6. 3 Model Penduga Karbon Terikat 6. 4 Model Hubungan Biomassa dan Karbon Terikat 6. 5 Pemilihan Model

pohon H dengan analisis regresi alometrik dan persamaan polynomial sebagai berikut : W 1 = aD b W 2 = exp{ a + b [ln D]+ c [ ln D] 2 + d [ln D] 3 } W 3 = aD 2 H b W 4 = exp{a + b[lnD 2 H] + c[lnD 2 H] 2 } W 5 = aD b ρ c W 6 = exp{ a + b [ln D]+ c [ln D] 2 + d [ln D] 3 +β 3 [ln ρ]} Gambar 20 Diagram alir pembuatan model penduga biomassa

4. 6. 3 Model Penduga Karbon Terikat

Seperti halnya pembuatan penduga biomassa, model hubungan antara karbon terikat pohon dan variabel bebas diameter D, berat jenisρ dan tinggi Berat batang, cabang, ranting, daun Mulai Biomassa berdasarkan anatomi Pemodelan Biomassa = f diameter Biomassa = f diameter, tinggi Biomassa = f diameter, tinggi, ρ Model biomassa terpilih Selesai total pohon H dibuat berdasarkan persamaan allometrik. Pembuatan model penduga karbon hutan bekas tebangan Merang dilakukan seperti Gambar 21. Gambar 21 Diagram alir pembuatan model penduga karbon terikat

4. 6. 4 Model Hubungan Biomassa dan Karbon Terikat

Model hubungan antara kandungan karbon dengan biomassa dibuat untuk tegakan. Model hubungan yang dibuat didasarkan pada fungsi bahwa karbon = f biomassa. Fungsi hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Dari model yang dibangun akan diketahui hubungan antara kandungan karbon dengan biomassa dengan terlebih dahulu menghitung koefisien determinasi R 2 . Makin tinggi nilai R 2 dari masing-masing peubah menunjukkan semakin erat hubungan linear antara kedua peubah. Berat batang, cabang, ranting, daun Mulai Kadar karbon terikat berdasarkan anatomi Pemodelan Karbon = f diameter Karbon = f diameter, tinggi Karbon = f diameter, tinggi, ρ Model karbon terpilih Selesai

4. 6. 5 Pemilihan Model

Fungsi hubungan biomassa dan dimensi pohon diameter dan berat jenis dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Kriteria untuk pemilihan persamaan terbaik adalah sebagai berikut : a. Koefisien determinasi R 2 Koefisien determinasi adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi JKR dengan jumlah kuadrat total JKT, dengan rumus: R 2 = JKR JKT x 100 Adapun kriteria keterandalan model berdasarkan nilai R 2 adalah jika nilai R 2 mendekati 100 model makin baik sebaliknya jika R 2 mendekati 0 model makin tidak terandalkan dalam menjelaskan hubungan antara biomassa dan dimensi pohon diameter, tinggi total dan berat jenis b. Varian S 2 Varian diukur berdasarkan tingkat keragaman data dengan rumus sebagai berikut : 1 2 2 2 − − = ∑ ∑ n n xi Xi S Model yang terpilih adalah model yang memiliki nilai varian terkecil dibandingkan model-model lainnya. c. Koefisien determinasi terkoreksi R 2 a Koefisien determinasi yang terkoreksi adalah koefisien determinasi yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa JKS dan jumlah kuadrat total JKT, dengan rumus sebagai berikut: ] 1 [ 1 1 1 1 2 2 p n n R n JKT p n JKS a R − − − − = − − − = Dimana p adalah banyaknya peubah dalam regresi termasuk β o dan n adalah banyaknya objek kasus yang dianalisis. Kriteria uji R 2 a adalah sama dengan kriteria uji untuk R 2 . d .Uji keabsahan model Apabila Y i adalah penduga Y , yaitu penduga tak bebas ke- i yang diperoleh dengan penduga model berdasarkan n -1 kasus tanpa kasus ke-i maka dari n kasus yang ada akan diperoleh n buah simpangan Y i terhadap Y yaitu : e i = Y i - Y untuk i = 1,2,3 ,...,n dari n buah e i ini dapat ditentukan : m i = e i Y i 100 untuk i = 1,2,3 ,...,n Selanjutnya, apabila d i = m i 2 , maka akan dihitung : ∑ = = n i n di MSPE 1 ∑ ∑ = − − = n i n i i i d ] n n d d [ S 1 2 2 2 1 100 x d S CV d d = Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan CV d yang semakin kecil. Atas dasar ini maka nilai MSPE dan CV d ini selanjutnya dipakai sebagai kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan. Uji keabsahan model merupakan uji terakhir dilakukan dalam pemilihan model yang terbaik sekaligus juga untuk menentukan cara pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Selain faktor-faktor dalam kekonsistenan dalam penerimaaan model tertentu pada setiap kali membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan modelnya.

4. 6. 6 Penentuan Total Biomassa dan Karbon