Surplus Produsen Ikan Jaring Apung Strategi Pengelolaan Waduk Cirata

Hal ini dapat dipahami karena rumah tangga bukan petanipengusaha budidaya ikan jaring apung pada umumnya petani padi sawah yang kita ketahui sampai saat ini petani padi sawah pendapatannya masih rendah karena luas lahan kepemilikannya relatif sempit, sebagian lagi adalah tenaga kerja penyadap karet, pemulung, pedagang makanan dan minuman bukan ikan sekitar lokasi waduk, sopir angkutan pedesaan, jasa angkutan perairan waduk, pegawai negeri, tenaga kerja pada jaring apung, dan lain-lain. Hasil analisis perbedaan khusus mengenai tingkat pendapatan rumah tangga antara petanipengusaha ikan di jaring apung dengan bukan petani ikan di jaring apung setelah di uji dengan X 2 tingkat pendapatan rumah tangga petani pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan tingkat kepercayaan 95 5, diperoleh nilai X 2 hitung sebesar 61,30 lebih besar dari X 2 tabel sebesar 5,99, sehingga terdapat perbedaan tingkat pendapatan antara rumah tangga petanipengusaha ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petanipengusaha budidaya ikan jaring apung, hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 18. Demikian juga dengan hasil analisis perbedaan khusus mengenai tingkat pengeluaran rumah tangga antara petanipengusaha ikan di jaring apung dengan bukan petani ikan di jaring apung setelah di uji dengan X 2 tingkat pengeluaran rumah tangga petani pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petani pengusaha budidaya ikan jaring apung dengan tingkat kepercayaan 95 5, diperoleh nilai X 2 hitung sebesar 69,00 lebih besar dari X 2 tabel sebesar 5,99, sehingga terdapat perbedaan tingkat pengeluaran antara rumah tangga petanipengusaha ikan jaring apung dengan rumah tangga bukan petanipengusaha budidaya ikan jaring apung, hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 19.

5.5. Surplus Produsen Ikan Jaring Apung

Surplus produsen petanipengusaha ikan di jaring apung Waduk Cirata saat ini terendah sebesar Rp. 7.200.000,- dan tertinggi sebesar Rp. 5.166.000.000, rata-rata sebesar Rp 274.012.875,-. Jadi usaha budidaya ikan di jaring apung Waduk Cirata ini sampai sekarang masih mengalami surplus bagi produsen, lebih incinya dapat dilihat pada Lampiran 20, 21, 22, dan 23. Besar kecilnya surplus produsen ini tergantung dari : 1 jumlah jaring yang dimiliki dan digunakan untuk usaha budidaya ikan, 2 jumlah dan jenis ikan yang dipelihara, 3 ukuran panen yang berkaitan dengan jumlah pakan yang diberikan, 4 harga benih saat tanam, 5 harga ikan saat panen. Menurut informasi yang diperoleh surplus produsen ini mulai tahun 2000 terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena menurunnya produksi ikan, indikasinya adalah dari jumlah pakan yang diberikan pada ikan mas, yaitu kalau sebelum tahun 2000 pertambahan daging ikan mas itu bisa sebesar 70 dari jumlah pakan yang diberikan, sedangkan saat ini rata-rata pertambahan daging ikan mas hanya sebesar 50 dari jumlah pakan yang diberikan. Menurunnya produksi ikan ini kemungkinan besar diakibatkan karena menurunnya kualitas air di Waduk Cirata, karena dari hasil pemantauan Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran, kondisi perairan Waduk Cirata pada area Budidaya Ikan terus mengalami penurunan. Pada triwulan III tahun 2007 rata-rata kulaitas airnya untuk budidaya ikan tergolong sedang, sedangkan pada triwulan III tahun 2008 rata-rata kualitas airnya untuk budidaya ikan sudah tergolong buruk. Jadi walaupun jumlah jaring di Waduk Cirata ini semakin banyak, karena kualitas air semakin memburuk, maka produksi ikan juga terus menurun, akibatnya bisa menyebabkan penurunan surplus produsen.

5.6. Dampak Budidaya Ikan Jaring Terapung Terhadap Pembangunan Ekonomi

5.6.1. Peranan Budidaya Ikan Jaring Apung Terhadap Perekonomian Kabupaten Cianjur

Struktur perekonomian Kabupaten Cianjur dianalisis berdasarkan Tabel I- O Tahun 2006 klasifikasi 40 sektor seperti terlihat pada Tabel 19 berikut ini : Tabel 19. Sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Cianjur Kode I – O Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Umbi-umbian 4 Kacang-kacangan 5 Buah dan sayur-sayuran 6 Tanaman bahan makanan lainnya 7 Perkebunan 8 Ternak dan hasilhasilnya 9 Unggas dan hasil-hasilnya 10 Kehutanan 11 Perikanan laut 12 Perikanan darat tambak, kolam, sawah 13 Budidaya ikan di jaring apung 14 PembenihanPendederan ikan 15 Pertambangan dan penggalian 16 Industri pengilangan minyak 17 Industri makanan, minuman, dan tembakau 18 Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki 19 Industri kayu 20 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan 21 Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik 22 Industri semen dan barang galian bukan logam 23 Industri logam dasar besi dan baja 24 Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 25 Industri pengolahan lainnya 26 Listrik 27 Air bersih 28 Konstruksi 29 Perdagangan 30 Hotel 31 Restoran 32 Angkutan rel 33 Angkutan jalan raya 34 Angkutan sungai dan danau 35 Penunjang angkutan 36 Komunikasi 37 Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan 38 Pemerintahan umum dan pertahanan 39 Jasa social dan kemasyarakatan 40 Jasa perorangan dan rumah tangga Sumber : Tabel IO Kabupaten Cianjur Updating Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Producen Diolah

A. Kontribusi Terhadap Output

Berdasarkan nilai output seluruh sektor perekonomian Kabupaten Cianjur tahun 2006, budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-22 dari 40 sektor, peringkat pertama ditempati oleh sektor perdagangan yaitu sebesar Rp. 3.900.296 juta. Output budidaya ikan di jaring apung tahun 2006 mencapai Rp. 171.327 juta atau 0,67 dari total output perekonomian Kabupaten Cianjur yang besarnya Rp.25.584.078 juta. Output budidaya ikan di jaring apung 92,90 dialokasikan untuk permintaan akhir 309 yaitu sebesar Rp. 159.157 juta dan sisanya 7,10 untuk memenuhi permintaan antara 180 yaitu sebesar Rp. 12.171 juta. Kontribusi sektor budidaya ikan di jaring apung dan dua puluh satu sektor lain terhadap output wilayah Kabupaten Cianjur disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Duapuluh Sektor dengan Output Terbesar Tahun 2006 juta rupiah Peringkat Sektor Nilai Output Persentase 1. Perdagangan 3,900,296 15.25 2. Angkutan jalan raya 2,935,748 11.47 3. Padi 2,925,681 11.44 4. Konstruksi 2,526,658 9.88 5. Pemerintah Umum dan Pertahanan 2,226,350 8.70 6. Buah dan sayur-sayuran 1,630,861 6.37 7. Unggas dan hasil-hasilnya 1,221,069 4.77 8. Jasa perorangan dan rumah tangga 1,210,636 4.73 9. Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan 1,131,585 4.42 10. Restoran 1,049,895 4.10 11. Listrik 708,604 2.77 12. Industri alat angkutan mesin dan peralatannya 663,017 2.59 13. Ternak dan hasil-hasilnya 436,731 1.71 14. Perikanan laut 370,681 1.45 15. Umbi-umbian 350,818 1.37 16. Industri makan, minuman dan tembakau 333,204 1.30 17. Hotel 250,164 0.98 18. Komunikasi 192,473 0.75 19. Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik 189,333 0.74 20 Jasa sosial dan kemasyarakatan 180,757 0.71 21 Perkebunan 175,761 0.69 22 Budidaya ikan di jaring apung 171,327 0.67 Sumber : Tabel IO Kabupaten Cianjur Updating Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Diolah

B. Kontribusi Terhadap Nilai Tambah bruto

Nilai Tambah Bruto merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor- faktor yang terdiri dari upah gaji 201, surplus usa 202, penyusutan 203, dan pajak tak langsung 204. Total Nilai Tambah Bruto perekonomian Kabupaten Cianjur tahun 2006 mencapai Rp. 12.073.863 juta. Dari angka tersebut sektor padi menempati urutan pertama sebesar Rp. 2.300.246 juta. Sementara sektor budidaya ikan di jaring apung hanya berada diurutan ke-18 sebesar Rp. 107.572 juta. Nilai Tambah Bruto sektor budidaya ikan bersumber dari surplus usaha sebesar Rp. 82.295 juta 76,50, upah gaji sebesar Rp. 20.873 juta 19,40, penyusutan sebesar Rp. 2.609 juta 2,43, dan pajak tak langsung sebesar Rp. 1.795 1,67.

C. Kontribusi Terhadap Permintaan Akhir

Permintaan akhir terhadap sektor budidaya ikan di jaring apung Kabupaten Cianjur tahun 2006 sebesar Rp. 159.157 juta, dibandingkan dengan total permintaan akhir seluruh sektor sebesar Rp. 18.765.416 juta, permintaan akhir sektor budidaya ikan di jaring apung relatif kecil yakni 0,85. Permintaan akhir dalam tabel IO terdiri dari konsumsi rumah tangga 301, konsumsi pemerintah 302, pembentukan modal tetap bruto 303, perubahan stok 304, dan ekspor barang dan jasa 305. Permintaan akhir terbesar terhadap sektor budidaya ikan di jaring apung berasal dari ekspor barang dan jasa 305 sebesar 111.884 juta 70,30, sedangkan konsumsi pemerintah 302 dan pembentukan modal tetap bruto 303 0, perubahan stok 304 sebesar 95 juta 0,06, dan konsumsi rumah tangga 301 sebesar 47.177 juta 29,64. Berdasarkan tabel I-O dan data sekunder diperoleh nilai ICOR Incremental Capital Output Ratio 12,46 sehingga dapat diperkirakan pertumbuhan investasi dan PDRB pada tahun 2007 seperti terlihat pada tabel 21. Tabel 21. Nilai ICOR Uraian 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pembentukan Modal tetap Bruto 2,504,585 Perubahan Stok 332,311 Investasi 2,836,896 3,249,075.18 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 6,094,911.49 6,318,986.09 6,569,796.50 6,820,520.45 7,048,228.89 7,309,021.60 Delta PDRB 224,074.60 250,810.41 250,723.95 227,708.44 260,792.71 Gross ICOR 12.46 12.46 Share Investasi 40.25 Laju Pertumbuhan PDRB 3.68 3.97 3.82 3.34 3.70 Sumber : Tabel I-O Kabupaten Cianjur Updating Diolah

5.6.2. Analisis Keterkaitan A. Keterkaitan Langsung Ke Depan

Direct Forward Linkage Dalam perekonomian Kabupaten Cianjur, keterkaitan output langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung nilainya kecil yaitu sebesar 0,101, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan output sektor lain yang terkait langsung dengan budidaya ikan di jaring apung hanya sebesar 0,101 satuan. Nilai keterkaitan ini menunjukkan besarnya kemampuan sektor budidaya ikan di jaring apung mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang digunakan sebagai bahan baku produksi sektor lain.

B. Keterkaitan ke Depan Langsung dan Tidak Langsung Indirect Forward

Linkage Walaupun berada pada urutan ke-24, artinya keterkaitan langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung ini kurang kuat dalam perekonomian Kabupaten Cianjur, tetapi keterkaitan langsung dan tak langsung kedepan sektor budidaya ikan di jaring apung ini cukup kuat dengan nilai sebesar 1,153, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan dapat meningkatkan output sektor lain yang menggunakan sektor budidaya ikan di jaring apung ini sebesar 1,153 satuan. Nilai ini berada pada urutan ke-18 perekonomian Kabupaten Cianjur.

