Pemasaran Keuangan Analisis Lingkungan Internal

110 lainnya. Sebelum melaksanakan proses budidaya, karyawan biasanya diberikan arahan dari pemilik untuk memperoleh hasil yang diharapakan. Motivasi kerja penting kaitannya dengan semangat kerja karyawan. Motivasi kerja ini biasa berupa insentif atau tambahan gaji di luar gaji pokok. Tapi di kalangan pembudidaya sendiri tidak menggunakan hal tersebut karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Sehingga untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah dilakukan.

6.1.2 Produksi dan Operasi

Budidaya ikan lele yang berada di kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m, 6 x 3 m. Pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya. Kecamatan Ciampea memiliki sumber air tanah yang baik dan menunjang keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun keahlian mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor kg, maka ikan lele yang mulai benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah Bogor, Jakarta maupun Lampung.

6.1.3. Pemasaran

111 Produk yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang dikehendaki olah pasar yang beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya masing-masing. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke konsumen. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele itu sendiri disesuaikan dengan kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele yang dihasilkan di kecamatan Ciampea memiliki kualitas yang baik hal ini terbukti dengan pembelian berulang oleh para konsumen distributor tersebut ke tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem kekeluargaan dalam negosiasi harga. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 8-10 ekor kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 kg.

6.1.4. Keuangan

Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan dengan menggunakan modal sendiri. Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat. Rata-rata jumlah modal awal yang digunakan adalah sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau perkiraan. Biaya tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta peralatan Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini rata-rata memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim yang 112 sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele pada khususnya,. Para pembudidaya mencatat keuangannya secara kasar, hal ini karena usaha mereka masih dapat dikatakan usaha kecil yang tidak terlalu fokus pada pencatatan transaksi secara detail. Secara keseluruhan usaha budidaya ikan lele mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi perusahaan.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal