Efisiensi Hasil Akhir Kegiatan GKM di PT. Triteguh Manunggal Sejati

Mayoritas responden menilai bahwa ada perubahan ke arah yang lebih baik terkait dengan efisiensi, produktivitas tenaga kerja, kinerja mutu produk dan penurunan material atau produk reject. Hanya pada indikator pencapaian target kerja sesuai standar, kemampuan penyelesaian pekerjaan dengan baik dan usaha dalam mencapai hasil maksimal dalam pekerjaan yang tidak mengalami perubahan penilaian responden. Hal ini karena semua responden menganggap bahwa sebelum mengikuti GKM pun mereka selalu berusahan untuk mencapai hasil maksimal dalam bekerja dan mencapai target produksi yang telah ditetapkan perusahaan.

4.3.6. Hasil Akhir Kegiatan GKM di PT. Triteguh Manunggal Sejati

1. Efisiensi

Efisiensi yang diukur dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya seperti material, waktu, dan tenaga yang kemudian dikonversikan ke dalam biaya. Salah satu tujuan perbaikan mutu adalah memastikan bahwa produk yang diproduksi memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya minimum. Pengurangan-pengurangan biaya sebagai hasil pemecahan masalah dalam GKM di produksi GI minuman ringan adalah sebagai berikut : a. GKM Baru Pasti Kelompok GKM di Departemen Produksi G1 minuman ringan adalah GKM Baru Pasti pada bagian pengepakan packaging yang berupaya untuk menurunkan waste pemakaian lakban dari 10,8 persen menjadi 5,7 persen. Terjadinya pemborosan diduga dari banyaknya lakban yang terbuang percuma pada saat pengepakan produk ke dalam dus sehingga biaya waste pemakaian lakban sebesar Rp. 7.725.434 per bulan. Tabel 10. Data pemakaian lakban tiga bulan terakhir pada tahun 2007sebelum GKM Keterangan Satuan Tahun 2007 Total Oktober November Desember Realisasi produksi Dus 1.063.265 1.314.440 731.040 3.108.745 Jumlah pakai lakban Roll 1.152 1.343 822 3.317 konversi lakban Dus 1.195.776 1.394.034 853.236 3.443.046 Jumlah Pakai dus Dus 1.063.265 1.314.440 731.040 3.108.745 Selisih Dus 132.511 79.594 122.196 334.301 Kapasitas roll lakban Dusroll 923 979 889 937 Kapasitas standar roll lakban Dusroll 1.038 1.038 1.038 1.038 Selisihwaste Dusroll 115 59 149 101 Persen waste roll 11,079 6 14 0,1 Harga Lakban Rupiahroll 49.500 49.500 49.500 49.500 Waste costlakban Rupiahroll 5.485 2.826 7.089 4.806 Berdasarkan diagram ishikawa lihat Lampiran 15, maka diperoleh beberapa faktor yang paling mempengaruhi tingginya waste pada lakban dan kemudian dilakukan beberapa perbaikan dari masalah yang ada sebagai berikut : a Tidak ada kontrol visual hasil panjang lakban. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan membuat komunikasi permintaan ke bagian procurement, mensosialisasikan titik visual kontrol hasil panjang lakban ke operator carton sealer b Tidak ada standar pengaturan mesin carton sealer. Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan studi banding ke pabrik PT. F di keroncong, melakukan uji coba posisi dudukan, cutting pada jarak yang berbeda, menentukan posisi dudukan cutting yang optimal, membuat standar posisi dudukan, cutting. c Tidak ada konversi perhitungan lakban sisa. Langkah yang dilakukan adalah dengan membuat formulasi konversi panjang lakban, mensosialisasikan kepada admin produksi d Tidak ada WI operasional carton sealer. Langkah yang dilakukan dengan membuat WI operasional carton sealer , mensosialisasikan WI ke operator carton sealer. e Tidak ada riwayat preventive maintainance carton sealer. Langkah yang dilakukan dengan mengusulkan ke Departemen Teknik untuk membuat riwayat preventive maintainance mesin carton sealer baru. Setelah dilakukan perbaikan, terjadi penurunan waste pemakaian lakban dari 10,8 persen menjadi 3,80 persen. sehingga dari segi biaya maka biaya waste pemakaian lakban turun menjadi Rp 2.718.208 per bulan. Selain itu dari segi keamanan dengan adanya WI work in Pengoperasian carton sealer, operator mengetahui cara penggantian lakban yang aman dan karyawan peduli saat terjadi pemborosan lakban dan dapat melakukan tindakan preventif dengan segera. Tabel 11. Data pemakaian lakban setelah dilakukan perbaikan setelah GKM Keterangan Satuan Tahun 2008 Total Juli Agustus Realisasi produksi Dus 1.455.520 1.388.545 2.844.065 Jumlah pakai lakban Roll 1.458 1.389 2.847 konversi lakban Dus 1.513.404 1.441.782 Jumlah Pakai dus Dus 1.455.520 1.388.545 Selisih Dus 57.884 53.237 Kapasitas roll lakban Dusroll 998 1.000 Kapasitas standar roll Dusroll 1.038 1.038 1.038 Selisihwaste Dusroll 40 38 Persen waste roll 0,04 0,04 Harga Lakban Rupiahroll 49.500 49.500 49.500 Waste cost lakban Rupiahroll 1.893 1.828 Penghematan Rupiah 4.247.047 4.137.026 4.192.036 b. GKM Improri Kelompok GKM pada produksi G1 minuman ringan bagian proses di mesin filling adalah GKM Improri yang mengambil tema dalam GKM nya yaitu Menurunkan down time penggantian seal pada mesin. filling 3 dari rata - rata 2,2 menitproses menjadi 1,6 menit. Penetapan target penggantian seal menjadi 1,6 menit adalah berdasarkan data analisis waktu penggantian seal terbaik pada mesin. filling 3. Tabel 12. Data rata - rata waktu yang dibutuhkan untuk setiap penggantian seal No. Step activity Rata-rata 1. Stop mesin 10 2. Potong seal 24 3. Buka baut ragum 14 4. Ambil angkat seal 7 5. Buka plastic selongsong seal 4 6. Ambil angkat seal 7 7. Masukkan seal ke as seal 14 8. Kunci kencangkan ragum seal 12 9. Buka isolasi seal 7 10. Tarik seal ke permukaan mould 13 11. Pengaturan seal 12 12. Press manual seal 6 13. Start running mesin 4 Total 133 detik 2,2 menit Berdasarkan masalah tersebut kemudian direncanakan pemecahan masalah yang difokuskan pada mesin filling ke 3 untuk menurunkan down time proses. Selanjutnya diidentifikasi akar penyebab masalahnya dan melalui diagram ishikawa dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai berikut : a Standar jumlah alatkunci yang dipakai belum ada, maka dibuat standar pengadaan kunci tools per shift dan melakukan sosialisasi mekanisme penggunaan dan perawatan terhadap kuncitools. Sehingga penggunaan kunci tools sudah terstandar mekanisme jelas. b Belum ada alat bantu untuk pengangkatan seal, maka dibuat desain troli, material PB, dan melakukan pengerjaan. c Helper kurang sosialisasi belum mendapat pelatihan WI work in, maka koordinasi dengan Personal Development untuk penjadwalan dan membuka kelas pelatihan. d Ada 13 langkah dalam penggantian seal, maka dibuat desain As roll seal double track, sehingga waktu penggantian seal dari 2,2 menit dengan 13 langkah penggantian menjadi 5 langkah pergantian dengan waktu penggantian selama 0,67 menit. Hasil tindakan perbaikan yang dilakukan oleh GKM Improri dapat diketahui dari perbandingan target GKM dengan kinerja aktual yang telah dilakukan oleh anggota GKM dan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Waktu down timepenggantian sealpada mesin filling 3 Berdasarkan grafik diatas maka bisa dilihat setelah dilakukan perbaikan oleh GKM maka down time proses penggantian seal mengalami penurunan dari 2,2 menit menjadi 0,76 menit bahkan melebihi target yang telah ditetapkan yakni 1,6 menit. Sehingga aktivitas GKM improri adalah efektif karena terjadi perubahan yang signifikan pada proses penggantian seal. Berdasarkan hasil analisis QCDSME quality,cost, delivery, safety, morale,environment dapat dilakukan perbandingan sebelum dan sesudah GKM pada Tabel 13. Tabel 13. Kondisi QCDSME sebelum dan sesudah pelaksanaan GKM Keterangan Sebelum GKM Sesudah GKM Q Quality Down time 2.2 menit ganti seal Down time 0.67 menit ganti seal C Cost Rupiah yang hilang akibat down timesebesar Rp. 19.456.800 bulan Rupiah yang hilang akibat down time sebesar Rp. 5.925.480 bulan D Delivery Unbalancing pada proses selanjutnya pada saat penghentian mesin Line balancing tetap terjaga S Safety Terlalu lama pada proses ganti seal berpotensi produk tidak standar Produk tetap terjaga sesuai standar M Morale Belum ada kepedulian pada persoalan yang terlihat kecil Lebih peduli terhadap persoalan yang sepintas terlihat kecil Keterangan : Terkait dengan down time Berdasarkan Tabel 13, maka dari segi kualitas quality, down time mengalami penurunan sebesar 1,53 menit per ganti seal. Sehingga biaya yang hilang akibat down time juga mengalami penurunan sebesar Rp. 13.531.320 bulan. Dari aspek keamanan setelah dilakukan perbaikan, produk tetap terjaga sesuai dengan standar yang ditentukan, karena sudah ada kepedulian dari karyawan terhadap persoalan yang terlihat kecil.

2. Penurunan produk material Reject