C. Keterkaitan Langsung Ke Belakang D irect Backward Linkage

Ditinjau dari keterkaitan output langsung kebelakang sektor budidaya ikan di jaring apung ini menempati urutan ke-30 dengan nilainya juga kecil yaitu sebesar 0,175, artinya setiap peningkatan permintaan output akhir sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan hanya akan meningkatkan kebutuhan input sektor lain yang terkait langsung sebesar 0,175 satuan termasuk sektor budidaya ikan di jaring apung itu sendiri. Nilai dibawah satu, yang berarti keterkaitan output langsung ke belakang sektor budidaya ikan di jaring apung ini sedikit menggunakan sektor produktif lainnya di wilayah Kabupaten Cianjur

D. Keterkaitan Ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung Indirect

Backward Linkage Keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung sektor budidaya ikan di jaring apung menempati urutan ke-27 dengan nilai sebesar 1,283, artinya setiap peningkatan permintaan akhir output sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan dapat meningkatkan kebutuhan input sektor lain sebesar 1,283 satuan. Nilai ini menunjukkan keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung sektor budidaya ikan di jaring apung cukup kuat walaupun urutannya ke-27.

5.6.3. Analisis Pengganda A. Pengganda Output

Pengganda output sektor budidaya ikan di jaring apung nilainya sebesar 1,283 artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan output seluruh sektor perekonomian Kabupaten Cianjur termasuk sektor budidaya ikan di jaring apung itu sendiri sebesar 1,283 satuan. Pengganda output sektor budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-28 dari 40 sektor perekonomian Kabupaten Cianjur

B. Pengganda Pendapatan

Pengganda pendapatan digunakan untuk mengukur peningkatan pendapatan yang terjadi akibat perubahan dalam perekonomian. Dalam model input – output yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengganda pendapatan sektor budidaya ikan di jaring apung tipe I nilainya sebesar 1,175, artinya peningkatan pendapatan sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan pendapatan sektor perekonomian sebesar 1,175 satuan. Pengganda pendapatan tipe I sektor budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-25 dalam sistem perekonomian Kabupaten Cianjur. Jika dampak konsumsi rumah tangga diperhitungkan pengganda pendapatan tpe II nilainya sebesar 1,318, artinya peningkatan pendapatan sektor budidaya ikan di jaring apung sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan pendapatan sektor perekonomian sebesar 1,318 satuan. Pengganda pendapatan tipe II sektor budidaya ikan di jaring apung menempati peringkat ke-26 dalam sistem perekonomian Kabupaten Cianjur..

5.7. Analisis Green I – O Budidaya Ikan Jaring Apung

Tabel green I-O budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Green Input Output Budidaya Ikan di Jaring Apung Kode I – O Sektor 1 Perikanan darat tambak, kolam, sawah 2 Budidaya ikan di jaring apung 3 PembenihanPendederan ikan 4 Industri makanan, minuman, dan tembakau 5 Industri kayu 6 Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik 7 Industri semen dan barang galian bukan logam 8 Industri logam dasar besi dan baja 9 Industri pengolahan lainnya 10 Air bersih 11 Perdagangan 12 Hotel 13 Restoran 14 Angkutan jalan raya 15 Angkutan sungai dan danau 16 Penunjang angkutan 17 Komunikasi 18 Bank, Lembaga Keuangan, real estat dan jasa perusahaan 19 Pemerintahan umum dan pertahanan 20 Jasa sosial dan kemasyarakatan 21 Jasa perorangan dan rumah tangga

