dari n
buah e
i
ini dapat ditentukan : m
i
= e
i
Y
i
100 untuk
i = 1,2,3
,...,n Selanjutnya, apabila
d
i
= m
i 2
, maka akan dihitung :
∑
=
=
n i
n di
MSPE
1
∑ ∑
=
− −
=
n i
n i
i i
d
] n
n d
d [
S
1 2
2 2
1
100 x
d S
CV
d d
=
Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan
CV
d
yang semakin kecil. Atas dasar ini maka nilai MSPE dan
CV
d
ini selanjutnya dipakai sebagai kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan.
Uji keabsahan model merupakan uji terakhir dilakukan dalam pemilihan model yang terbaik sekaligus juga untuk menentukan cara pendekatan terbaik dalam
pemecahan masalah dalam penelitian. Selain faktor-faktor dalam kekonsistenan dalam penerimaaan model tertentu pada setiap kali membangun model,
kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan modelnya.
4. 6. 6 Penentuan Total Biomassa dan Karbon
Setelah didapatkan model penduga biomassa pada masing-masing bagian anatomi pohon, dilanjutkan dengan perhitungan biomassa pada tiap
bagian dengan memasukkan variabel bebas Dbh, tinggi dan berat jenis pada persamaan terpilih. Dengan menjumlahkan biomassa pada tiap batang, cabang,
ranting dan daun akan diperoleh biomassa per pohon. Untuk mendapatkan total biomassa pohon dalam hektar, maka nilai biomassa pohon dikalikan dengan
kerapatan tiap pohon. Untuk biomassa total hutan bekas tebangan dalam penelitian ini adalah dengan menjumlahkan total biomassa pohon, total biomassa
tumbuhan bawah, total biomassa serasah dan nekromassa. Langkah yang sama juga dilakukan untuk pendugaan karbon terikat total hutan bekas tebangan di
Merang Sumatera Selatan.
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Hasil 5. 1. 1 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan
Sebanyak 40 jenis pohon menyusun tegakan hutan gambut bekas tebangan Merang dalam petak ukur 0,49 Ha. Dari 40 jenis tersebut tergolong
dalam 17 suku, yang didominasi Lauraceae paling banyak dijumpai 9 jenis, Myrtaceae 4 jenis, Annonaceae 3 jenis dan Euphorbiaceae 3 jenis.
Berdasarkan tingkat pertumbuhannya hasil analisis vegetasi menunjukkan 26 jenis pohon, 13 jenis tiang dan 16 jenis pancang Lampiran 1.
Dominansi dari hasil analisis vegetasi berdasarkan luas bidang dasar menunjukkan bahwa jenis dominan untuk setiap tingkat pertumbuhan pohon
adalah Polyalthia sumatrana
makai, Prunus arborea beringin dan Dacryodes
rostrata uyah-uyah pada tingkat pohon,
Crytocarya crassinervia medang
putih, Dacryodes rostrata
uyah-uyah, dan Alseodaphne insignis
kelat untuk
tingkat tiang. Untuk tingkat pertumbuhan pancang didominansi oleh Dacryodes
rostrata uyah-uyah,
Dyera lowii jelutung rawang dan
Artocarpus teysmanni cempedak air untuk tingkat pancang. Total luas bidang dasar untuk semua jenis
pohon adalah 28,36 m
2
ha, dimana sebagian besar terdapat pada tingkat tiang 50,87 atau 14,43
m
2
ha, kemudian diikuti tingkat pohon 33,27 9,44 m
2
ha dan tingkat pancang 15,86 15,86 m
2
ha. Tabel 9 Dominansi pohon pada setiap tingkat pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan LBDS m
2
ha Persentase
Jenis dominan Pohon
9,44 33,27
Polyalthia sumatrana Prunus arborea
Dacryodes rostrata Tiang
14,43 50,87
Crytocarya crassinervia Dacryodes rostrata
Alseodaphne insignis Pancang
4,50 15,86
Dacryodes rostrata Dyera lowii
Artocarpus teysmanni
Berdasarkan hasil analisis vegetasi diketahui bahwa kerapatan pohon tertinggi terdapat pada tiang 48,8 atau 918 individuha. Nilai ini tidak berbeda
jauh dengan kerapatan yang ditunjukkan pada pancang sebesar 46,09 867 individuha. Kerapatan terendah terdapat pada tingkat pohon 96 individuha
atau 5,11. Tabel 10 Kerapatan pohon pada setiap tingkat pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan
Kerapatan indha
Persentase Jenis dengan kerapatan tertinggi
Pohon 96
5,11 Polyalthia sumatrana
Prunus arborea Dacryodes rostrata
Tiang 918
48,80 Crytocarya crassinervia
Dacryodes rostrata Shorea uliginosa
Pancang 867
46,09 Dacryodes rostrata
Berdasarkan pengukuran diameter tegakan hutan bekas tebangan di Merang, dapat diprediksi jumlah spesiesha berdasarkan kelas diameter Tabel
11. Untuk kerapatan dari setiap jenis untuk masing-masing kelas diameter dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 11 Kerapatan pohon pada setiap kelas diameter
Kelas Diametercm Kerapatan indha
Jenis dominan 5‐10
867 Dacryodes rostrata
10‐20 918
Crytocarya crassinervia dan
Dacryodes rostrata 20-30
48 Semua jenis memiliki kerapatan yang sama
30-40 28
Prunus arborea 40-50
12 Polyalthia sumatrana
50-60 4
Palaquium ridleyi dan
Koompassia malaccensis 60-70
4 Pithecellobium sp
dan Tetramerista glabra
Pada kelas diameter 5 - 10 cm dengan kerapatan pohon sebesar pohonha disusun oleh 16 jenis pohon. Jenis yang memiliki kerapatan tertinggi
adalah Dacryodes rostrata
, untuk ke 15 jenis lain memiliki kerapatan yang sama yakni 102 individuha. Untuk kelas 10 - 20 cm disusun oleh 13 jenis pohon
dengan kerapatan total 918 individuha. Adapun jenis yang mendominasi pada kelas diameter ini adalah
Crytocarya crassinervia dan
Dacryodes rostrata dengan kerapatan 153 individuha.
Shorea uliginosa dengan dominansi 102
individuha, memiliki dominansi terbanyak dibandingkan 10 jenis lainnya yang memiliki kerapatan yang sama sebesar 51 individuha.
Pada kelas 20 - 30 cm. kerapatan menurun tajam jika dibandingkan dengan dua kelas diameter sebelumnya. Dengan kerapatan total 48 individuha
dan disusun oleh 12 jenis pohon, setiap pohon pada kelas diameter ini memiliki kerapatan yang sama yakni 4 individuha.
Pada kelas 30 - 40 cm, terdiri dari 6 jenis pohon dengan kerapatan tertinggi pada
Prunus arborea dengan kerapatan 8 individuha. Kemudian,
dengan nilai kerapatan 16 individuha untuk masing-masing kelima jenis lainnya, maka total kerapatan dari kelas diameter ini adalah 28.
Kelas 40 - 50 cm, 50 - 60 cm, 60 - 70 cm, masing-masing disusun oleh 2 jenis spesies yang berbeda. Pada kelas 40 - 50 cm dengan total kerapatan 12
individuha, jenis yang mendominasi adalah Polyalthia sumatrana
dengan kerapatan 8 individuha. Jenis lain yang menyusun kelas ini adalah
Aporosa arborea
dengan kerapatan 4 individuha. Kelas 50 - 60 disusun oleh Palaquium
ridleyi King
dan Koompassia malaccensis
dengan masing-masing nilai kerapatan 2 individuha. Kelas dengan diameter tertinggi diatas 60 cm terdiri dari jenis
Pithecellobium sp dan
Tetramerista glabra dimana kerapatan untuk masing-
masing spesies ini adalah 2 individuha. Dari potensi tegakannya, dapat dikatakan bahwa areal bekas tebangan di hutan gambut Merang telah
mengalami gangguan yang berat terutama untuk jenis-jenis komersil yang berdiameter besar.
Hasil analisis vegetasi menunjukkan INP tertinggi pada tingkat pohon adalah
Polyalthia sumatrana makai sebesar 49,98, yang diikuti oleh jenis
Prunus arborea 25,73 dan
Dacryodes rostrata 24,55. Sedangkan untuk
tingkat tiang dan pancang jenis dengan INP tertinggi adalah Dacryodes rostrata
uyah-uyah dengan masing-masing nilai INP 52,25 dan 35,36. INP diperoleh dari penjumlahan Kerapatan Relatif, Dominansi Relatif dan Frekuensi Relatif.
Pada Tabel 12 disajikan 3 jenis pohon dengan INP tertinggi pada tingkat pancang, tiang, dan pohon. Untuk INP tiap jenis pohon pada masing-masing
tingkat pertumbuhan pohon disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 12 Indeks Nilai Penting pohon pada setiap tingkat pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan Jenis dengan INP tertinggi
INP Pohon
Polyalthia sumatrana 49,98
Prunus arborea Dacryodes rostrata
25,73 24,55
Tiang Dacryodes rostrata
Crytocarya crassinervia 52,25
47,00 Shorea uliginosa
31,12 Pancang
Dacryodes rostrata Dyera lowii
Artocarpus teysmanni 35,36
20,49 19,97
5. 1. 2 Sifat Fisik 5. 1. 2. 1 Kadar Air