2 Pengganda Pendapatan Income Multiplier
Pengganda pendapatan tipe I adalah besarnya peningkatan pendapatan pada sektor perekonomian akibat meningkatnya permintaan akhir output suatu sektor
sebesar satu unit. Akhirnya apabila permintaan terhadap output sektor tertentu meningkat sebesar satu rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah
tangga yang bekerja pada seluruh sektor perekonomian sebesar nilai pengganda pendapatan sektor yang bersangkutan. Sedangkan pengganda pendapatan tipe II
selain menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi induce effect.
Pengganda Pendapatan Tipe I :
∑
= +
+
=
n i
j n
j n
a Cij
a MPSj
1 1
1
.
dimana : MPSj = Pengganda pendapatan Tipe I sektor ke j
a
n+1j
= Koefisien input gajiupah rumah tangga sektor j Cij
= Unsur matriks kebalikan Leontief terbuka Pengganda Pendapatan Tipe II :
∑
+ =
+ +
=
1 1
1 1
.
n i
j n
j n
a Dij
a MPTj
dimana : MPTj = Pengganda pendapatan Tipe II sektor j
Dij = Unsur matriks kebalikan Leontief tertutup
3.5. Green Input Output Budidaya Ikan di Jaring Apung
Green input output adalah analisis input – output yang telah diperluas atau disesuaikan khusus budidaya ikan di jaring apung beserta sektor-sektor yang
terkait termasuk di dalamnya memperhitungkan aspek penurunan kualitas air waduk sebagai output negatif dari perekonomian ke sistem alami dan sebagai
input dari sistem alami ke perekonomian. Model green input – output ini merupakan model input – output yang
diperluas kerangka dasarnya dengan memasukkan keterkaitan suatu sektor dengan sektor ekosistem, dimana penurunan kualitas air waduk diinternalisasikan sebagai
pengurang dari koefisien input – output. Dengan menginternalisasikan penurunan kualitas air waduk dalam tabel I-O, nilai matriks akan berkurang sehingga setelah
data diolah akan terlihat penurunan pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor budidaya ikan di jaring apung.
Struktur tabel Green input – output dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Struktur Tabel Input – Output Perikanan Budidaya Ikan Jaring Apung
Permintaan Antara Sektor Produksi
Permintaan Akhir
Output Total
Output Output
Penurunan Kualitas
Air 1 ... j ... n
Y X
N 1
X
11
... X
ij
... X
1n
Y
1
E
1
X
1
N
1
2 ...
... ...
... ...
... ... ...
... .
... ...
... ...
... ...
... ... ...
i X
i1
... X
ij
... X
in
Y
i
E
i
X
i
N
i
. ...
... ...
... ...
... ... ...
... .
... ...
... ...
... ...
... ... ...
Input Antara
Se ktor
Produk si
n X
n1
... X
nj
... X
nn
Y
n
E
n
X
n
N
n
Upah dan Gaji Rumah
Tangga L
1
... L
j
... L
n
Nilai Tambah Lain
V
1
... V
j
... V
n
Input P
ri me
r
Impor M
1
... M
j
... M
n
Total Input I
1
... I
j
... I
n
Kuadran I
Kuadran II Kuadran
III Input Penurunan
Kualitas Air R
1
... R
j
... R
n
Total Input Bersih T
1
... T
j
... T
n
Sumber : Axel J. Schaffer 2002 disesuaikan Dengan sektor produksi sebagai berikut :
1. Perikanan darat tambak, kolam, sawah 2. Budidaya Ikan di Jaring Apung
3. Pembenihan ikanPendederan ikan 4. Industri kayu, bambu, rotan dan furniture
5. Air bersih 6. Perdagangan
7. Hotel 8. Restoran
9. Angkutan jalan raya 10. Angkutan sungai dan danau
11. Komunikasi 12. Bank atau Lembaga Keuangan
13. Pemerintahan umum dan pertahanan 14. Jasa sosial dan kemasyarakatan
15. Jasa perorangan dan rumah tangga
Untuk menghitung besarnya penurunan kualitas air adalah dengan cara mengasumsikan penurunan produksi dari tahun sebelumnya, atau selisih antara
produksi tahun ini dengan tahun sebelumnya, rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :
PKA = PPI PPI =
PPD
1
– PPD
2
Dimana : PKA = Nilai Penurunan Kualitas Air Waduk
PPI = Nilai Penurunan Produksi Ikan di Jaring Apung
PPD
1
= Nilai Produksi Ikan Tahun 2005 PPD
2
= Nilai Produksi Ikan Tahun 2006
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1.Kondisi Wilayah 4.1.1. Wilayah Administratif
Kabupaten Cianjur, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Cianjur. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di utara, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Sukabumi
di barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di Lampiran 2. Kabupaten Cianjur terdiri atas 30 Kecamatan, 348 Desa dan 6 Kelurahan. Pusat
pemerintahan di Kecamatan Cianjur. Ke-30 kecamatan tersebut, yaitu : Agrabinta, Leles, Bojongpicung, Campaka, Campaka Mulya, Cianjur, Cibeber,
Cibinong, Cidaun, Cikadu, Cikalongkulon, Cilaku, Ciranjang, Cugenang,
Kadupandak, Cijati, Karangtengah, Mande, Naringgul, Pacet, Cipanas, Pagelaran, Sindangbarang, Sukaluyu, Sukanagara, Sukaresmi, Takokak, Tanggeung, dan
Warungkondang, Gekbrong. Banyaknya DesaKelurahan, RW dan RT setiap kecamatan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3 PMD dalam BPS
Kabupaten Cianjur, 2007
4.1.2. Keadaan Umum Wilayah
Sebagian besar wilayah kabupaten Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian
tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan
banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang adalah Sungai Cibuni, yang
bermuara di Samudra Hindia. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha 23,71 berupa hutan produktif dan
konservasi, 58,101 Ha 16,59 berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha 27,76 berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha 16,49 berupa
tanah perkebunan, 3.500 Ha 0,10 berupa tanah dan penggembalaan pekarangan, 1.239 Ha 0,035 berupa tambak kolam, 25.261 Ha 7,20