Analisis Basis Analisa Usaha Budidaya Ikan di Jaring Apung

3.4.Analisis Data 3.4.1. Analisis Deskriptif Kondisi Umum Wilayah Untuk mengetahui kondisi gambaran umum lokasi penelitian, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat dilakukan analisis deskriptif terhadap data primer dan sekunder yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara maupun data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.

3.4.2. Analisis Basis

Untuk mengetahui bagaimana peranan budidaya ikan jaring apung di waduk Cirata terhadap ekonomi wilayah kabupaten Cianjur, digunakan pendekatan sektor basis non basis dengan perhitungan menggunakan pendekatan PDRB. Untuk mengetahui apakah budidaya ikan di jaring terapung merupakan sektor basis atau non basis digunakan model kuosien lokasi Location quotient. Analisis Location Quotient LQ adalah suatu teknik untuk mengukur konsentrasi suatu kegiatan ekonomi atau sektor di suatu daerah, dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah dengan peranan dari kegiatan ekonomi atau sektor yang sama pada tingkat regional atau nasional. Suatu kegiatan atau sektor dikatakan basis karena selain melayani pasar lokal juga melakukan ekspor ke luar daerahnya sehingga memberikan sumbangan labih besar dibandingkan sumbangan dari kegiatansektor non basis terhadap pembentukan PDRB dan kesempatan kerja. Pendekatan LQ pada dasarnya menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Perhitungan dalam analisis ini menggunakan rumus : t i t i V V v v LQ = Keterangan : LQ = Besarnya kuosien lokasi v i = PDRB sektor budidaya ikan jaring apung kabupaten Cianjur v t = PDRB seluruh sektor kabupaten Cianjur V i = PDRB sektor budidaya ikan jaring apung Provinsi Jawa Barat V t = PDRB seluruh sektor Provinsi Jawa Barat a. Bila nilai LQ 1, maka sektor tersebut lebih terspesialisasi daripada sektor sama di tingkat regional. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor basis bagi daerah kabupaten Cianjur. b. Bila nilai LQ 1, maka sektor tersebut kurang terspesialisasi daripada sektor sama di tingkat regional. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor non basis bagi daerah kabupaten Cianjur. c. Bila nilai LQ = 1, maka sektor tersebut mempunyai tingkat spesialisasi yang sama dengan tingkat regional atau disebut swadaya.

3.4.3. Analisa Usaha Budidaya Ikan di Jaring Apung

Untuk menentukan keuntungan dari budidaya ikan di jaring terapung, dapat dilakukan perhitungan besar manfaat atau benefit dan besarnya biaya atau cost. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam budidaya ikan di jaring apung dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑ = − = n i i xi y X P Y P 1 π dimana : π = Pendapatan keuntungan Rp. per tahun Y = Total produksi kg per tahun X = Jumlah input yang digunakan unit P y = Harga per satuan produk Rp per kg P xi = Harga per satuan input Rp P y Y = Total penerimaan = TR Rp ∑ = n i i xi X P 1 = Total pengeluaran = TC Rp dengan kriteria usaha : TR TC, usaha tersebut menguntungkan TR = TC, usaha tersebut impas TR TC, usaha tersebut rugi Sementara itu, untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatu usaha dapat menguntungkan dalam satu tahun, digunakan analisis perimbangan antara besarnya penerimaan dan biaya yang dirumuskan sebagai berikut : TC TR C R = dimana : TR = Total penerimaan TC = Total pengeluaran Dengan kriteria usaha : RC 1, usaha tersebut menguntungkan RC = 1, usaha tersebut impas RC 1, usaha tersebut rugi Untuk menunjang penentuan prospek pengembangan budidaya ikan di jaring terapung di masa mendatang, dapat digunakan beberapa indikator. Indikator yang biasa digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya adalah sebagai berikut:

1. Net Present Value NPV

Net present value adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa yang akan datang, dengan menghitung selisih antara manfaat dan biaya kini. Secara matematis NPV dapat dituliskan : ∑ = = − − = n i t t t t i C B NPV 1 1 dimana : B t = Benefit kotor tahunan annual gross Benefit C t = Biaya kotor tahunan annual gross cost, tidak dilihat apakah biaya tersebut bersifat modal atau rutin 1 1 i + = Discount factor DF i = Tingkat suku bunga bank n = Umur ekonomi usaha Dengan kriteria pengambilan keputusan : NPV 0, berarti usaha tersebut layak diusahakan NPV = 0, berarti usaha tersebut impas NPV 0, berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan

2. Net Benefit Cost Ratio Net BC

Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini present value total dari keuntungan bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bersifat negatif. Secara matematis dapat dituliskan : ∑ ∑ = = = = + − − − + − = n t t t t t t t n t t t t t t t i C B B C C B i C B C B Net 1 1 1 1 dimana : B t = Benefit kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t C t = Biaya kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t, tidak dilihat apakah biaya dianggap sebagai modal atau rutin n = Umur ekonomis usaha i = Tingkat suku bunga bank Dengan Kriteria pengambilan keputusan : Net BC 0, berarti usaha tersebut layak diusahakan Net BC = 0, berarti usaha tersebut impas Net BC 0, berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan

3. Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return adalah tingkat diskonto dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. Secara matematis dapat dituliskan: + − + − + + − − + = i i NPV NPV NPV i IRR dimana : i + = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i - = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV + = NPV pada tingkat suku bunga i + NPV - = NPV pada tingkat suku bunga i - Dengan kriteria pengambilan kepurtusan : IRR i, artinya usaha tersebut dilanjutkan IRR i, artinya usaha tersebut tidak dilanjutkan

3.4.4. Dampak Budidaya Ikan di Kolam Jaring Apung terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi