Latar Belakang Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele Clarias sp. Hal ini dapat diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele Clarias sp merupakan ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan produksi perikanan menjadi baik ketika isu flu burung, sapi gila atau antraks mulai menjadi dilema di bidang peternakan sehingga produk perikanan menjadi alternatif pilihan yang diminati. Tabel 1 . Konsumsi Ikan Perkapita Nasional Tahun 2003 Rincian 2000 2001 2002 2003 Kenaikan persen Total ton 4,506,93 4,687,64 4,841,55 5,308,68 5,65 Per Kapita kg kap th 21,57 22,44 22,84 24,67 4,61 Keterangan : angka sementara angka perkiraan Sumber: DKP 2003 Dari Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi ikan perkapita per tahun yaitu sekitar 4,61 persen. Dengan adanya kenaikan konsumsi ikan perkapita ini berarti perlunya peningkatan produksi ikan konsumsi agar permintaan nasional dapat dipenuhi. Perkembangan produksi ikan lele di Kota Bogor termasuk terbesar kedua setelah ikan mas yaitu 4.440,67 ton per tahun. Setiap tahunannya terjadi peningkatan produksi ikan lele yang menjadikan prospek pengembangan kedepan yang baik. Komoditas ini menjadi berkembang seiring dengan berkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Perkembangan produksi perikanan daerah Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. 73 Tabel 2 . Perkembangan Produksi Perikanan Air Tawar Kabupaten Bogor Tahun 2003-2006 dalam Ton Jenis Ikan Tahun Jumlah Jumlah Rata-rata 2003 2004 2005 2006 Mas 2.305,3 4.766,11 7.068,77 8.923,31 23.063,5 5.765,89 Nila 998,89 2.621,09 3.430,78 4.310,67 11.361,4 2.840,36 Gurame 1.063,5 2.035,69 3.453,80 4.357,14 10.910,1 2.727,54 Tawes 985,41 1.237,56 921,01 1.164,62 4.308,60 1.077,15 Tambakan 387,07 164,49 34,54 41,37 627,47 156,87 Lele 1.470,56 3.684,91 5.572,13 7.035,06 17.762,6 4.440,67 Patin 258,81 762,65 57,56 92,03 1.171,05 292,76 Belut 184,17 561,01 23,06 29,09 797,33 199,33 Nilem 288,37 420,30 46,05 54,85 809,57 202,39 Lain-lain 283,86 1.117,43 2.233,40 2.824,78 6.459,47 1.614,87 Jumlah 8.226,04 17.371,24 22.841,10 28.832,92 77.271,30 19.317,83 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007 diolah Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi. Ikan lele Clarias sp banyak digemari karena rasa daging yang khas dan lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein 17-37 persen; lemak 4,8 persen; mineral 1,2 persen yang terdiri dari garam fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin 1,2 persen yaitu vitamin B kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak. Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau kondisi perairan yang jelek sekalipun Soetomo , 1987. Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele 74 sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.000- 60.000 butirkg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butirkg bobot induk. Feed Conversion Ratio FCR adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,8- 1,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1. Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa jenis bakteri penyebab penyakit. Daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan dalam hal teknis budidaya. Dengan berbagai kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang perikanan khususnya pada komoditas ikan lele ini diharapkan tidak menjadi momok yang menakutkan bagi pembudidaya atau pengusaha yang bergerak di bidang perikanan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi kajian atau pembelajaran dalam semakin meningkatkan kinerja, kualitas, serta kuantitas produksi ikan lele. Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim, mahalnya harga bahan baku, kekurangan modal serta karyawan yang kurang 75 terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga pada kelangsungan usaha perikanan dan berikutnya pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan langkah- langkah strategis agar dapat mengembangkan usaha-usaha dalam menghadapi kondisi lingkungan sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea. Dengan mengetahui faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran ikan lele maka akan dengan mudah menentukan langkah strategi yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

1.2. Perumusan Masalah