kapita, jadi bisa saja orang kayanya sedikit tapi kaya sekali sehingga gap antara orang kaya dan orang miskin tinggi sekali, jadi bisa saja orang miskinnya banyak,
sehingga banyak kritikan tentang pengukuran kemajuan pembangunan bila ditinjau hanya dari GNP saja.
2.2.2. Pendekatan pada Penyediaan Lapangan Kerja
Pertambahan penduduk dan angkatan kerja di satu pihak dan laju serta arah investasi di lain pihak mempengaruhi masalah pengangguran dan perluasan
kesempatan kerja. Pertambahan angkatan kerja juga mempengaruhi tingkat upah dalam arti nyata maupun aspek pembagian pendapatan masyarakat. Ditambah
pula bahwa pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja serta tingkat fertilitas dari yang bersangkutan juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat dan investasi
untuk perluasan dasar ekonomi Djojodikusumo, 1975. Sehingga pendekatan pada sumber daya manusia merupakan kunci
keberhasilan bagi pembangunan bangsa. Pendapat ini didasarkan kepada, bahwa setiap investasi harus di arahkan bukan hanya untuk meningkatkan ”physical
capital stock”, tetapi juga harus memperhatikan juga ”human capital stock” sehingga dapat terjamin kemajuan ekonomi dan stabilitas sosial Tjokroamidjojo
dan Mustopadidjaya, 1980. Dengan demikian dalam mengejar pertumbuhan harus sekaligus
memperhatikan masalah ketenaga kerjaan, seperti : a. Daya serap terhadap tenaga kerja
b. Berbasis pada kondisi dan potensi wilayah c. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat
d. Peningkatan tingkat kesehatan masyarakat Penyediaan dan perencanaan tenaga kerja antara lain dapat ditentukan
dengan analisis input – output. Untuk analisis impak dapat menggunakan koefisien-koefisien yang dihasilkan dari tabel tersebut, dengan demikian total
koefisien tenaga kerja dapat diketahui.
2.2.3. Pendekatan pada Keterkaitan Antar Sektor
Tolok ukur keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari keterkaitan antar sektor, pernyataan ini ditegaskan oleh Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju
2007 bahwa kegagalan pemerintah governance failure di masa lalu adalah kegagalan di dalam menciptakan keterpaduan sektoral yang sinergis di dalam
kerangka pembangunan wilayah. Pemerintahan yang sentralistik pada saat itu seringkali lembaga-lembaga instansi sektoral di tingkat wilayahdaerah hanya
merupakan perpanjangan dari lembaga sektoral di tingkat nasionalpusat, dengan sasaran pembangunan, pendekatan, dan perilakunya tidak sinergis dengan
institusi-institusi di tingkat daerah. Akibatnya, lembaga pemerintah daerah gagal memahami dan menangani kompleksitas pembangunan yang ada di wilayahnya,
dan partisipasi masyarakat lokal tidak mendapat tempat sebagaimana mestinya. Selanjutnya Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju 2007, menambahkan
bahwa dalam kacamata sistem industri, keterpaduan sektoral berarti keterpaduan sistem input dan output industri yang efisien dan sinergis. Wilayah yang
berkembang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang
dinamis. Pada umumnya setiap daerah pasti memiliki keterbatasan sumberdaya, oleh
karena itu dalam merencanakan pembangunan memerlukan skala prioritas sektor mana yang perlu didahulukan. Menurut Rustiadi, Saefulhakim, dan Panuju
2007, sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan terlebih dahulu adalah 1 sektor-sektor yang memiliki sumbangan langsung maupun tidak
langsung paling besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan, 2 sektor- sektor yang memiliki banyak keterkaitan dengan sektor lainnya di wilayah
tersebut, dan 3 sektor-sektor yang aktivitasnya lebih marata penyebarannya. Analisis keterkaitan adalah analisis untuk mengukur tingkat ketergantungan
antar sektor dalam ekonomi dan sejauhmana sektor tertentu dipengaruhi sektor lainnya. Mekanisme keterkaitan antar sektor, tidak hanya terbatas pada tahap
kaitan langsung kaitan pertama output sektor yang digunakan pada tahap pertama sebagai input, kaitan ini merupakan kaitan kedua tidak langsung.
Analisis mengenai keterkaitan ini akan mengarah kepada telusur keterkaitan yang bersifat ke depan forward linkages dan keterkaitan ke belakang backward
linkages antara satu sektor dengan sektor lainnya. Tingkat keterkaitan ke depan biasanya disebut derajat kepekaan dapat diturunkan indeks derajat kepekaan.
Tingkat keterkaitan ke belakang yang disebut daya penyebaran dapat diturunkan indeks daya penyebaran. Indeks derajat kepekaan dan indeks daya penyebaran
dapat digunakan untuk menganalisa dan menentukan sektor kunci key sector yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah BPS,
1995.
2.2.4. Pendekatan pada Keterkaitan dengan Aspek Lingkungan