Penurunan produk material Reject

Tabel 13. Kondisi QCDSME sebelum dan sesudah pelaksanaan GKM Keterangan Sebelum GKM Sesudah GKM Q Quality Down time 2.2 menit ganti seal Down time 0.67 menit ganti seal C Cost Rupiah yang hilang akibat down timesebesar Rp. 19.456.800 bulan Rupiah yang hilang akibat down time sebesar Rp. 5.925.480 bulan D Delivery Unbalancing pada proses selanjutnya pada saat penghentian mesin Line balancing tetap terjaga S Safety Terlalu lama pada proses ganti seal berpotensi produk tidak standar Produk tetap terjaga sesuai standar M Morale Belum ada kepedulian pada persoalan yang terlihat kecil Lebih peduli terhadap persoalan yang sepintas terlihat kecil Keterangan : Terkait dengan down time Berdasarkan Tabel 13, maka dari segi kualitas quality, down time mengalami penurunan sebesar 1,53 menit per ganti seal. Sehingga biaya yang hilang akibat down time juga mengalami penurunan sebesar Rp. 13.531.320 bulan. Dari aspek keamanan setelah dilakukan perbaikan, produk tetap terjaga sesuai dengan standar yang ditentukan, karena sudah ada kepedulian dari karyawan terhadap persoalan yang terlihat kecil.

2. Penurunan produk material Reject

a. GKM Packer Berdasarkan analisis QCDSME quality, cost, delivery, safety, morale and environment, ditemukan bahwa pada faktor kualitas ditemukan dus penyok dan terkelupas sebanyak 0,28 persen selama sebulan. Jika diakumulasikan ke dalam biaya maka uang yang terbuang saat produksi berjumlah Rp. 2.064.480,00 bulan. Dalam proses pengiriman barang akhir dalam dus maka terjadinya pengerjaan ulang repack dus rusak pada pelakbanan, sehingga menghambat pengiriman 45 detikdus. Dari kerusakan dus yang terjadi ketika barang dimasukkan ke dalam dus diindikasikan produk mudah terkontaminasi. Kerusakan yang terjadi akibat kelalaian karyawan karena tidak ada rasa memiliki terhadap material dus ditaruh sembarangan dan dibanting saat proses. Tabel 14. Data dus rusak di Bulan Mei 2008 No Bahan Baku Jumlah Dus Reject buah 1 Dus JDO-1 289 2 Dus JDO-3 245 3 Dus JDO-7 321 4 Dus JDO-9 85 5 Dus KFT 30 6 Dus MT-A 146 7 Dus MT-B 202 8 Dus MT-G 166 9 Dus FFL 80 10 Total 1.564 11 Total pemakaian Dus 564.513 12 Total pakai + Reject 566.077 Identifikasi penyebab tingginya kerusakan pada dus dilakukan oleh GKM dengan menggunakan diagram ishikawa dan diperoleh tiga faktor penyebab yaitu faktor manusia, mesin, dan metode. Faktor manusia diantaranya adalah belum ada training sikap kerja, tidak ada sosialisasi kerugian dus rusak, dan mapping activity belum dibuat dan disosialisasikan. Faktor mesin diantaranya tombol on-off conveyor tidak spontan, gravity conveyor kurang panjang dan gravity terpisah. Sedangkan faktor metode diantaranya belum ada standar penempatan sedotan, dan belum ada sistem jemput bola. Dari masalah-masalah yang ada maka dilakukan tindakan perbaikan diantaranya adalah: a Dengan melaksanakan pelatihan dan sosialisasi kepada karyawan sehingga dapat dibuat mapping activity b Membuat papan komunikasi untuk dus cacat rupiah bulan sehingga karyawan mengetahui perhitungan dus rusak. c Mengganti tombol on-off konveyor dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi pelaksanaan WO work out ke teknik sehingga tombol langsung berhenti. d Menambah gravity dengan memodifikasi gravity roller sehingga pergerakan pelakbanan dus semakin mudah. e Melakukan revisi WI work in proses packing ke dalam dus sehingga posisi sedotan tidak mengganggu pelipatan dus. f Melakukan sosialisasi dengan ditempel pada papan komunikasi dan pelatihan sehingga operator lakban tidak lagi menunggu dus menumpuk di konveyor. Hasil perbaikan GKM memperlihatkan bahwa mapping activity bisa lebih terarah, personil mengetahui kerugian dus rusak dengan dibuatnya papan komunikasi, personil mempunyai multiskill, dus lancar, gravity diganti roller ball, peletakan sedotan disamping dus sehingga dus berjalan lancar. Hasil GKM berhasil dengan menurunnya dus rusak dari 0,28 persen menjadi 0,20 persen. Dus rusak yang sebelumnya berjumlah 1564 dus menurun menjadi 505 dus. Penurunan dus rusak dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pencapaian dus Rejectsebelum dan sesudah GKM Gambar 6. Persentase pencapaian dus rusak sebelum dan sesudah GKM Berdasarkan perbandingan antara persepsi responden yang menjadi aktivis GKM dengan data hasil kinerja aktivis GKM maka GKM di perusahaan sudah efektif. Dikatakan efektif karena berdasarkan persepsi responden terjadi perubahan ke arah yang lebih baik setelah mengikuti GKM berkaitan dengan efisiensi, produktivitas, kinerja mutu produk dan penurunan produk yang tidak layak. Sama halnya dengan hasil kinerja aktual dari aktivis GKM yang mengalami peningkatan dalam meminimalisasi biaya produksi, kemampuan anggota GKM dalam bekerja, serta penurunan produk reject . Tidak menutup kemungkinan bahwa peningkatan improvement dalam perusahaan tidak hanya hasil dari proses GKM, tetapi ada faktor-faktor lain selain GKM. Hasil wawancara dengan team leader, supervisor produksi, dan fasilitator GKM menunjukkan bahwa peningkatan volume produksi tidak disebabkan secara langsung oleh adanya GKM. Volume maupun spesifikasi produksi sudah ditentukan dalam rencana produksi oleh bagian produksi. Selain itu, perbaikan dalam produksi didukung oleh Suggestion SystemSS, Cross Function Technique CFT, dan operasional dalam perusahaan. Tapi yang terpenting adalah semua itu mempunyai semangat perbaikan dalam perusahaan. Walaupun demikian, kegiatan GKM menyumbangkan pemecahan masalah dan perbaikan yang signifikan bagi peningkatan kualitas produk, meningkatkan efisiensi produksi, dan meningkatkan partisipasi dan semangat karyawan.

4.3.7. Implikasi Manajerial