78
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang
Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin tidak bersisik
sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut atau kumis sebanyak 4 pasang.
Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.
Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau
menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging, ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk Suyanto 1989.
Pada usaha pembesaran ikan lele, kolam dapat terbuat dari kolam tanah, kolam terpal, atau kolam beton, tergantung dengan kondisi tanah dan modal yang
dimiliki. Air kolam untuk pemeliharaannya pun tidak harus yang mengalir. Hanya perlu pergantian air beberapa kali per bulan. Proses pemupukan diberikan pada
kolam tanah untuk memperbanyak pakan alami. Untuk pakan buatan yang diberikan biasanya berupa pelet dengan kandungan protein hewani yang banyak
atau dapat pula diberikan sisa makanan dapur atau tumbuh-tumbuhan utnuk menghemat biaya. Pemanenan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan
tergantung ukuran benih yang ditebar Suyanto dan Hernowo 2000. Morfologi ikan lele sangkuriang hampir sama dengan ikan lele pada
umumnya. Ikan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dibanding lele pada umumnya yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih tinggi dari ika lele pada
umunya yaitu 33,33 persen, pertumbuhan pada saat pendederan dan pembesaran yaitu masing-masing 40 persen dan 10 persen Pamunjtak, 2010.
2.2. Definisi Usaha Kecil Menengah
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
79 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil
menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5.
Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasibuan 2008, meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat.
Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran
V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor
internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang
luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur
pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik,
kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal
berupa ancaman seperti kenaikan TDL dan BBM, adanya produk substitusi, penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi TAS 15,434. 2 merekrut tenaga kerja yang terampil TAS 15,295. 3
80 membuat perencanan produksi TAS 14, 714. 4 menghasilkan jenis ikan Koi
yang variatif TAS 12, 851. Yulianti 2009, meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha
pembenihan udang vaname Litopenaeus vannamei kasus pada PT suri tani pemuka, kabupaten Serang, Banten. Dengan menggunakan metode SWOT dan
QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi
intensif dan integratif. Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi
perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan ,
merupakan perusahaan pembenihan udang vanamei yan sudah bersertifikat, jaringan pemasaran sudah kuat, komonikasi yang baik antara pemiik dan
karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis,
pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah
produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberiakn oleh pihak
pemasok iduk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan jumlah petambak udang vanamei di indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang
mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke
white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor
eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejeis, kenaikan biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang
memepengaruhi ketersediaan bahan bau udang vanamei, ancaman produk substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vaname.
Dengan hasil QSPM yaitu : 1 menjaga stabilitas produksi TAS 7,325. 2 meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen TAS
7,281. 3 menjaga dan meningkatkan kualitas produk TAS 7,247. 4
81 membudidayakan pakan alami sendiri TAS 6,878. 5 meningkatkan kerjasama
dengan pihak terkait TAS 6,873. 6 memperluas wilayah pemasaran TAS 6,530. 7 mengenalkan produk ke masyarakat luas TAS 6,343. 8 menjalin
hubungan yang lebih baik dengan konsumen TAS 6,325. Ismanto 2009, menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di
Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan
dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang
menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115.
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha
budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak
daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi
kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas, pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah
bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang
menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk
olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor
eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin
kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal.
Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score TAS diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi
82 Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang
memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641. Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya
umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa
kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku,
karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga
sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti
pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim.
Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat
masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses jalan dan transportasi.
83
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis