tempo Interaktif, 2009. Jumlah penduduk Kota Bogor yang terus meningkat setiap tahunnya merupakan potensi pasar talas karena adanya peningkatan jumlah penduduk maka permintaan talas diduga akan meningkat. Selain itu peningkatan jumlah penduduk juga berpotensi meningkatkan ketersediaan tenaga kerja bagi usahatani talas di Kota Bogor.

5.2.2. Sosial

Dilihat dari tingkat kesejahteraan, terdapat 9 217 keluarga prasejahtera di Kota Bogor. Keluarga tahap sejahtera III dan III plus mengalami kenaikan sebanyak 704 keluarga. Penduduk Kota Bogor mayoritas memeluk agama Islam 92.60 dan minoritas memeluk agama Hindu 0.15 . Pada tahun 2008 terdapat 9 rumah sakit, 24 Puskesmas RRI, 27 Puskesmas Pembantu dan 3 Puskesmas Keliling di Kota Bogor. Semua Puskesmas yang ada merupakan Puskesmas pelaksana program pemerintah. Berdasarkan gambaran tingkat kesejahteraan dan kesehatan penduduk Kota Bogor maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan dan kesehatan penduduk Kota Bogor cukup baik. Tingkat kesejahteraan dan kesehatan penduduk berperan dalam pengembangan usahatani talas di Kota Bogor, khususnya bagi petani talas dan keluarganya. Menurut McConnell dan Dillon 1997 risiko yang dihadapi oleh manajer usahatani terkait dengan lingkungan operasional internal usahatani adalah tingkat kesehatan petani dan keluarganya. Oleh karena itu jika petani talas dan keluarganya sehat maka akan dapat menurunkan risiko usahatani talas karena mereka dapat menjalankan usahatani talas dengan baik.

5.3. Sarana dan Prasarana