Analisis Efisiensi Teknis PREFERENSI RISIKO PETANI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TALAS DI KOTA BOGOR

Analisis fungsi produktivitas frontier, fungsi risiko produktivitas dan fungsi inefisiensi teknis menunjukkan bagaimana pengaruh tiap input pada produktivitas, risiko produktivitas dan inefisiensi teknis talas di Kota Bogor. Hasil ini memberikan gambaran peranan tiap input pada ketiga fungsi tersebut sehingga dapat memberikan gambaran mengenai produktivitas, risiko produktivitas, inefisiensi teknis dan di Kota Bogor. Namun hasil analisis tersebut belum memberikan gambaran bagaimana tingkat efisiensi teknis dan preferensi risiko petani terhadap risiko produksi talas di Kota Bogor.

7.2. Analisis Efisiensi Teknis

Analisis efisiensi teknis bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor. Penggunaan input-input produksi talas yang belum optimal akan menyebabkan usahatani talas belum dapat mencapai efisiensi teknis yang tinggi. Hasil analisis efisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 17, sedangkan nilai efisiensi teknis talas per individu responden disajikan pada Lampiran 7. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis diperoleh nilai indeks efisiensi teknis antara 0.8723 – 0.8939 sebanyak 9.23 persen petani dan antara 0.9021 – 1.000 sebanyak 90.77 persen petani. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar usahatani talas yang diusahakan petani responden telah efisien secara teknis. Hasil analisis efisiensi teknis pada penelitian ini sesuai dengan studi Kurniawan 2008 yang menunjukkan bahwa usahatani jagung pada lahan kering di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan sudah efisien secara teknis. Namun rata-rata efisiensi teknis usahatani jagung pada studi Kurniawan 2008 adalah 0.8860, lebih rendah dari rata-rata efisiensi teknis usahatani talas pada penelitian ini yaitu 0.9557. Tabel 17. Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Talas di Kota Bogor Range Efisiensi Teknis Jumlah Petani Responden Persentase Efisiensi Teknis Rata- rata Minimum Maksimum 0.8723 – 0.8939 6 9.23 0.9557 0.8723 1.0000 0.9021 – 1.0000 59 90.77 Total 65 100.00 Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis adalah 0.9557 dengan nilai terendah adalah 0.8723 dan nilai tertinggi adalah 1.0000. Tingkat efisiensi teknis dapat diinterpretasikan berwajah ganda Tajerin et al., 2005. Di satu sisi, tingkat efisiensi teknis yang tinggi mencerminkan prestasi petani talas dalam keterampilan berusahatani talas adalah tinggi. Penguasaan informasi dan pengambilan keputusan dalam mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja produktivitas usahatani talas dapat dinilai berada dalam level yang memuaskan. Di sisi lain, tingkat efisiensi teknis yang tinggi juga merefleksikan bahwa peluang yang kecil untuk meningkatkan produktivitas yang cukup tinggi, karena senjang antara tingkat produktivitas yang telah dicapainya dengan tingkat produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan terbaik the best predicted cukup sempit Tajerin et al., 2005. Pada penelitian ini hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan bahwa terdapat satu petani responden mempunyai tingkat efisiensi teknis maksimum yaitu 1.0000. Sehingga untuk dapat meningkatkan produktivitas talas secara nyata maka dibutuhkan inovasi teknologi yang lebih maju. Hal ini terlihat dari data perkembangan produktivitas talas selama tahun 2004 sampai dengan 2009 yang menunjukkan perkembangan yang lambat. Salah satu inovasi teknologi yang lebih maju adalah dengan penggunaan bibit unggul talas yang dapat menghasilkan produktivitas talas yang lebih tinggi dari bibit talas bentul yang digunakan petani saat ini. Selain dapat menghasilkan produktivitas talas yang lebih tinggi maka bibit unggul talas tersebut harus sesuai dengan kondisi geografis di Kota Bogor. Apabila pemerintah Kota Bogor ingin melakukan introduksi bibit unggul talas kepada petani talas maka dapat dilakukan melalui penyuluhan produksi kepada petani dan kelompok tani talas. Namun kondisi di daerah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada penyuluhan produksi talas dan kelompok tani talas. Hal ini merupakan kendala bagi introduksi bibit unggul talas. Sementara itu bibit talas yang ditanam sekarang yaitu bibit talas bentul sudah menjadi ciri khas Kota Bogor. Padahal dengan adanya penyuluhan produksi talas yang rutin dan kelompok tani talas yang aktif dapat membantu penyerapan dan penyebaran inovasi teknologi bibit unggul talas.

7.3. Analisis Sumber-sumber Inefisiensi Teknis