116 dengan keadaan produk agribisnis yang berpengaruh pada cuaca dan iklim serta
harga bahan baku. Bahan baku selanjutnya berupa pakan pelet yang diambil pada toko pakan ternak di daerah sekitar.
e. Daya Tawar Konsumen
Para pembeli biasanya datang terlebih dahulu ke tempat budidaya untuk melihat perkembangan pertumbuhan ikan lele yang hendak dibeli. Para pembeli
tersebut biasanya adalah distributor yang kembali menjual ikan lele tersebut ke daerah lain seperti Jakarta dan Lampung. Kualitas produk menjadi unsur pilihan
yang terpenting untuk dijadikan acuan, karena kesehatan ikan lele untuk perjalanan jauh ditentukan juga oleh kulitas produk.
Secara umum identifikasi faktor-faktor eksternal usaha ikan lele di kecamatan Ciampea memberikan gambaran peluang dan ancaman bagi
pembudidaya. Dari hasil identifikasi maka dapat dibedakan faktor yang termasuk menjadi peluang yang harus direbut oleh pembudidaya dan faktor ancaman yang
sebaiknya diatasi oleh pembudidaya.
117
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal
Analisis lingkungan internal menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat
memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal pembudidaya
ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang terdiri dari analisis faktor sumber daya manusia, produksioperasi, pemasaran, dan keuangan.
Faktor-faktor kekuatan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti :
1 Proses produksi yang baik
Proses produksi seperti pemilihan benih yang berkualitas, pemeliharaan berupa pemberian pakan teratur dan dengan dosis yang sesuai serta
penanganan pengobatan secara tradisional yang efektif dan efisien. Begitu pula dengan Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau
sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Kegiatan tersebut
membuat proses produksi budidaya berjalan dengan baik. 2
Sarana dan prasarana yang memadai Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele
biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba
untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya. Budidaya ikan lele yang berada di
kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi
rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m dan 6 x 3 m. Pemerintah kecamatan sendiri
telah membangun sarana irigasi bagi pengaturan air sebagai pengairan
118 pertanian, perikanan maupun untuk kepentingan warga sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan air secara berlebihan. 3
Produk yang dihasilkan berkualitas Penampilan produk yang prima serta ukuran yang seragam merupakan
indikator kualitas produk ikan lele. Pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor memiliki perhatian yang lebih terhadap ikan lele.
Hal ini dikarenakan ikan lele terutama jenis sangkuriang lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga dalam perawatannya
ikan lele ini diberi makan secara teratur dengan dosis yang disesuaikan dengan pertumbuhannya yaitu pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali
sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Penggunaan pakan pelet ini sering juga diselingi dengan pakan tambahan
berupa sosis yang telah kadaluasa, dedaunan serta vitamin sehingga pertumbuhan ikan lele menjadi seragam dan terhindar dari sifat kanibalisme.
4 Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan
Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali
permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah sekitar, Jakarta maupun Lampung. Harga yang diberikan pada produk
ikan lele ukuran 8-10 ekor kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 kg, sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil dapat dinego untuk memastikan
stamina ikan terhadap kondisi perjalanan baik jauh maupun dekat. 5
Lokasi yang strategis Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa,
kabupaten serta jalan propinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke semua jalur yang di tuju. Baik jalan desa, kabupaten maupun propinsi masih
dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang- lubang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke
jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan
dalam pengangkutannya. Dan bila ditinjau dari segi sarana transportasi, kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya yang
119 dilewati oleh jalan propinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di
sekitarnya. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi
sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu.
Faktor-faktor kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti :
1 Promosi yang kurang
Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke konsumen.hal ini dikarenakan para pembudidaya menganggap promosi
merupakan hal yang kurang penting dilakukan karena membutuhkan biaya lebih dari yang dianggarkan. Pembudidaya biasanya menunggu para pembeli
yang hendak membeli. Karena tanpa promosi pun permintaan ikan lele terus saja datang dari berbagi pihak.
2 Kecukupan modal jangka pendek
Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan dengan menggunakan modal sendiri. Modal sendiri yang ada untuk usaha
berjumlah tidak terlalu besar, yaitu hanya cukup untuk memulai usaha yang ada secara sederhana. Sehingga untuk kebutuhan yang berlebih, pembudidaya
berusaha untuk mencari cara alternatif dalam menanganinya seperti apabila ikan lele terkena penyakit maka pembudidaya akan memberikan daun pepaya
untuk pengobatan. Hal ini ternyata efektif dan efisien dalam menangani penyakit dan meminimumkan biaya pengobatan yang apabila membeli obat-
obatan di luar maka akan menambah biaya produksi. 3
Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan
usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha seterusnya. Perkembangan
usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta
faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah
120 modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat
dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat.
4 Persediaan bahan baku
Ketersedian pakan buatan atau pellet menjadi penting dalam budidaya ikan terutama ikan lele. Ikan lele yang tergolong ikan rakus membutuhkan
kekontinuan pakan secara berkelanjutan. Harga pakan yang mahal membuat ketersediaan menjadi sulit untuk dicapai. Hal ini karena pasokan modal yang
ada terlalu sedikit untuk mencukupi hal ini. 5
Karyawan kurang terampil Para pembudidaya di kecamatan Ciampea yang menggunakan jasa karyawan
biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya
sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang digunakan biasanya kurang dari 10 orang. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek
kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. Oleh karena itu pentingnya pengawasan dari pemilik usaha untuk selalu membimbing karyawannya
dalam pekerjaannya. Sehingga karyawan akan selalu berhati hati dalam melakukan pekerjaannya.
6 Insentif karyawan
Pembudidaya ikan lele di kecamtan Ciampea tidak menggunakan hal tersebut karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Yang ada hanyalah pemberian
uang rokok setiap selesai panen yaitu sebesar Rp 10.000,-orang. Sehingga untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah
dilakukan. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 7.
121
Tabel 7 . Hasil Analisis Lingkungan Internal
Indikator Kekuatan
Kelemahan Sumber Daya
Manusia 1.
Tenaga kerja kurang terampil 2.
Kurangnya intensif karyawan ProduksiOperasi
1. Proses produksi yang baik
2. Sarana dan prasarana memadai
1. Persediaan bahan baku
Pemasaran 1.
Produk yang
dihasilkan berkualitas
2. Harga yang diberikan sesuai
dengan produk yang dihasilkan 3.
Lokasi yang strategis 1.
Promosi yang kurang
Keuangan 1.
Kecukupan modal jangka pendek 2.
Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang
Sumber : Data Primer
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal