2. 2 Sifat Fisik Potensi Karbon Terikat di Atas Permukaan Tanah pada Hutan Gambut Bekas Tebangan di Merang Sumatera Selatan

Kerapatan tegakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya biomassa. Tingginya kerapatan pada tingkat tiang dan pancang pada hutan gambut tentunya memberikan kontribusi besar terhadap potensi karbon yang berhubungan erat dengan besarnya biomassa suatu pohon. Selanjutnya Tresnawan dan Rosalina 2002 menjelaskan bahwa variasi biomassa sangat dipengaruhi oleh jarak antar individu atau kerapatan individu.

5. 2. 2 Sifat Fisik

Berdasarkan analisis laboratorium diperoleh informasi tentang kadar air, kadar abu, kadar zat terbang dan kadar karbon terikat. Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kayu dan berat kering tanur Haygreen dan Bowyer 1993. Kadar air pada masing-masing bagian pohon akan berpengaruh langsung terhadap biomassa selain berat basah yang ditimbang di lapangan. Kadar air tertinggi terdapat pada ranting kemudian daun dan cabang dan terendah terdapat pada batang Tabel 13. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Onrizal 2005 dan Hilmi 2003 yang menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada batang. Hal ini disebabkan karena batang lebih banyak disusun oleh selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif sehingga rongga sel batang sedikit terisi oleh air. Kadar karbon terikat memiliki hubungan negatif dengan kadar abu dan kadar zat terbang. Artinya, semakin tinggi kadar karbon terikat dalam kayu, maka semakin rendah kadar abu dan kadar zat terbang. Kadar abu adalah kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan yang tinggi yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Sedangkan kadar zat terbang menunjukkan kandungan zat-zat volatil pada pemanasan tinggi yang terdiri dari senyawa alifatik, terfana dan fenolik. Kadar karbon terikat tertinggi terdapat pada daun, dan kadar karbon terikat terendah terdapat pada batang. Hasil ini mendukung beberapa penelitian terdahulu Tabel 30. Daun memiliki kadar zat terbang terendah dan kadar abu tertinggi. Hal ini disebabkan karena daun tersusun atas klorofil a C 55 H 72 O 5 N 4 Mg dan klorofil b C 55 H 70 O 6 N 4 Mg dengan berat molekul tinggi sehingga meningkatkan kadar abu pada proses karbonisasi Hilmi 2003. Berbeda dengan daun, batang yang memiliki kadar zat terbang tertinggi namun memiliki kadar abu terendah sehingga menghasilkan kadar karbon terikat yang rendah. Tabel 30 Hasil penelitian karbon terikat terdahulu di berbagai tipe hutan No Tipe Hutanjenis pohon Karbon Terikat Kisaran Dbh cm Pustaka 1 Hutan kerangas TNDS 2- 60 Onrizal 2005 Batang 18,6 Cabang 19,6 Ranting 22,0 Daun 23,8 2 Hutan Mangrove Riau Batang 33,14 - 55,12 10 - 40 Hilmi 2003 Cabang 21,54 - 25,90 Ranting 19,30 - 21,89 Daun 22,19 - 23,88 3 Tegakan Acacia crassicarpa 15 - 23 Limbong 2009 lahan gambut bekas terbakar Batang 16,02 - 17,16 Cabang 17,83 - 18,25 Ranting 18,05 - 20,55 Daun 22,53 - 24,40 4 Tegakan Schima wallichii 2 - 30 Salim 2005 Batang 14,88 - 28,34 Cabang 16,70 - 26,04 Ranting 19,02 - 27,55 Daun 17,98 - 25,25 5 Hutan bekas terbakar di Merang 2 - 30 Hakim 2010 Batang 15,98 Cabang 18,69 Ranting 21,86 Daun 23,34 6 HTI Acacia mangium 7- 20 Ismail 2005 bekas terbakar Batang 14,12 - 17,09 Cabang 14, 69 - 26, 95 Daun 22,19 - 24,58 Berat jenis merupakan variabel bebas yang digunakan untuk pembutan model biomassa dan karbon selain diameter dan tinggi. Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4°C Haygreen dan Bowyer 1993. Hilmi 2003 menyatakan faktor yang mempengaruhi berat jenis adalah kadar air, struktur kayu, lebar lingkaran tumbuh, proporsi kayu akhir, zat ekstraktif dan komposisi kimia. Tidak ada keterkaitan atau korelasi yang nyata antara diameter dengan berat jenis pada hasil penelitian ini. Jika dilihat dari pohon-pohon berdiameter 50 cm, jenis yang tersisa umumnya adalah jenis pohon dengan berat jenis besar. Dibuktikan dengan hasil laboratorium untuk Palaquium ridleyi King , dari 5 titik pengambilan sampel untuk berat jenis diperoleh nilai sebesar 1,05; 1,05; 0,91; 0,91 dan 0,79. Begitu juga untuk Tetramerista glabra hasil pengujian berat jenis pada 6 titik pengambilan sampel adalah 0,99; 1,08; 0,94; 0,81; 0,80 dan 0,84. Para illegal logger kurang berminat untuk jenis kayu yang tenggelam, hal ini berkaitan dengan cara eksploitasi kayu hasil tebangan dari dalam hutan yang biasa menggunakan sarana transportasi sungai. Selain itu, kayu-kayu ini mempunyai nilai jual yang rendah di pasaran.

5. 2. 3 Kandungan Biomassa