2. 3 Kandungan Biomassa Potensi Karbon Terikat di Atas Permukaan Tanah pada Hutan Gambut Bekas Tebangan di Merang Sumatera Selatan

50 cm, jenis yang tersisa umumnya adalah jenis pohon dengan berat jenis besar. Dibuktikan dengan hasil laboratorium untuk Palaquium ridleyi King , dari 5 titik pengambilan sampel untuk berat jenis diperoleh nilai sebesar 1,05; 1,05; 0,91; 0,91 dan 0,79. Begitu juga untuk Tetramerista glabra hasil pengujian berat jenis pada 6 titik pengambilan sampel adalah 0,99; 1,08; 0,94; 0,81; 0,80 dan 0,84. Para illegal logger kurang berminat untuk jenis kayu yang tenggelam, hal ini berkaitan dengan cara eksploitasi kayu hasil tebangan dari dalam hutan yang biasa menggunakan sarana transportasi sungai. Selain itu, kayu-kayu ini mempunyai nilai jual yang rendah di pasaran.

5. 2. 3 Kandungan Biomassa

Biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa memberikan sumbangan yang relatif kecil dibandingkan dengan pohon. Hal ini disebabkan karena ukuran tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa jauh lebih kecil dibandingkan dengan pohon. Hutchings 1986 menyatakan bahwa ukuran individu pohon sangat mempengaruhi jumlah biomassa pohon tersebut. Jumlah biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa disajikan pada Tabel 16. Serasah yang paling banyak ditemukan adalah serasah daun. Adanya variasi produksi serasah dipengaruhi oleh faktor kompetisi cahaya dan kerapatan tajuk Tresnawan dan Rosalina 2002. Adanya gap yang disebabkan oleh penebangan akan mempercepat laju dekomposisi serasah karena terjadi peningkatan suhu tanah akibat masuknya cahaya matahari ke lantai hutan yang merangsang kegiatan metabolisme dekomposer untuk mempercepat perombakan bahan organik menjadi CO 2 . Selain serasah, tumbuhan bawah berkayu juga mengandung karbon terikat yang cukup besar yaitu 20,79 pada lantai hutan. Cukup besarnya kandungan biomassa pada tumbuhan bawah berkayu dipengaruhi oleh gapcelah yang terbentuk akibat penebangan yang mengakibatkan masuknya cahaya ke lantai hutan. Meskipun cahaya bisa masuk ke masuk ke lantai hutan, namun persentase biomassa tumbuhan bawah masih sangat kecil jika dibandingkan dengan pernyataan Tresnawan dan Rosalina 2002 yang menyatakan bahwa tumbuhan bawah memberikan kontribusi hanya 22 dari total biomassa di atas tanah. Adanya gap tidak serta merta mempercepat laju pertumbuhan tumbuhan bawah, karena tumbuhan bawah masih akan berkompetisi dengan pohon-pohon yang tertekan atau kodominan sebelum terjadinya gap. Dalam pertumbuhannya, tumbuhan bawah sangat memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis dan untuk perkecambahan. Terbentuknya celah merupakan titik kritis bagi permudaan dan perkembangan dari banyak jenis pohon penyusun tajuk hutan di hutan rawa gambut Hartshourn 1978; Whitmore 1989. Terbentuknya celah mengakibatkan pengurangan kompetisi akar dan perubahan iklim mikro seperti peningkatan kualitas dan kuantitas cahaya, peningkatan temperatur dan meningkatnya kelembaban Hartshourn 1978; Whitmore 1989. Gap juga dapat meningkatkan kandungan hara dengan membusuknya tanaman yang mati serta terkadang merubah relief mikro dan profil tanah Whitmore 1989. Kusmana et al. 1992 menyatakan bahwa variasi biomassa juga dipengaruhi karena perbedaan faktor iklim seperti curah hujan dan suhu. Hal ini disebabkan karena suhu dan cahaya merupakan faktor lingkungan yang berdampak bagi proses biologi tumbuhan dan pengambilan karbon oleh tanaman melalui proses fotosintesis dan penggunaan karbon dalam aktivitas dekomposer. Model pendugaan biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui fotosintesis dan pelepasan karbon melalui respirasi. Pada penelitian ini, nilai biomassa tiap bagian anatomi pohon ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural karena selang antara nilai maksimum dan nilai minimum biomassa sangat besar sedangkan kenaikan untuk diameter, tinggi ataupun berat jenis sangat kecil. Berat kering menjadi dasar utama dalam menentukan biomassa pada penelitian ini. Biomassa pada pohon paling besar terdapat pada batang dan yang paling kecil terdapat pada daun. Alasan utamanya berkaitan dengan berat basah batang yang diukur di lapangan. Batang umumnya memiliki zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan bagian pohon lainnya. Zat penyusun kayu lebih banyak mengisi rongga sel batang dibandingkan air sehingga bobot biomassa akan menjadi lebih besar. Selain itu, kandungan biomassa pada batang berhubungan dengan distribusi asimilat. Secara umum setengah dari total hasil fotosintat yang dihasilkan akan diekspor dari daun melalui floem. Di dalam pohon terdapat persaingan antar sinkpenampungan hasil fotosintesis batang, cabang, ranting, dan daun. Dengan ukuran batang yang lebih besar dibandingkan dengan organ lainnya ditentukan berdasarkan total berat kering akan mempengaruhi kekuatan sink dalam menyerap hasil fotosintat selanjutnya, Sedangkan daun tersusun dari banyak rongga stomata yang menyebabkan struktur menjadi kurang padat sehingga memiliki bobot yang ringan. Total biomassa pohon pada hutan gambut bekas tebangan adalah 269,09 tonha. Jika dibandingkan dengan penelitian pada hutan gambut alami di Kalimantan Tengah mengandung 600 tonha dengan kandungan karbon 340 tonha, biomassa hutan gambut yang sudah terdegradasi 45 dari hutan gambut alami jika pengaruh faktor-faktor penentu biomassa lain diabaikan dan kondisi dianggap sama. Sebagai perbandingan, hutan bekas tebangan di Jambi kehilangan 46 dari biomassa total 159 tonha Ludang dan Jaya 2007, hutan bekas tebangan tahun 2000 di Dusun Aro Jambi adalah 348,14 tonha dan hutan bekas tebangan tahun 1998 adalah 312,37 haton Tresnawan dan Rosalina 2002. Whitten et al . 1984 menyatakan kegiatan pemanenan menyebabkan pengurangan biomassa dalam jumlah yang sangat besar yaitu ± 100 tonha di hutan dataran rendah. Hal ini menunjukkan bahwa biomassa yang hilang dari hutan akan semakin meningkat dengan adanya penebangan.

5. 2. 4 Karbon Terikat