Marjin Pemasaran, Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Mangarabombang

Mangarabombang masih perlu diproses lebih lanjut lagi untuk memenuhi standar kualitas ekspor, hal ini yang menyebabkan harga rumput laut di Kecamatan Mangrabombang menjadi rendah. Namun kadang-kadang rumput laut tersebut digunakan untuk memenuhi kuota rumput laut yang berasal dari provinsi Kendari yang kualitasnya jauh lebih bagus untuk langsung di ekspor. Hal ini dilakukan karena jarak antara eksportir dengan lokasi budidaya cukup dekat, sehingga mudah untuk diakses dengan biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan dengan lokasi budidaya rumput laut yang lainnya.

6.3. Marjin Pemasaran, Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Mangarabombang

Analisis marjin pemasaran dilakukan mulai dari nelayanpetani rumput laut, pedagang pengumpul yang berada di sentra produksi rumput laut sampai kepada pedagang besar dan eksportir rumput laut disajikan pada Tabel 9. Marjin pemasaran tertinggi dari hasil pemasaran rumput laut dari nelayanpetani sampai ke tingkat eksportir menunjukkan bahwa pada pola jalur pemasaran 4 dengan nilai sebesar Rp 5 831kg. Tingginya marjin pemasaran pada pola pemasaran 4 tersebut disebabkan para pedagang pengumpul 1 langsung menjual rumput lautnya ke tingkat eksportir, sehingga pedagang pengumpul 1 memperoleh harga yang lebih tinggi karena dapat mengakses pasar dengan mudah. Sementara itu, harga di tingkat nelayanpetani rumput laut disesuaikan dengan harga yang telah disepakati oleh para pedagang pengumpul. Di lain pihak marjin pemasaran terendah diperoleh pada pola jalur pemasaran 2 dengan nilai sebesar Rp 5 397kg. Pada pola pemasaran ini terbentuk ikatan antara nelayanpetani dengan para pedagang pengumpul 1, sehingga penetapan harga sepenuhnya ditetapkan oleh pedagang pengumpul 1. Penetapan harga beli rumput laut disesuikan dengan kualitas dan volume rumput laut yang dibeli dari nelayanpetani. Rincian hasil analisis marjin pemasaran dan farmer s share pada setiap pola jalur pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Marjin Pemasaran dan Farmer s share Rumput Laut Eucheuma cottoni di Kecamatan Mangarabombang, 2009 per kg No Uraian Pola 1 Pola 2 Pola 3 Pola 4 1. Petani a. Harga Jual 4 684 5 060 5 035 4 626 2. PP1 a. Harga Beli 4 684 5 060 5 035 4 626 b. Biaya Sortasi 66 66 66 66 c. Biaya Transportasi 337 123 337 948 d. Biaya Retribusi 50 50 50 50 e. Harga Jual 7 133 6 022 6 965 8 255 f. Keuntungan 1 996 773 1 527 2 615 g. Marjin Pemasaran 2 449 962 1 930 3 629 3. PP2 a. Harga Beli - 6 022 - - b. Biaya Transportasi - 363 - - c. Biaya Retribusi - 50 - - d. Harga Jual - 7 171 - - e. Keuntungan - 786 - - f. Marjin Pemasaran - 1 149 - - 4. PB a. Harga Beli 7 133 7 171 6 965 - b. Biaya Transportasi 280 280 280 - c. Biaya Retribusi 300 300 300 - d. Harga Jual 9 274 9 274 9 274 - e. Keuntungan 1 561 1 523 1 729 - f. Marjin Pemasaran 2 141 2 103 2 309 - 5. Eksportir a. Harga Beli 9 274 9 274 9 274 8 255 b. Biaya Simpan 455 455 455 455 c. Biaya Kirim 820 820 820 820 d. Harga Jual 10 457 10 457 10 457 10 457 e. Keuntungan f. Marjin Pemasaran 1 183 1 183 1 183 1 183 1 183 1 183 2 202 2 202 g. Marjin Pemasaran total 5 773 5 397 5 422 5 831 h. Farmer s Share 44.79 48.39 48.15 44.24 Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa pada pedagang pengumpul, biaya transportasi merupakan komponen biaya terbesar dari struktur biaya pemasaran. Biaya transportasi yang ditimbulkan oleh masing-masing pola jalur pemasaran juga bervariasi. Biaya transportasi pada tingkat pedagang pengumpul 1 masing-masing adalah Rp 123kg, Rp 337kg dan Rp 300kg rumput laut kering sekali angkut. Untuk pola jalur pemasaran 2, biaya transportasi untuk tingkat pedagang pengumpul 1 adalah Rp 123kg menggunakan ojek motor karena biaya transportasi dinilai per satuan karung, sedangkan biaya para pedagang pengumpul ke pedagang besar dinilai per satuan mobil per sekali angkut sehingga biayanya terhitung lebih murah. Kondisi tersebut disebabkan oleh minimnya sarana transportasi dan prasarana jalan di lokasi budidaya yang kurang memadai serta jarak tempuh yang cukup jauh dari lokasi budidaya rumput laut ke ibukota kabupaten. Margin pemasaran pada setiap pola jalur pemasaran diperoleh dengan cara mengurangi harga jual di masing-masing tingkatan pedagang dengan harga jual di tingkat nelayanpetani rumput laut. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa semakin banyak jumlah pelaku pemasaran yang terlibat tidak menyebabkan marjin menjadi lebih besar. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan farmer s share yang diperoleh juga lebih besar, ini menunjukkan bahwa pola pemasaran tersebut efisien. Selanjutnya, bila dilihat dari segi persentase bagian harga yang diterima nelayanpetani rumput laut farmer s share pada Tabel 9 tampaknya cukup besar pada masing-masing pola jalur pemasaran. Farmer s share terkecil diperoleh pada pola jalur pemasaran 4, yaitu sebesar 44.24 persen, dan farmer s share yang terbesar diperoleh pada pola jalur pemasaran 2, yaitu sebesar 48.39 persen. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran rumput laut disajikan pada Tabel 10. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio keuntungan biaya terbesar terjadi pada pola pemasaran 4 yaitu 2.06 persen dan yang terkecil ada pada pola pemasaran 2 yaitu 1.70 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pola pemasaran 2 merupakan pola pemasaran yang rasio keuntungan dan biayanya lebih menguntungkan para nelayanpetani rumput laut dan para pelaku pemasaran. Efisinsi pemasaran akan tercipta apabila berada dalam mekanisme pasar bersaing sempurna dengan besarnya marjin pemasaran konstan dan bagian harga yang diterima nelayanpetani rumput laut besar. Walaupun pasar berada dalam mekanisme pasar bersaing tidak sempurna yang sebabkan adanya ikatan sehingga tercipta pembeli yang dominan, namun berdasarkan hasil analisis marjin pemasaran, farmer s share serta rasio keuntungan dan biaya menunjukkan bahwa pola jalur pemasaran 2 merupakan pola pemasaran yang cukup efisien untuk dilakukan karena bagian harga serta keuntungan dan biaya yang diperoleh cukup memberikan insentif untuk meningkatkan usaha rumput lautnya dibandingkan dengan pola pemasaran lainnya. Dengan demikian, ikatan yang terbentuk pada pola pemasaran 2 tidak merugikan para nelayanpetani rumput laut. Rantai pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang secara ringkas terdiri dari beberapa pelaku pemasaran, yaitu nelayanpetani rumput laut di lokasi budidaya, pedagang pengumpul, pedagang besar, serta eksportir di ibukota provinsi. Harga jual rumput laut yang diterima oleh nelayanpetani tergantung dari hubungan yang terbentuk antara nelayanpetani dengan pedagang pengumpul. Nelayanpetani rumput laut yang memiliki ikatan dengan pedagang pengumpul dapat meminjam modal usaha atau meminjam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu mereka juga memiliki ikatan dalam hubungan keluarga. Tabel 10. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Rumput Laut Eucheuma cottoni di Kecamatan Mangarabombang, 2009 No Lembaga Pemasaran Keuntungan Pemasaran RpKg Biaya Pemasaran RpKg Rasio Keuntungan Biaya 1. Pola 1 a. PP1 1 996 453 4.41 b. PB 1 561 580 2.69 c. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 740 2 308 2.05 2. Pola 2 a. PP1 773 239 3.23 b. PP2 786 413 1.90 c. PB 1 523 580 2.63 d. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 265 2 507 1.70 3. Pola 3 a. PP1 1 527 453 3.37 b. PB 1 729 580 2.98 c. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 439 2 308 1.92 4. Pola 4 a. PP1 2 615 1 064 2.46 b. Eksportir 2 202 1 275 1.73 Total 4 817 2 339 2.06

6.4. Struktur Pasar