pendapatan usahatani rumput laut yang diperoleh selalu fluktuatif tergantung dari kondisi lokasi budidaya rumput laut. Salah satu penyebab terjadinya penurunan
produksi adalah kualitas bibit dan stok bibit yang terbatas, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenuhi stok bibit yang diperlukan minimal 1
kali periode panen. Sementara itu periode produksi yang optimal dibatasi oleh musim dimana pengaruh terbesar adalah kondisi iklim yaitu kondisi perairan yang
fluktuatif sehingga pada musim tertentu saat ombak besar beberapa lahan usahatani ada yang ditinggalkan sambil menunggu cuaca yang baik untuk
melakukan kembali kegiatan usahatani tersebut. Setiap lokasi pengembangan usahatani rumput laut membutuhkan pelaksanaan kegiatan yang tepat agar dapat
terhindar dari deraan ombak.
6.2. Rantai Pemasaran Rumput Laut
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap responden nelayanpetani rumput laut, diperoleh data distribusi volume pemasaran
rumput laut yang ada di Kecamatan Mangarabombang. Distribusi rumput laut pada pola-pola jalur pemasaran pada Gambar 6 terlihat bahwa, sejumlah 8 persen
atau sebanyak 106 873 kg hasil penen rumput laut dipasarkan melalui jalur pola 1; 54 persen atau sebanyak 698 578 kg dipasarkan melalui jalur pola 2; 33 persen
atau sebanyak 434 516 kg dipasarkan melalui jalur pola 3, dan 5 persen atau sebanyak 63 261 kg dipasarkan melalui pola 4. Dengan demikian terlihat bahwa
volume pemasaran terbesar di Kecamatan mangarabombang terdapat pada pola pemasaran 2 dan pola pemasaran 3 yaitu sejumlah 87 persen. Hal tersebut
disebabkan adanya ikatan yang terbentuk antara nelayanpetani dengan pedagang
pengumpul. Sehingga nelayanpetani harus menjual hasil panenya ke pedagang pengumpul yang telah menjadi langganannya.
Rantai pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang di mulai dari nelayanpetani rumput laut sampai ke tingkat eksportir. Berdasarkan hasil
penelitian, secara umum jalur pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang dapat dilihat pada Gambar 7. Dari gambar tersebut, terlihat
bahwa jalur pemasaran rumput laut terdiri dari 4 pola. Setiap rantai pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang cukup bervariasi tergantung dari
pola kerjasama atau ikatan yang terbentuk antara nelayanpetani rumput laut dengan pihak pedagang pengumpul. Perbedaan jalur pemasaran rumput laut di
Kecamatan Mangarabombang bermuara pada konsumen yang sama yaitu eksportir yang berada di ibukota provinsi. Persentase volume penjualan rumput
laut di setiap jalur pemasaran yang ditempuh berbeda-beda.
Gambar 6. Distribusi Volume Penjualan Rumput Laut Eucheuma cottoni di Kecamatan Mangarabombang, 2009
Perbedaan pola jalur pemasaran berpengaruh pada tingkat harga, pangsa share keuntungn dan biaya serta marjin pemasaran yang dilakukan oleh setiap
pelaku pemasaran rumput laut. Dari pola jalur pemasaran rumput laut di
Kecamatan Mangarabombang terlihat bahwa 18.01 persen responden nelayanpetani rumput laut melakukan pemasaran rumput laut melalui pola
pemasaran 1 pertama. Pada pola pemasaran tersebut nelayanpetani rumput laut menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul 1, kemudian dari pedagang
pengumpul 1 tersebut hasil panen rumput laut langsung di jual ke pedagang besar yang ada di ibukota kabupaten. Pada pola pemasaran 1, transaksi yang terjadi
antara nelayanpetani rumput laut dengan pedagang pengumpul 1 tidak memiliki ikatan apapun bebas. Sehingga pedagang pengumpul 1 harus mencari
nelayanpetani rumput laut yang mau menjual hasil panen rumput lautnya kepada pedagang pengumpul 1tersebut.
Nelayan Petani RL
PP1 PP2
Pedagang Besar
Eksportir PP1
PP1
Pola 1
Pola 2
Pola 3
PP1
Pola 4 8
Pemasa 54
33 Pemasa
5
Gambar 7. Jalur Pemasaran Rumput Laut Eucheuma Cottoni di Kecamatan Mangarabombang, 2009
Harga rumput laut yang berlaku saat penelitian rata-rata berkisar Rp 4 853kg rumput laut kering. Kadar air rumput laut yang dibeli di tingakat
nelayanpetani cukup tinggi berkisar 39-40 persen sehingga masih perlu dilakukan pengeringan dan pembersihan serta pengepakan ulang dan setelah itu langsung
dikirim ke pedagang besar. Pada kasus di Kecamatan Mangarabombang, pedagang pengumpul berperan sebagai kaki tangan dari pedagang besar yang ada
di ibukota kabupaten. Penentuan harga jual rumput laut di tingkat nelayanpetani kerap kali berada pada posisi tawar yang lemah karena harga jual rumput laut
ditentukan oleh para pedagang pengumpul. Sebanyak 55.28 persen responden nelayanpetani rumput laut melakukan
penjualan rumput lautnya melalui pola jalur pemasaran 2 kedua. Pada pola pemasaran ini nelayanpetani rumput laut menjual hasil panen ke pedagang
pengumpul 1 kemudian dijual ke pedagang pengumpul 2, selanjutnya dijual ke pedagang besar di yang berada di ibukota kabupaten. Transaksi yang terjadi pada
pola pemasaran ini karena adanya ikatan antara nelayanpetani rumput laut dengan para pedagang pengumpul 1 dan antara pedagang pengumpul 1 dan pedagang
pengumpul 2, serta pedagang besar dengan pedagang besar. Sortasi dilakukan oleh pedagang pengumpul 1 untuk memperoleh kadar
air sesuai persyaratan, kemudian dilakukan pembersihan dan pengepakan ulang, setelah itu langsung dikirim ke pedagang pengumpul 2. Pada tingkat pedagang
pengumpul 2 dan pedagang besar tidak melakukan sortasi terhadap rumput laut. Sortasi lebih lanjut dilakukan di tingkat eksportir agar dapat menghasilkan rumput
laut sesuai standar ekspor. Harga jual di tingkat nelayanpetani rumput laut ditetapkan oleh pedagang pengumpul 1. Variasi harga rumput laut yang ada di
Kecamatan Mangarabombang selain disebabkan oleh kualitas rumput laut yang dibeli, juga karena adanya faktor ikatan modal dan pinjaman biaya hidup ke
pedagang pengumpul. Hal tersebut menyebabkan posisi tawar nelayanpetani rumput laut menjadi lemah.
Nelayanpetani rumput laut yang melakukan penjualan melalui pola pemasaran 3 ketiga adalah 35.40 persen. Sama halnya dengan pola pemasaran
2, transaksi yang dilakukan karena adanya ikatan antara nelayanpetani rumput laut dengan pedagang pengumpul. Namun pada pola ini, pedagang pengumpul
yang berperan hanya pedagang pengumpul 1. Pedagang pengumpul 1 menjual hasil rumput lautnya langsung ke pedagang besar yang ada di ibukota kabuaten.
Pada pola pemasaran 2, 3 dan 4, terikat pada pedagang besar yang sama, sehingga penetapan harga pembelian di tingkat nelayanpetani rumput laut sama, harga
ditentukan bedasarkan informasi dari pedagang besar. Sementara itu, sebanyak 15.53 persen responden nelayanpetani rumput
laut melakukan penjualan melalui pola pemasaran 4 keempat. Pada pola ini pedagang pengumpul 1 menjual hasil rumput lautnya langsung ke eksportir yang
berada di ibukota provinsi. Transaksi antara nelayanpetani rumput laut dengan pedagang pengumpul 1 tanpa ikatan apapun bebas sehingga harga yang
diperoleh lebih baik, tetapi masih tergantung juga dari volume rumput laut yang dijual dan harga yang berlaku pada saat itu yang telah disepakati diantara para
pedagang pegumpul. Posisi tawar nelayanpetani rumput laut lemah karena nelayanpetani tidak memiliki kemampuan untuk mengakses pasar yang harga jual
rumput lautnya lebih tinggi. Terbentuknya pola pemasaran 1 dan 4 tersebut karena adanya keinginan
para pedagang pengumpul untuk membantu para nelayanpetani rumput laut yang tidak memiliki ikatan dengan jalur yang telah ada. Nelayanpetani rumput laut
tersebut merupakan anggota keluarga mereka. Dari hasil penelitian menunjukkan hanya 33.54 persen responden nelayanpetani rumput laut yang melalui pola
pemasaran tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa para nelayanpetani rumput laut masih bergantung dengan ikatan yang telah lama terbentuk, sehingga sulit
bagi nelayanpetani rumput laut lepas dari ikatan tersebut. Praktek-praktek dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh para nelayanpetani rumput laut dan pelaku pemasaran pada berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
8. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Pendekatan fungsi dilakukan dalam analisis pemasaran
bertujuan untuk melihat bagaimana variasi kegiatan yang dilakukan oleh masing- masing pelaku pemasaran pada setiap tingkatan, serta kaitannya dengan biaya
pemasaran yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung. Fungsi pertukaran terdiri dari pembelian dan penjualan. Untuk semua pola
pemasaran, kegiatan penjualan terhadap rumput laut kering dilakukan oleh para nelayanpetani rumput laut dan para pelaku pemasaran lainnya. Namun untuk
kegiatan pembelian dilakukan oleh seluruh para pelaku pemasaran kecuali nelayanpetani rumput laut. Transaksi penjualan pada tingkat nelayanpetani
rumput laut dan para pedagang pengumpul dilakukan secara langsung di lokasi pembudidayaan rumput laut pada saat panen. Setelah rumput laut dikeringkan
langsung diantarkan ke pedagang pengumpul dan sebanyak 80 persen langsung dibayar tunai sesuai dengan volume rumput yang dibawa ke pedagang pengumpul.
Demikian pula transaksi yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir, pembayaran rumput laut dilakukan secara tunai dengan
volume barang yang bervariasi.
Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap pola jalur pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang tidak memiliki perbedaan yang
pokok. Fungsi fisik yang dilakukan pada pola jalur pemasaran terdiri dari pengangkutan dan pengepakan. Para pelaku pemasaran melakukan semua fungsi
fisik tersebut, kecuali pada kegiatan pengepakan tidak dilakukan oleh para pedagang pengumpul 2 dan pedagang besar karena mereka hanya sebagai
perantara, sehingga masih bisa menggunakan kemasan karung dari pedagang pengumpul 1. Kegiatan pengangkutan rumput laut yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul dikenakan biaya retribusi. Tabel 8. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilakukan Masing-masing Pelaku
Pemasaran di Kecamatan Mangarabombang, 2009
Fungsi-Fungsi Pemasaran
Pertukaran Fisik
Fasilitas Pola dan
Lembaga Pemasaran
Beli Jual
Transportasi Pengepakan
Sortasi Resiko Pembiayaan Info Pasar
Pola 1 Petani ×
× PP1
× PB
× ×
Eksportir Pola 2
Petani × ×
PP1 PP2
× ×
PB ×
× Eksportir
Pola 3 Petani ×
× PP1
PB ×
× Eksportir
Pola 4 Petani ×
× PP1
Eksportir Keterangan : = melakukan fungsi pemasaran
× = tidak melakukan fungsi pemasaran Fungsi fasilitas terdiri dari sortasi, resiko, pembiayaan, dan informasi
harga. Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran yang menempel pada rumput laut dan keutuhan fisik rumput laut serta pengeringan kembali untuk mendapatkan
kadar air sesuai persyaratan. Sortasi terhadap rumput laut dilakukan oleh hampir seluruh pelaku pemasaran pada masing-masing pola pemasaran kecuali pada
pedagang pengumpul 2 dan pedagang besar. Para nelayanpetani rumput laut, pedagang pengumpul dan pedagang besar
serta eksportir pada semua pola jalur pemasaran memiliki resiko dalam mengusahakan rumput laut. Resiko yang dihadapi oleh para pelaku pemasaran
cukup bervariasi. Pada tingkat nelayanpetani rumput laut resiko yang dihadapi adalah kegagalan panen karena kondisi perairan yang fluktuatif. Para pedagang
pengumpul dan pedagang besar menghadapi resiko kerugian finansial yang diakibatkan kegagalan panen oleh para nelayanpetani rumput laut, sehingga tidak
dapat memenuhi permintaankontrak dengan pelanggannya. Eksportir juga menghadapi resiko kerugian finansial akibat tidak terpenuhinya nilai kontrak serta
resiko nilai tukar rupiah. Para pedagang pengumpul pada pola pemasaran 2 dan 3 memiliki dana untuk pembiayaan kegiatan usaha rumput laut yang berasal dari
pedagang besar. Para pedagang pengumpul yang berada di lokasi budidaya dapat
menentukan harga pembelian rumput laut setelah memperoleh informasi harga rumput laut dari pedagang besar yang berada di ibukota kabupaten. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa informasi harga yang diperoleh nelayanpetani tidak berpengaruh terhadap penetapan harga beli pedagang pengumpul karena
harga beli rumput laut sepenuhnya telah ditentukan oleh para pedagang pengumpul yang disebabkan adayan ikatan, sehingga nelayanpetani hanya
menjadi price taker penerima harga yang tidak memiliki kekuatan dalam posisi tawar. Namun keadaan tersebut tidak dimanfaatkan oleh para pedagang
pengumpul untuk mempermainkan harga pembelian rumput laut. Walaupun sekitar 70 persen nelayanpetani rumput laut terikat modal maupun pinjaman
kebutuhan sehari-hari dari para pedagang pengumpul, namun harga yang diterima petani rumput laut telah sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama usaha
budidaya rumput laut dan tidak jauh berbeda dengan informasi harga rumput laut yang mereka ketahui.
Berdasarkan konsep utilitas atau penciptaan dan penambahan nilai guna yang dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran rumput laut
menunjukkan bahwa mekanisme pemasaran rumput laut yang terjadi banyak ditentukan oleh nilai guna bentuk sejauh mana perubahan produk dalam
peningkatan mutu, tempat pasar dan kepemilikan. Kegunaan kepemilikan terlihat dari aktivitas jual beli, sedangkan kegunaan waktu dalam usahatani
rumput laut menentukan dalam pemasaran karena rumput laut yang diproduksi nelayanpetani memiliki waktu produktif pada masing-masing lokasi budidaya.
Hal tersebut menyebabkan waktu panen rumput laut di lokasi penelitian dilakukan bersamaan. Proses pemasaran rumput laut merupakan kegiatan yang produktif,
sehingga peranan kegiatan transportasi untuk pengangkutan ke daerah pemasaran dan biaya-biaya yang terkait dengan proses pemasaran akan sangat berpengaruh
pada kinerja pemasaran rumput laut.
Efisiensi pemasaran diindikasikan oleh besarnya nilai keuntungan yang diterima oleh masing-masing para pelaku pemasaran dapat dilakukan dengan
menganalisis marjin pemasaran dan farmer s share
. Semakin tinggi proporsi harga yang diterima oleh nelayanpetani rumput laut, maka sistem pemasaran
yang terjadi semakin efisien. Besarnya nilai keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran relatif terhadap harga yang dibayar oleh
konsumen dan atau relatif terhadap biaya pemasaran terkait dengan peran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pemasaran.
6.2.1. NelayanPetani
Nelayanpetani rumput laut melakukan pembudidayaan rumput laut di sepanjang perairan laut Flores dan teluk. Lokasi terluas yang digunakan
nelayanpetani untuk budidaya rumput laut adalah di Kecamatan Mangarabombang yang meliputi Teluk Puntondo dan Teluk Laikang sampai ke
wilayah administratif Kabupaten Jeneponto. Lahan yang digunakan oleh nelayanpetani bervariasi tergantung dari luas lahan dan kondisi perairan. Kondisi
perairan yang fluktuatif menyebabkan para pembudidayaan tidak dapat melakukan secara pembudidayaan secara bersamaan pada lokasi budidaya. Hasil
panen rumput laut para nelayanpetani kemudian dijual ke pedagang pengumpul langganan mereka. Hal ini dilakukan oleh para nelayanpetani yang memiliki
ikatan dengan pedagang pengumpul. Rumput laut yang dihasilkan oleh para nelayanpetani rumput laut di
Kecamatan mangarabombang dijual dalam bentuk rumput laut kering. Pilihan untuk menjual rumput laut dalam bentuk kering karena adanya permintaan dari
pedagangpembeli. Harga rumput laut Eucheuma cottoni dalam bentuk kering mencapai Rp 4 853kg dengan kadar air setelah dikeringkan oleh nelayanpetani
berkisar 39–40 persen. Berdasarkan wawancara dengan beberapa nelayanpetani responden dan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rendemen
rumput laut dari basah menjadi kering adalah 14.3 persen yaitu sebanyak 7 kg rumput laut basah menjadi 1 kg rumput laut kering.
6.2.2. Pedagang Pengumpul 1
Para pedagang pengumpul 1 berfungsi membeli rumput laut kering dari para nelayanpetani rumput laut di lokasi budidaya. Harga beli rumput laut di
tingkat pengumpul 1 adalah Rp 4 853kg. Untuk memperoleh rumput laut, para pedagang pengumpul 1 memberi pinjaman modal usaha dan kebutuhan hidup
sehari-hari kepada para nelayanpetani rumput laut. Dengan cara tersebut para pedagang pengumpul 1 dapat mengikat para nelayanpetani rumput laut dan harus
menjual hasil panen rumput lautnya kepada pedagang pengumpul 1. Para pedagang pengumpul 1 akan memperhitungkan nilai dari hasil panen
rumput laut dengan jumlah pinjaman modal dan kebutuhan hidup sehari-hari yang telah diberikan oleh para pedagang pengumpul 1 kepada para nelayanpetani
rumput laut. Kekurangan pembayaran hasil panen rumput laut dibayar secara tunai oleh pedagang pengumpul 1. Pada saat yang sama, para pedagang pengumpul 1
akan memberikan lagi pinjaman modal dan kebuthan hidup sehari-hari kepada para nelayanpetani rumput laut jika para nelayanpetani tersebut masih
membutuhkan dana yang disebabkan kurangnya hasil panen yang diperolehnya. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya ikatan yang kuat sehingga sulit bagi
nelayanpetani untuk lepas dari ikatan tersebut dan tidak dapat menjual hasil panen rumput lautnya kepada pedagang pengumpul lain. Pada pola jalur
pemasaran 1 dan 4, pedagang pengumpul 1 langsung menjual rumput lautnya kepada pedagang besar dan eksportir tanpa melewati pedagang pengumpul 2, hal
tersebut dikarekan tidak adanya ikatan yang terbentuk diantara pelaku pemasaran.
6.2.3. Pedagang Pengumpul 2
Para pedagang pengumpul 2 memperoleh rumput laut dari pedagang pengumpul 1 yang berada pada satu lokasi budidaya di Kecamatan
Mangarabombang. Sama halnya dengan para pedagang pengumpul 1, para pedagang pengumpul 2 memberikan pinjaman modal kepada pedagang
pengumpul 1 untuk membeli rumput laut kering secara tunai dari para nelayanpetani rumput laut. Dengan demikian antara pedagang pengumpul 2 dan
pedagang pengumpul 1 terbentuk ikatan kerjasama, sehingga para pedagang pengumpul 1 dengan sendirinya akan menjual rumput laut yang telah dibeli dari
para nelayanpetani rumput laut kepada para pedagang pengumpul 2. Penentuan harga beli rumput laut dilakukan oleh pedagang pengumpul 2 sebagai pemberi
pinjaman modal ke pedagang pengumpul 1 untuk melakukan pembelian rumput laut kepada nelayanpetani.
6.2.4. Pedagang Besar
Pedagang besar adalah pedagang yang membeli rumput laut dari para pedagang pengumpul. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
responden diperoleh informasi bahwa terdapat 3 pedagang besar yang ada di
ibukota kabupaten. Pedagang besar yang berada di ibukota kabupaten menerima kiriman rumput laut kering dari para pedagang pengumpul baik dari pedagang
pengumpul 1 maupun pedagang pengumpul 2 yang berada di kecamatan. Para pedagang besar memiliki beberapa pedagang pengumpul sebagai kaki tangannya
yang dapat memasok rumput laut kering secara terus menerus. Untuk memperoleh rumput laut secara berkelanjutan, pedagang besar
memberikan pinjaman modal usaha kepada para pedagang pengumpul 1 maupun pedagang pengumpul 2, kasus pada pola pemasaran 2 dan 3. Dengan demikian
bentuk ikatan kerjasama yang sangat kuat antara para pedagang pengumpul dengan pedagang besar. Selain itu, faktor kepercayan di antara mereka yang harus
terus dipertahankan untuk dapat terus bekerjasama dan memberikan keuntungan diantara keduanya. Pedagang besar memiliki kekuatan dalam menentukan harga
pembelian rumput laut dari pedagang pengumpul karena pedagang besar tersebut adalah pembeli dominan di Kecamatan Mangarabombang. Sistem pembayaran
yang dilakukan kepada pedagang pengumpul pun secara tunai, yaitu pada saat rumput laut telah diterima oleh pedagang besar.
6.2.5. Eksportir
Eksportir rumput laut Sulawesi Selatan berada di Kota Makassar. Eksportir rumput laut yang ada di Makassar berjumlah 28 perusahaan, namun
yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya berjumlah 3 perusahan ekspor rumput laut. Pengiriman rumput laut oleh pedagang besar kepada eksportir
dilakukan setiap 3 bulan atau apabila rumput laut kering yang terkumpul sudah mencapai 2-3 ton per hari. Rumput laut yang berasal dari Kecamatan
Mangarabombang masih perlu diproses lebih lanjut lagi untuk memenuhi standar kualitas ekspor, hal ini yang menyebabkan harga rumput laut di Kecamatan
Mangrabombang menjadi rendah. Namun kadang-kadang rumput laut tersebut digunakan untuk memenuhi kuota rumput laut yang berasal dari provinsi Kendari
yang kualitasnya jauh lebih bagus untuk langsung di ekspor. Hal ini dilakukan karena jarak antara eksportir dengan lokasi budidaya cukup dekat, sehingga
mudah untuk diakses dengan biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan dengan lokasi budidaya rumput laut yang lainnya.
6.3. Marjin Pemasaran, Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Mangarabombang