5.7.1. Analisis Keterkaitan Penurunan Kualitas Air Waduk

Dalam green input output budidaya ikan di jaring apung, keterkaitan output langsung kedepan penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar -0,035, artinya setiap penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan output sektor lain yang terkait langsung dengan kebutuhan kualitas air waduk budidaya ikan di jaring apung sebesar 0,035 satuan. Adapun keterkaitan output langsung kebelakang penurunan kualitas air waduk ini nilainya sebesar 0, artinya penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan tidak akan menyebabkan penurunan input sektor lain yang terkait langsung. Bila ditinjau dari keterkaitan langsung dan tak langsung kedepan penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar 1,068, artinya setiap penurunan kualitas air waduk sebesar satu satuan maka permintaan output sektor lain akan turun sebesar 1,068 satuan. Keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung penurunan kualitas air waduk nilainya sebesar 1,650, artinya setiap penurunan kualitas air sebesar sebesar satu satuan maka kebutuhan input sektor lain akan turun sebesar 1,650 satuan.

5.7.2. Analisis Pengganda

Nilai penurunan kualitas air waduk dihasilkan dari hasil konversi penurunan nilai produksi ikan jaring apung di waduk Cirata tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005. Penurunan kualitas air di waduk Cirata bisa disebabkan berbagai faktor, antara lain : 1 pencemaran limbah industri dari Kota dan Kabupaten Bandung, 2 pencemaran limbah rumah tangga, 3 pencemaran alami seperti erosi, 4 budidaya ikan di jaring apung, dan 5 aktivitas lain akibat dampak adanya budidaya ikan di jaring apung. Nilai pengganda output penurunan kualitas air sebesar 2,665, artinya jika terjadi penurunan kualitas air sebesar satu satuan, maka output sektor lain akan turun sebesar 2,665. Sedangkan nilai pengganda nilai tambah bruto adalah 12,370, artinya jika terjadi penurunan kualitas air sebesar satu satuan, maka akan terjadi penurunan nilai tambah bruto sektor lain sebesar 12,370 satuan.

