5 Kondisi Sosial Ekonomi 6 Sejarah Areal

Mott 2006. Ballhorn 2007 menyatakan bahwa dengan luas 125 ribu ha dan rata-rata kedalaman gambut 2,5 meters, hutan gambut Merang mengandung 0,2 Gigaton karbon atau setara dengan 0,72 Gigaton CO 2 .

3. 5 Kondisi Sosial Ekonomi

Hutan gambut Merang secara administratif hampir sama dengan desa Muara Merang. Muara Merang terdiri dari 3 dusun yaitu Kepahyang, Bakung dan Bina Desa yang berlokasi di pinggir sungai. Penduduk yang mendiami desa ini berjumlah 1 240 jiwa dengan 273 kepala keluarga. Mata pencarian utama penduduk desa adalah penebang kayu pembalok, petani, buruh di perusahaan sawit, dan nelayan. Gambar 8 Kayu hasil penebangan liar yang dilewatkan melalui sungai Buring Di daerah ini terdapat operasi bisnis yang biasa disebut Lebak Lebung, yang artinya suatu mekanisme panen ikan dari sungai yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten. Setiap tahun, pemerintah mengadakan lelang untuk hak pemanenan ikan di salah satu bagian spesifik sungai. Pemegang hak harus membayar 35 juta rupiah kepada pemerintah untuk dapat menggunakan haknya setiap tahun. Pemegang hak akan memperoleh pajak dari setiap penangkap ikan yang memanen ikan di area tersebut. Ini hanya sebagian kecil pemasukan dari pemilik hak. Pemasukan terbesar berasal dari pajak yang dipungut dari kayu- kayu ilegal yang dibawa melewati bagian sungai tersebut. Pajak yang diperoleh dapat mencapai 300 juta rupiah. Ini merupakan fakta dalam mekanisme aktivitas illegal.

3. 6 Sejarah Areal

Hutan gambut Merang merupakan bekas Hutan Produksi Terbatas HPT yang ditetapkan sejak tahun 1976 oleh Departemen Kehutanan. Beberapa HPH telah memanfaatkan areal ini seperti PT. Bumi Raya Utama Wood Industries, PT Riwayat Musi Timber dan PT Bumi Usaha Pratama Jaya. Sistem yang digunakan oleh HPH ini adalah sistem tebang pilihTPI yang diatur pada PP 21 Tahun 1970 dengan menebang kayu-kayu komersial seperti : meranti Shorea spp, mersawa Anisoptera spp dan ramin Gonystylus bancanus , dengan limit diameter 60 cm. Akses utama pada areal ini adalah sungai dan ongkakrel kayu yang panjangnya bisa mencapai 20 km terbukti dengan ditemukannya jalur ongkak pada keempat plot penelitian yang berukuran 35 x 35 m 2 . Pada bulan Desember 2000, semua perusahaan yang beroperasi di hutan gambut Merang menghentikan kegiatannya dan menyisakan area bekas eksploitasinya begitu saja. Gambar 9 Peta ex HPH KPHP Lalan Sumber: MRPP 2009 Penutupan HPH, menyisakan unmanaged forest yang memicu timbulnya ilegal logging . Baik masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang dari kabupaten lain melakukan penebangan liar yang difasilitasi oleh para cukong kayu di area hutan Merang. Hasil survey Wetland International di hutan gambut Merang menyatakan bahwa kayu yang diambil penebang liar memiliki diameter 30 - 60 cm, sedangkan untuk 60 cm keatas sangat jarang ditemukan. Jenis-jenis yang ditebang adalah kayu-kayu yang terapung di perairan seperti meranti, ramin dan lain-lain. Sedangkan untuk kempas Koompassia malaccensis dan punak Tetramelistra glabra tidak diambil karena berat jenisnya yang sangat besar sehingga tenggelam di sungai. Selain kayu-kayu terapung, kayu lain yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Gelam Melaleuca sp. yang menjadi spesies dominan pada hutan yang terdegradasi akibat pembakarankebakaran hutan. Meskipun tidak komersil, kayu ini dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan arang bagi masyarakat. IV METODE PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian