Analisis Sumber-sumber Inefisiensi Teknis

teknologi yang lebih maju. Hal ini terlihat dari data perkembangan produktivitas talas selama tahun 2004 sampai dengan 2009 yang menunjukkan perkembangan yang lambat. Salah satu inovasi teknologi yang lebih maju adalah dengan penggunaan bibit unggul talas yang dapat menghasilkan produktivitas talas yang lebih tinggi dari bibit talas bentul yang digunakan petani saat ini. Selain dapat menghasilkan produktivitas talas yang lebih tinggi maka bibit unggul talas tersebut harus sesuai dengan kondisi geografis di Kota Bogor. Apabila pemerintah Kota Bogor ingin melakukan introduksi bibit unggul talas kepada petani talas maka dapat dilakukan melalui penyuluhan produksi kepada petani dan kelompok tani talas. Namun kondisi di daerah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada penyuluhan produksi talas dan kelompok tani talas. Hal ini merupakan kendala bagi introduksi bibit unggul talas. Sementara itu bibit talas yang ditanam sekarang yaitu bibit talas bentul sudah menjadi ciri khas Kota Bogor. Padahal dengan adanya penyuluhan produksi talas yang rutin dan kelompok tani talas yang aktif dapat membantu penyerapan dan penyebaran inovasi teknologi bibit unggul talas.

7.3. Analisis Sumber-sumber Inefisiensi Teknis

Meskipun sebagian besar petani responden sudah berproduksi efisien secara teknis, tetapi ada 6 petani responden yang berproduksi belum efisien secara teknis karena memiliki tingkat efisiensi teknis di bawah 0.9. Hal ini diduga karena ada beberapa faktor internal dalam usahatani talas yang berasal dari karakteristik sosial ekonomi dan usahatani yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis Tabel 18 dan Lampiran 4. Analisis sumber-sumber inefisiensi teknis bertujuan untuk menjawab permasalahan kedua yaitu apakah yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor. Tabel 18. Hasil Pendugaan Sumber-sumber Inefisiensi Teknis Produktivitas Talas di Kota Bogor Variabel Koefisien Standar Error T hitung Efek Inefisiensi Teknis 1 Konstanta 0.7351 0.1627 0.45 Pendidikan -0.8662 0.1838 -0.47 Dummy Sumber Pendapatan Lain 0.2472 0.8729 0.28 Dummy Status Kepemilikan Lahan 0.7545 0.7783 0.97 a Pengalaman Usahatani -0.2227 0.0416 -0.53 Umur 0.2564 0.0314 0.82 a Keterangan: 1 = menggunakan program Frontier 4.1. a nyata pada tingkat α = 0.25 Hasil analisis sumber-sumber inefisiensi teknis menunjukkan bahwa variabel-variabel dummy status kepemilikan lahan dan umur berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis talas, sedangkan variabel-variabel pendidikan, dummy sumber pendapatan lain dan pengalaman usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis talas pada tingkat α sebesar 0.25 Tabel 18. Berdasarkan studi empiris maka tanda koefisien pada semua variabel sumber- sumber inefisiensi teknis diharapkan negatif. Koefisien-koefisien pada variabel- variabel pendidikan dan pengalaman usahatani mempunyai tanda yang sesuai diharapkan yaitu bertanda negatif. Sedangkan koefisien-koefisien pada variabel- variabel dummy sumber pendapatan lain, dummy status kepemilikan lahan dan umur mempunyai tanda yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda positif. Hasil pendugaan sumber-sumber inefisiensi teknis produksi talas pada Tabel 18 menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan akan menurunkan inefisiensi teknis produktivitas talas, namun sayangnya tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena sebagian besar petani responden adalah berpendidikan SD yaitu sebesar 86.15 persen sehingga kurang adanya variasi dan hasil analisis koefisien variasi menunjukkan bahwa petani responden yang berpendidikan SD mempunyai risiko produktivitas talas tertinggi dibandingkan dengan petani responden yang tidak sekolah dan yang berpendidikan SLTP – SMU. Sumber pendapatan lain di luar usahatani talas tidak berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis pada produktivitas talas. Sumber pendapatan lain di luar usahatani talas yang lebih tinggi dapat mempengaruhi keputusan petani dalam alokasi input pada usahatani talas, misalnya dalam alokasi input tenaga kerja yang tidak optimal. Semakin tinggi sumber pendapatan lain di luar usahatani talas maka penggunaan tenaga kerja dalam keluarga akan berkurang dan akan digantikan oleh penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Padahal berdasarkan hasil analisis koefisien variasi menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja luar keluarga akan meningkatkan risiko produktivitas karena nilai koefisien variasi tenaga kerja luar keluarga lebih tinggi dari nilai koefisien variasi tenaga kerja dalam keluarga. Meskipun sumber pendapatan lain tidak berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis produktivitas talas, namun hasil analisis koefisien variasi menunjukkan bahwa petani responden dengan sumber pendapatan lain di luar usahatani lebih dari Rp 500 000 per bulan mempunyai risiko produktivitas talas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani dengan sumber pendapatan lain di luar usahatani kurang dari Rp 100 000 per bulan. Selain itu pada umumnya petani responden mengusahakan talas sebagai usahatani sampingan. Sumber pendapatan lain di luar usahatani yang lebih tinggi akan mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan usahatani talas dengan membandingkan keuntungan dari usahatani talas terhadap keuntungan dari sumber pendapatan lain di luar usahatani talas. Umumnya sumber pendapatan lain di luar usahatani talas bagi petani responden adalah dari bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Hasil pendugaan sumber pendapatan lain yang menunjukkan bahwa penambahan pendapatan lain akan meningkatkan inefisiensi teknis terjadi juga pada studi Tajerin et al. 2005. Pada studi Tajerin et al. 2005 menunjukkan bahwa kelompok pembudidaya ikan kerapu yang mengandalkan nafkahnya dari budidaya ikan kerapu lebih efisien secara teknis daripada kelompok pembudidaya budidaya ikan kerapu yang mempunyai pendapatan lain di luar budidaya ikan kerapu. Berbeda dengan studi Fauziyah 2010 yang menunjukkan penambahan pendapatan non usahatani tembakau berpengaruh nyata menurunkan inefisiensi teknis usahatani tembakau di lahan tegal dengan sistem kemitraan di Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Peningkatan status kepemilikan lahan milik berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis produktivitas talas pada tingkat α 0.25 Tabel 19. Sebagian besar status kepemilikan lahan adalah petani pemilik-penggarap 57 persen sehingga jika penggunaan lahan milik ditingkatkan untuk usahatani talas maka akan meningkatkan inefisiensi teknis pada produktivitas talas. Akan tetapi terdapat kendala bagi petani untuk meningkatkan kepemilikan lahan sebab ketersediaan lahan yang terbatas dan persaingan penggunaan lahan untuk usahatani talas dan non usahatani talas serta keterbatasan modal petani. Selain itu apabila petani meningkatkan penggunaan lahan sewa maka akan menghadapi risiko produktivitas talas yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan milik karena berdasarkan hasil analisis koefisien variasi nilai koefisien variasi lahan sewa lebih tinggi dibandingkan nilai koefisien variasi lahan milik. Penambahan pengalaman usahatani akan menurunkan inefisiensi teknis pada produktivitas talas, namun sayangnya tidak berpengaruh nyata Tabel 18. Tanda pada koefisien pengalaman usahatani sesuai dengan yang diharapkan karena dengan peningkatan pengalaman usahatani talas maka petani akan semakin terampil dalam budidaya talas. Hal ini sejalan dengan hasil analisis koefisien variasi yang menunjukkan bahwa semakin petani responden berpengalaman dalam usahatani talas maka semakin rendah risiko produktivitas talas. Peningkatan umur berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis produktivitas talas pada tingkat α 0.25 Tabel 18. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan karena berdasarkan studi empiris semakin tua umur petani maka pengalaman petani semakin meningkat sehingga dapat menurunkan inefisiensi teknis. Namun hasil analisis koefisien variasi menunjukkan bahwa petani responden yang berumur diatas 40 tahun mempunyai risiko produktivitas talas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani responden yang berumur antara 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin tua umur petani maka semakin menurun kemampuan berusahatani talas dengan baik dan dapat menghambat adopsi teknologi. Hasil pendugaan umur yang berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis usahatani talas Tabel 18 sejalan dengan studi Fauziyah 2010 yang menunjukkan bahwa peningkatan umur berpengaruh nyata meningkatkan inefisiensi teknis usahatani tembakau di lahan tegal dengan sistem kemitraan di Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Sedangkan hasil pendugaan yang menunjukkan bahwa penambahan umur akan menurunkan inefisiensi teknis terjadi pada studi Tajerin et al. 2005. Hasil studi Tajerin et al. 2005 menunjukkan bahwa umur pembudidaya ikan berkorelasi positif dengan pengalaman sehingga ada kecenderungan terjadi peningkatan dalam inovasi dan adopsi yang tinggi. Hasil analisis sumber-sumber inefisiensi teknis memberikan gambaran bahwa efisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor dipengaruhi oleh sumber-sumber inefisiensi teknis yang berasal dari status kepemilikan lahan dan umur. Hasil ini memberikan gambaran bagaimana petani talas dalam manajemen produksi talas di Kota Bogor.

7.4. Analisis Preferensi Risiko Petani