Variabel-variabel yang saling berkorelasi berarti terdapat hubungan antar variabel. Jika H
ditolak maka analisis multivariat layak untuk digunakan terutama metode analisis komponen utama dan analisis faktor.
2.6. Penelitian Terdahulu
Pratiwi 2006 mengkaji efektivitas peran Gugus Kendali Mutu GKM dalam peningkatan kinerja perusahaan di PT. Pertamina unit pengolahan IV
Cilacap dengan pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi GKM di PT. Pertamina UP IV, mengidentifikasi indikator kinerja
perusahaan yang terkait dengan mutu serta mengukur korelasi efektivitas GKM dengan kinerja PT. Pertamina UP IV yang meliputi kinerja mutu dan
produktivitas. Implementasi GKM di Pertamina terdiri dari empat tahap yaitu : 1
persiapan, pengenalan, dan sosialisasi, 2 pembuatan struktur dan prosedur, 3 pelaksanaan, 4 pembudayaan. Indikator kinerja perusahaan tertuang dalam Key
Performance Indicator KPI general manager yang terdiri dari 10 kriteria berdasarkan empat aspek balance scorecard. Indikator mutu yang berkontribusi
terhadap kinerja perusahaan, yaitu kepemimpinan, fokus pelanggan dan pasar, fokus pada SDM, manajemen proses, dan hasil-hasil usaha. Hasil analisis regresi
berganda tidak mampu menjelaskan peran GKM terhadap peningkatan kinerja perusahaan di PT. Pertamina UP IV Cilacap, karena koefisien determinasi
maksimal dari berbagai model yang telah dicoba sangatlah kecil, yaitu 22,2 persen terhadap kinerja mutu dan 33,3 persen terhadap produktivitas. Dari berbagai
macam alternatif fungsi regresi yang digunakan, terdapat kesamaan faktor yang nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Kusumawati 1997 mengkaji implementasi GKM pada perusahaan agroindustri teh di PT. Gunung Mas, PTPN VIII, Kabupaten Bogor dengan
pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tahap-tahap pembentukan dan pengimplementasian GKM, permasalahan yang dihadapi,
kinerja, dan manfaat GKM di perkebunan Gunung Mas. Permasalahan yang ada berturut-turut adalah masalah pengembangan GKM dengan subkriteria masalah
berupa dukungan, penghargaan, dan GKM khusus, masalah pembentukan GKM dengan subkriteria masalah faktor alam, pokok-pokok kegiatan GKM, metode dan
teknik, serta penilaian. Masalah penerapan dengan subkriteria masalah konsep dasar GKM, kesiapan manajemen, motivasi kerja, dan mekanisme pembentukan.
Kinerja GKM terbaik terdapat di bagian teeknik, kemudian pengolahan, tanaman, dan administrasi. Secara keseluruhan unsur GKM yang mempunyai kinerja
terbaik berturut-turut adalah unsur pengendalian, perbaikan, standar, teknik, partisipasi, dan pengembangan.
Suryawati 2001 mengkaji efektivitas GKM terhadap mutu dan produktivitas karyawan dalam mengimplementasi ISO 9000 pada PT. ISM
Bogasari Flour Mile dengan pendekatan studi kasus. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kegiatan dan efektivitas penerapan TQM melalui GKM terhadap mutu
dan produktivitas karyawan di PT. ISM Bogasari Flour Mile. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai dengan mengambil contoh dari populasi
dengan kuesioner sebagai alat dalam pengumpulan data primer. Uji korelasi rank spearman dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor- faktor pendukung
keberhasilan GKM dengan efektivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor pendukung keberhasilan
GKM yaitu komitmen manajemen puncak, motivasi, pendidikan dan pelatihan, ISO 9000, fasilitas, partisipasi, kepemimpinan, komunikasi, kekompakan, tujuan
GKM, teknik kendali mutu berhubungan nyata dengan efektivitasnya baik efisiensi, produktivitas kerja dan kepuasan kerja. Efektivitas GKM berpengaruh
terhadap peningkatan mutu dan produktivitas karyawan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan produk cacat selama proses produksi.
Dewi 1993 mengkaji efektivitas Gugus Kendali Mutu di PT. Perkebunan XII. Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor penyusun efektivitas GKM
dan mengetahui keterkaitan antara faktor-faktor penentu efektivitas GKM pada masing-masing lokasi penelitian, serta memberikan saran bagi pengembangan
GKM bagi PT. Perkebunan XII. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara langsung terhadap responden yaitu anggota GKM di
tiga lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah penelitian survai, dengan analisis statistik uji kesahihan dan keterandalan alat ukur, korelasi rank spearman
dan regresi linier berganda.
Hasil uji kesahihan menurut pretest adalah adanya perbaikan kuisioner dengan nilai reliabilitas 0,889. Hasil korelasi rank spearman menunjukkan bahwa
dari sembilan variabel yang ditetapkan, tujuh variabel berpengaruh nyata terhadap aktivitas GKM, yaitu kepemimpinan fasilitator, kepemimpinan ketua GKM,
partisipasi, struktur tugas, fasilitas, dan dukungan manajemen. Sedangkan keanggotaan dan kekompakkan tidak berhubungan nyata dengan efektivitas
GKM. Selanjutnya dari regresi linier berganda didapatkan empat faktor yang dominan terhadap kondisi GKM di PTP XII, yaitu kepemimpinan fasilitator,
tujuan GKM, partisipasi, dan dukungan manajemen. Tingkat efektivitas ketiga lokasi penelitian hampir sama, hal ini disebabkan oleh faktor dominan berupa
kepemimpinan fasilitator, pemahaman terhadap tujuan GKM dan partisipasi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Persaingan usaha dalam industri manufaktur semakin ketat. Hal inimembuat perusahaan-perusahaan melakukan berbagai cara untuk bisa bertahan
dalam persaingan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas adalah dengan membentuk gugus kendali mutu dalam perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat efektivitas implementasi gugus kendali mutu yang dilakukan oleh perusahaan, dalam hal ini mengetahui implementasi GKM di PT. Triteguh
manunggal sejati dengan mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gugus.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gugus meliputi intensitas pertemuan gugus, pelaksanaan perbaikan dalam bidang kerja masing-masing, coaching and
conseling, pembuatan risalah dan konvensi yang dilakukan oleh gugus. Untuk melihat efektivitas GKM perlu diketahui indikator yang paling berpengaruh
terhadap efektivitas GKM dari faktor-faktor yang telah ditentukan. Indikator- indikator yang mempengaruhi efektivitas GKM diantaranya adalah komitmen
manajemen puncak, tujuan GKM, pendidikan dan pelatihan, komunikasi, partisipasi, seven tools, kepemimpinan fasilitator dan ketua GKM, dan fasilitas.
Penilaian efektivitas hasil kerja gugus dilakukan dilakukan dengan mengetahui perbandingan antara penilaian responden terhadap kondisi sebelum
dan sesudah mengikuti GKM serta hasil akhir dari kegiatan gugus berdasarkan data - data yang berhubungan dengan efisiensi, produk atau material cacat, dan
produktivitas. Tentunya gugus yang efektif adalah yang bisa melakukan perubahan kearah yang positif berkaitan dengan kemampuan meminimalkan
biaya produksi, meningkatkan produktivitas karyawan, menurunkan produk cacat, sehingga meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan efisiensi yang pada
akhirnya terjadi peningkatan daya saing bagi perusahaan.