VI. KERAGAAN USAHATANI TALAS DI DAERAH PENELITIAN
6.1. Karakteristik Petani Responden
Jumlah petani responden dalam penelitian ini adalah 66 orang yang diambil secara acak dari dua kelurahan di dua kecamatan sentra produksi talas
terbesar di Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Barat. Namun jumlah petani responden yang digunakan dalam olah data
berjumlah 65 petani karena 1 petani mempunyai data produksi yang tidak lengkap. Hampir seluruh petani mengatakan bahwa usahatani talas merupakan
usahatani sampingan mereka. Karakteristik sosial ekonomi petani responden adalah berdasarkan umur,
pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sumber pendapatan lain. Pada Tabel 4 dapat dilihat karakteristik sosial ekonomi petani responden
berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah anggota keluarga. Data selengkapnya mengenai karakteristik sosial ekonomi petani responden dapat
dilihat pada Lampiran 1. Sebagian besar petani responden yaitu sebesar 80 persen berada pada
kisaran umur produktif antara 20 sampai dengan 60 tahun dan 20 persen petani responden berumur di atas 60 tahun Tabel 4. Lebih dari 50 persen petani
responden berusia di atas 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya usahatani talas di daerah penelitian diusahakan oleh petani generasi tua yang
dapat mempengaruhi perkembangan usahatani talas. Secara umum tingkat pendidikan petani masih tergolong rendah. Sebagian
besar petani responden berpendidikan SD 1 – 6 tahun yaitu sebesar 86.15
persen. Pendidikan tertinggi petani responden adalah SMU 10 – 12 tahun yaitu sebesar 3.08 persen Tabel 4. Rendahnya tingkat pendidikan petani responden
akan berimplikasi pada rendahnya inovasi dan adopsi teknologi pada usahatani talas.
Tabel 4. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi pada Usahatani Talas di Kota Bogor
No. Karakteristik Petani Responden
Jumlah Persentase
1. Umur tahun
a. 21 – 30 3
4.62 b. 31 – 40
9 13.85
c. 41 – 50 21
32.31 d. 51 – 60
19 29.23
e. 61 – 70 9
13.85 f. 71 – 80
4 6.15
2. Pendidikan tahun
a. Tidak sekolah 0 tahun 5
7.69 b. SD 1 – 6 tahun
56 86.15
c. SLTP 7 – 9 tahun 2
3.08 d. SMU 10 – 12 tahun
2 3.08
3. Pengalaman tahun
a. 0 – 5 13
20.00 b. 6 – 10
12 18.46
c. 11 – 15 1
1.54 d. 16 – 20
18 27.69
e. 21 – 25 1
1.54 f. 25
20 30.77
4. Jumlah Anggota Keluarga
a. 0 – 2 14
22.00 b. 3 – 5
39 60.00
c. 6 – 8 12
18.00 Berdasarkan pengalaman usahatani talas, dapat dilihat bahwa umumnya
petani responden telah berpengalaman membudidayakan talas lebih dari 5 tahun
yaitu sebesar 80 persen dan lebih dari 50 persen petani responden telah berpengalaman lebih dari 15 tahun Tabel 4. Gambaran ini menunjukkan bahwa
petani responden sudah cukup terampil mengusahakan talas yang merupakan potensi bagi peningkatan produksi dan produktivitas usahatani talas.
Umumnya petani responden mempunyai anggota keluarga sebanyak 3 – 5 orang yaitu sebesar 60 persen dan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah
sebanyak 4 orang. jumlah anggota keluarga terendah adalah 0 orang dan jumlah anggota terbanyak adalah 8 orang Tabel 4. Anggota keluarga merupakan sumber
tenaga kerja bagi usahatani talas. Sehingga berdasarkan gambaran tersebut dapat dilihat bahwa petani responden tidak mempunyai kendala dalam ketersediaan
tenaga kerja bagi usahatani talas. Selain itu kondisi di daerah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani talas menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga TKDK dalam proses budidaya talas. Selain karakteristik sosial ekonomi yang terdapat pada Tabel 4 maka
terdapat karakteristik lainnya yang awalnya akan dijadikan bagian dari karakteristik sosial ekonomi petani responden, yaitu keanggotaan dalam
kelompok tani talas, akses kepada kredit dan intensitas penyuluhan. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa semua petani responden bukan anggota kelompok
tani talas, tidak ada akses kredit bagi usahatani talas dan tidak ada penyuluhan produksi talas. Berdasarkan hal tersebut maka ketiga kriteria tersebut tidak
dimasukkan dalam karakteristik sosial ekonomi dan tidak dianalisis dalam sumber-sumber inefisiensi teknis.
Kelompok tani talas tidak ada di daerah penelitian dan petani responden tidak mengetahui informasi mengenai kelompok tani talas. Ketiadaan kelompok
tani talas akan mempengaruhi penyerapan inovasi dan teknologi talas. Tidak adanya akses kredit bagi petani talas juga merupakan kendala modal bagi petani
untuk meningkatkan produksi talas. Selain itu tidak berjalannya penyuluhan mengenai produksi talas akan mempengaruhi perkembangan inovasi dan
teknologi produksi talas. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas talas di Kota Bogor
adalah melalui introduksi bibit unggul talas. Akan tetapi ketiadaan kelompok tani talas, tidak berjalannya penyuluhan produksi talas, ketiadaan akses kredit bagi
petani talas dan sistem panen talas di daerah penelitian merupakan kendala bagi pemerintah Kota Bogor apabila ingin melakukan introduksi bibit unggul yang
dapat menghasilkan produksi dan produktivitas talas yang lebih tinggi dari bibit talas bentul serta sesuai dengan kondisi geografis Kota Bogor.
Padahal berdasarkan hasil survei di lapangan menunjukkan hampir semua petani responden bersedia menggunakan bibit unggul talas yang dapat
menghasilkan produksi dan produktivitas lebih besar dari bibit talas bentul yang digunakan saat ini selama harga jual bibit unggul tersebut sama dengan harga jual
bibit talas bentul. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa petani talas di daerah penelitian adalah petani yang rasional. Namun karena adanya kendala
keterbatasan modal maka mereka tidak mau menggunakan bibit unggul yang harganya lebih mahal dari bibit talas bentul yang digunakan saat ini.
Menurut Debertin 1986 salah satu strategi untuk mengatasi risiko dan ketidakpastian dalam usahatani adalah kontrak penjualan untuk mengatasi risiko
harga. Strategi ini dapat berjalan pada usahatani talas adalah melalui pembentukan kelompok tani talas. Adanya kelompok tani talas maka diharapkan posisi tawar
petani dalam penentuan harga jual bisa lebih kuat karena saat ini sistem panen yang ada di daerah penelitian adalah sistem borongan yang dilakukan oleh
tengkulak. Selain itu kelompok tani talas dapat membantu penyerapan dan penyebaran introduksi bibit unggul talas.
Sebagian besar petani responden yaitu 94 persen petani mempunyai sumber pendapatan lain di luar usahatani talas dan umumnya sumber pendapatan
lain itu berasal dari bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Sumber pendapatan lain berguna untuk menambah pendapatan dan membantu petani
responden apabila usahatani talas mengalami kerugian.
6.2. Karakteristik Usahatani Talas