5.8. Strategi Pengelolaan Waduk Cirata

Budidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata untuk Kabupaten Cianjur merupakan sektor basis, artinya hasil budidaya ikan di jaring apung ini tidak hanya melayani untuk kebutuhan Kabupaten Cianjur saja tetapi juga melayani kebutuhan luar daerah Kabupaten Cianjur. Bahkan dari data yang diperoleh, hasil budidaya ikan di jaring apung ini lebih banyak diminta ke luar daerah dibandingkan dengan di Kabupaten itu sendiri. Budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih layak untuk diusahakan, hal ini tercermin dari beberapa parameter kelayakan usaha, yaitu : 1 Net Present Value NPV nilainya lebih besar dari 0 positif, artinya nilai sekarang menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan, 2 Gross BC Ratio lebih besar dari 0, artinya setiap penambahan biaya sebesar satu satuan memberikan tambahan manfaat lebih besar dari biaya yang ditambahkan, 3 Internal Rate of Return IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, artinya biaya yang ditanamkan dalam usaha akan lebih besar hasilnya dibandingkan dengan bunga bila disimpan di Bank. Budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih memberikan kontribusi yang positif, baik bagi kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi waduk pada umumnya maupun bagi pembudidaya ikan di jaring apung itu sendiri, juga masih memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur. Namun hasil dari studi lapangan diperoleh informasi bahwa produksi ikan di jaring apung saat ini sudah mengalami penurunan, dengan demikian kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Kabupaten Cianjur pun dipastikan mengalami penurunan juga. Penyebab utama menurunnya produksi ikan di jaring apung kemungkinan besar adalah karena menurunnya daya dukung kualitas air, hal ini diperkuat dari hasil pengukuran kualitas air oleh BPWC 2008, bahwa kualitas air di Waduk Cirata pada lokasi budidaya ikan di jaring apung tergolong buruk untuk budidaya ikan. Penyebab penurunan kualitas air Waduk Cirata, adalah : 1 jumlah budidaya ikan di jaring apung sudah melebihi kapasitas yang ditentukan, 2 pencemaran limbah industri dari wilayah dari wilayah Kabupaten Bandung, 3 erosi dari daerah sekitar DAS Citarum beserta anak sungainya yang bermuara di Waduk Cirata, dan 4 pestisida dari lahan pertanian yang alirannya mengalir ke DAS Citarum beserta anak sungainya yang bermuara di Waduk Cirata. Apabila hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka bukan tidak mustahil akan menyebabkan hancurnya kegiatan budidaya ikan di jaring apung ini, yang pada akhirnya menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar Waduk dan mengurangi kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur. Agar produksi ikan dapat tetap dipertahankan atau bahkan kembali meningkat maka perlu pemulihan kualitas air Waduk, ada beberapa cara pemulihan kualitas air Waduk Cirata ini, adalah : 1 koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung dan Purwakarta agar penggunaan wilayah genangan waduk tidak lebih dari 1 untuk budidaya ikan di jaring apung, 2 koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung agar pencemaran limbah industri ke perairan waduk dapat ditekan atau bahkan dihilangkan, 3 koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengadakan reboisasi di sekitar wilayah DAS Citarum dan anak sungainya yang bermuara ke Waduk Cirata, dan 4 memberi penyuluhan kepada para petani lahan kering maupun lahan basah untuk mengurangi penggunaan pestida buatan dan menggantinya dengan pestisida alami. Apabila diperlukan pengurangan jumlah budidaya ikan di jaring apung, maka pemerintah perlu menyediakan solusi lapangan usaha penggantinya bagi petani pengusaha jaring apung. Beberapa lapangan usaha yang masih terkait dengan budidaya ikan di jaring apung yang masih punya peluang untuk berkembang adalah: 1 usaha pembenihan ikan, 2 usaha pendederan ikan, dan 3 usaha pembuatan pakan, 4 usaha pengolahan ikan fillet ikan. Poin 1, 2, dan 3 di Kabupaten Cianjur masih dapat berkembang karena sampai saat ini, input dari sektor ini sebagian besar masih di datangkan dari luar Kabupaten Cianjur.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini : a. Sektor budidaya ikan di jaring apung di Kabupaten Cianjur merupakan sektor basis, karena nilai LQ nya lebih besar dari 1 satu. b. Usaha budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih layak untuk dilaksanakan, karena : 1 masih menguntungkan, 2 NPV positif, 3 gross BC ratio 0, dan 4 IRR lebih besar dari suku bunga 15. c. Budidaya ikan di jaring apung masih memberikan kontribusi yang positif terhadap masyarakat sekitar lokasi Waduk terutama bagi rumah tangga pembudidaya ikan d. Petanipengusaha budidaya ikan di jaring apung sampai saat ini masih mengalami surplus walaupun terjadi penurunan. Penurunan mulai dirasakan petani sejak tahun 2000 sampai sekarang, penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya produksi ikan per satuan luas. Penurunan produksi ini akibat karena penurunan kualitas air waduk. e. Budidaya ikan di jaring apung juga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Kabupaten Cianjur, dilihat dari kontribusinya terhadap output, nilai tambah bruto, dan permintaan akhir, namun bila dilihat dari keterkaitan antar sektor budidaya ikan di jaring apung dengan sektor lain, langsung kedepan maupun langsung kebelakang sangat kecil, keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan serta kaitan langsung dan tidak langsung kebelakang juga tergolong kecil, dan multiplier effect baik terhadap output maupun pendapatan juga masih tergolong kecil. f. Kualitas air waduk sampai saat ini sudah tergolong buruk sehingga berpengaruh negatif terhadap produksi ikan jaring apung, bila kondisi ini dibiarkan akan menghancurkan usaha budidaya ikan di jaring apung, pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi waduk dan menurunkan nilai tambah bagi perekonomian Kabupaten Cianjur. Bahkan akan menyebabkan bertambahnya tingkat pengangguran.