5. 2 Pengukuran Biomassa 5. 3 Pengukuran Berat Jenis 6 Analisis Data 6. 1 Komposisi Jenis 6. 2 Model Penduga Biomassa

c. Setelah 3 jam, cawan aluminium yang berisi contoh uji tersebut dikeluarkan dari oven, kemudian dimasukkan kedalam eksikator, selanjutnya ditimbang sebagai berat contoh uji dalam cawan aluminium. Berat contoh uji dalam cawan aluminum dikurangi berat cawan aluminium dinyatakan sebagai berat kering oven dari contoh uji BKc Nilai kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus: x100 BKc BKc Bo KA − = dimana: KA = kadar air contoh uji Bo = berat basah contoh uji gram BKc = berat kering contoh uji gram

4. 5. 2 Pengukuran Biomassa

Setelah diperoleh berat kering sampel pengukuran kadar air pada masing-masing bagian anatomi pohon, maka dapat dihitung nilai berat total kering sampel atau biomassa dari masing-masing bagian anatomi pohon dengan menggunakan persamaan :       + = 100 KA 1 BBT BKT Dimana : BKT = Berat Kering Total kg BBT = Berat Basah Total kg KA = Kadar Air Setelah diketahui berat kering total biomassa bagian anatomi pohon maka dapat diperoleh biomassa total per pohon dengan menjumlahkan biomassa bagian-bagian pohon tersebut.

4. 5. 3 Pengukuran Berat Jenis

Sampel berukuran 2 × 2 x 2 cm, yang telah kering oven konstan pada suhu 103 ± 2 C, dicelupkan kedalam parafin cair hingga merata seluruh bagiannya, kemudian ditimbang pada air aquadest dalam gelas piala diatas timbangan analitis.

4. 5. 4 Pengukuran Kadar Karbon Terikat

Kadar karbon pohon dapat ditentukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Pembuatan arang

Pembuatan arang dilakukan dengan metode SNI 06 – 3730 – 1995. Kayu dimasukkan dalam alat reaktor pembuatan arang. Suhu yang digunakan adalah 500°C. Kayu tersebut dimasukkan kedalam reaktor mul ai dari suhu 0ºC sampai suhu 500°C selama 5 jam, sampai kayu tersebut menja di arang. Selanjutnya mengambil contoh uji berupa serbuk sebanyak 2 gram yang kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah ditetapkan beratnya. Cawan porselen berisi serbuk tersebut dimasukkan kedalam tanur pada suhu 0ºC - 600°C selama 1 - 1,5 jam. Setelah itu cawan dikelua rkan dari tanur, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai beratnya tetap. Untuk menentukan berat arang dapat digunakan persamaan: Berat arang = berat cawan dan serbuk arang – berat cawan

b. Penentuan zat terbang arang

Cawan porselen diisi serbuk arang kayu, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 950°C, dengan cara : mula-mula cawa n dimasukkan di bagian depan pintu tanur pada suhu 300°C selama 2 menit, k emudian dipindahkan pada bagian sisi tanur pada suhu 500°C selama 3 menit da n akhirnya dipindahkan pada bagian dalam tanur pada suhu 950°C selama 6 me nit. Selanjutnya didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang. Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat dengan rumus: Kadar zat terbang x100 A B A − = Dimana: A = berat kering contoh uji pada suhu 105°C B = berat contoh uji – berat cawan dan sisa contoh pada suhu 950°C

c. Penentuan kandungan abu

Serbuk contoh uji sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselen yang ditetapkan beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu mulai 0°C - 700°C selama 5 jam. Selanjutnya ca wan dikeluarkan dari tanur, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai beratnya tetap. Untuk mengetahui kadar abu dihitung dengan rumus: Kadar abu = Berat abu berat contoh uji x 100

d. Penentuan kadar karbon

Penentuan kadar karbon terikat murni pada arang kayu ditentukan dengan menggunakan rumus: Kadar karbon terikat arang = 100 - kadar zat terbang arang – kadar abu 4. 6 Analisis Data 4. 6. 1 Komposisi Jenis Menurut Soerianegara dan Indrawan 2002, kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi dan INP dihitung dengan menggunakan rumus: Kerapatan suatu spesies K contoh petak Luas spesies suatu individu Jumlah = Kerapatan relatif suatu spesies KR 100 x jenis seluruh Kerapatan K = Frekuensi suatu spesies F plot seluruh Luas spesies suatu ditemukan plot Jumlah = Frekuensi relatif suatu spesies FR 100 x jenis seluruh Frekuensi F = Dominansi suatu spesies D contoh petak Luas spesies suatu Lbds = Dominansi realtif suatu spesies DR 100 x spesies seluruh Dominansi D = INP = KR + FR + DR

4. 6. 2 Model Penduga Biomassa

Model hubungan antara biomassa pohon dan dimensi pohon diameter dan tinggi pohon dibuat dengan menggunakan persamaan alometrik yang menggambarkan biomassa sebagai fungsi dari diameter dan tinggi bebas cabang pohon. Untuk menentukan model hubungan antara biomassa pohon dengan variabel bebasnya dilakukan dengan menggunakan Minitab for Windows Release 14.12 dan Microsoft Office Excel . Pembuatan model bertujuan untuk memperoleh pendekatan persamaan allometrik terbaik yang menggambarkan biomassa merupakan fungsi dari diameter, tinggi pohon dan berat jenis. Dalam menduga biomassa W berdasarkan diameter D, berat jenis ρ dan tinggi total pohon H dengan analisis regresi alometrik dan persamaan polynomial sebagai berikut : W 1 = aD b W 2 = exp{ a + b [ln D]+ c [ ln D] 2 + d [ln D] 3 } W 3 = aD 2 H b W 4 = exp{a + b[lnD 2 H] + c[lnD 2 H] 2 } W 5 = aD b ρ c W 6 = exp{ a + b [ln D]+ c [ln D] 2 + d [ln D] 3 +β 3 [ln ρ]} Gambar 20 Diagram alir pembuatan model penduga biomassa

4. 6. 3 Model Penduga Karbon Terikat