informasi harga yang diperoleh nelayanpetani rumput laut tidak membuat posisi tawar para nelayanpetani rumput laut menjadi lebih kuat atau dapat menjual
rumput laut yang dihasilkannya kepada para pedagang pengumpul yang lain. Hal ini disebabkan adanya standarisasi produk dan keterikatan nelayanpetani rumput
laut dengan para pedagang pengumpul, sehingga para nelayanpetani rumput laut harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang telah menjadi
langganan tetapnya. Informasi harga yang diperoleh para nelayanpetani rumput laut hanya dapat dijadikan bahan referensi agar harga rumput laut yang mereka
terima tidak terlalu jauh berbeda dengan harga rumput laut yang ada dipasaran. Hal tersebut terjadi karena para nelayanpetani rumput laut tidak memiliki
kekuatan dalam hal keuangan.
6.5. Perilaku Pasar
Perilaku pasar di analisis secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah berlaku. Perilaku pasar pada tingkat yang paling bawah pada
hakekatnya merupakan turunan secara kumulatif dari sistem dan perilaku dari para pelaku pemasaran diatasnya. Kesepakatan yang terjadi diantara para
nelayanpetani rumput laut dengan para pedagang pengumpul yang berada di lokasi budidaya rumput laut adalah para pedagang besar yang berada di ibukota
kabupaten tidak diperkenankan melakukan pembelian langsung ke petaninelayan rumput luat agar tidak terjadi spekulasi harga beli rumput laut di tingkat
nelayanpetani. Oleh sebab itu, pedagang besar memiliki kaki tangan yang berada di lokasi budidaya rumput laut tersebut. Hal tersebut menimbulkan beberapa
perilaku dari pedagang besar kepada para pedagang pengumpul yang sudah ada
maupun yang akan masuk ke dalam pasar. Pemahaman kondisi pasar di tingkat nelayanpetani dianalisis berdasarkan proses penentuan harga, sistem pembayaran
dan kerjasama pemasaran.
6.5.1. Penentuan Harga
Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian rumput laut di Kecamatan Mangarabombang serta kerjasama diantara
pelaku pemasaran. Penentuan harga beli rumput laut di tingkat nelayanpetani rumput laut oleh pedagang pengumpul setempat dengan mekanisme penentuan
harga yang didasarkan adanya ikatan kerjasama dalam bentuk pinjaman modal dan kebutuhan hidup sehari-hari para nelayanpetani rumput laut dengan pedagang
pengumpul tersebut. Setiap pedagang pengumpul setempat memiliki beberapa nelayanpetani rumput laut yang dengan setia tetap menjual hasil panennya
kepada pedagang pengumpul langganannya, dimana nelayanpetani benrtindak sebagai penerima harga price taker.
Pada pola jalur pemasaran 2 dan 3, pedagang pengumpul 1 menetapkan harga untuk membeli rumput laut berdasarkan pada harga beli yang telah
ditetapkan oleh pedagang pengumpul 2. Selanjutnya pedagang pengumpul 2 menetapkan harga beli berdasarkan penentuan harga dari pedagang besar.
Penentuan harga di tingkat pedagang besar juga berdasarkan informasi harga dari eksportir langganannya. Dengan melihat fakta tersebut, ternyata pangkal dari
ketetapan harga diawali dari pedagang besar yang tampaknya lebih dominan dalam penentuan harga pada pedagang pengumpul di Kecamatan
mangarabombang yang berpengaruh sampai pada tingkat nelayanpetani rumput laut.
Dominasi penentuan harga beli rumput laut oleh pedagang besar terjadi hanya pada pedagang pengumpul. Selanjutnya para pedagang pengumpul tersebut
yang mendominasi penentuan harga beli rumput laut di tingkat nelayanpetani rumput laut. Dengan demikian, cukup beralasan apabila nelayanpetani rumput
laut merupakan pihak yang memiliki posisi tawar yang paling lemah dalam penentuan harga, sehingga hanya bertindak sebagai penerima harga price taker.
Dengan demikian penentuan harga rumput laut ditentukan oleh eksportir. Di lain pihak, pada pola pemasaran 1 dan 4 penentuan harga beli
berdasarkan informasi harga dari pedagang pengumpul lain atau dari nelayanpetani rumput laut yang telah melakukan penjualan rumput laut terlebih
dulu. Hal ini dilakukan karena tidak ada ikatan kerjasama antara nelayanpetani rumput laut dengan para pedagang pengumpul, sehingga mereka bebas menjual
hasil panennya ke pedagang pengumpul yang dapat menguntungkan mereka. Namun demikian, perbedaan harga yang terjadi pada masing-masing pola jalur
pemasaran tidak terlalu jauh. Hal tersebut disebabkan telah ada kesepakatan di antara para nelayanpetani dengan para pedagang pengumpul untuk tidak
memainkan harga dan pembayaran sesuai atau tidak boleh melebihi dengan harga yang telah disepakati oleh para pedagang pengumpul.
Para nelayanpetani rumput laut memiliki akses pasar yang terbatas, yaitu mereka hanya dapat memasarkan hasil rumput lautnya ke pedagang pengumpul
setempat karena adanya keterbatasan modal tersebut. Pada sisi lain, karakteristik produk rumput laut yang dihasilkan mudah rusak, sehingga tidak memungkinkan
para nelayanpetani rumput laut untuk menyimpan hasil panennya dalam waktu lama. Rumput laut yang telah dikeringkan oleh nelayanpetani segera dijual
pedagang pengumpul langganannya dengan harga yang rendah karena kadar air yang terkandung masih tinggi belum kering sesuai persyaratan kadar air yang
telah ditetapkan. Pengeringan rumput laut segar dilakukan dalam waktu 2-3 hari jika cuaca bagus.
Penentuan harga merupakan hal yang sangat penting dalam pendapatan usahatani rumput laut. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara
semi struktural menunjukkan bahwa praktek penentuan harga rumput laut dianalisis mulai dari tingkat nelayanpetani rumput laut sampai ke tingkat
pedagang besar. Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa praktek penentuan harga yang terjadi dalam pemasaran rumput laut tersebut mengarah ke
pasar oligopsoni.
6.5.2. Sistem Pembayaran
Hasil analisi data primer, baik yang diperoleh dari pengamatan di lapangan ataupun wawancara dengan para responden nelayanpetani rumput laut disajikan
pada Tabel 14. Sejumlah 67.33 persen responden nelayanpetani rumput laut di Kecamatan Mangarabombang melakukan transaksi di lokasi lahan budidaya
nelayanpetani, baik itu di pantai sekitar tempat budidaya rumput laut maupun di rumah nelayanpetani. Sisanya sejumlah 32.67 persen responden nelayanpetani
melakukan transaksi di tempat lain seperti di pedagang pengumpul lainnya atau di gudang. Hal ini menunjukkan bahwa cara pemasaran inilah yang lebih banyak
terjadi dan dilakukan oleh nelayanpetani dibanding nelayanpetani rumput laut
mencari atau memasarkan sendiri rumput laut yang dihasilkan, karena nelayanpetani rumput laut ingin segera menjual hasil panennya.
Terlepas dari cara pemasaran dan tempat transaksi yang dipilih oleh nelayanpetani, sistem pembayaran terhadap produksi rumput laut juga cukup
beragam. Sistem yang dimaksud meliputi pembayaran tunai, dibayar sebagian dicicil, dan diberi panjar sebelum menerima hasil panen. Pembayaran dengan
sistem panjar hampir mirip sistem ijon, namun harga jual rumput laut ditentukan saat panen dengan harga yang berlaku, dan sistem harga ditetapkan oleh pedagang
pengumpul. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sistem pembayaran yang terjadi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 80 persen responden
nelayanpetani rumput laut menerima pembayaran secara tunai dan sisanya 20 persen responden nelayanpetani dibayar dengan cara lain yaitu dengan sistem
panjar atau cicil. Tabel 14. Sistem Penjualan Rumput Laut Eucheuma cottoni di Tingkat
NelayanPetani di Kecamatan Mangarabombang, 2009
Rumah Lainnya PP1
PP2 Tunai lainnya
Ada Tidak
Kec. Magarabombang 150
67.33 32.67
83.33 16.67
80.00 20.00
70.00 30.00
a. Desa Laikang 103
40.67 21.33
57.33 11.33
60.00 8.67
56.67 12.67
b. Desa Punaga 35
21.33 8.67
16.00 7.33
18.67 4.67
18.67 4.00
c. Desa Lainnya 12
5.33 2.67
6.00 2.00
6.67 1.33
6.00 2.00
Ikatan Dengan Pembeli
Lokasi n
Lokasi Penjualan Pembeli
Dominan Cara
Pembayaran
Cara pembayaran yang sebagian besar dilakukan secara tunai dan pembayaran dengan sistem panjar maupun cicil tersebut dengan maksud untuk
mengikat para nelayanpetani rumput laut. Dengan demikian, ada ketergantungan pinjaman modal oleh para nelayanpetani rumput laut dengan para pedagang
pengumpul. Hal tersebut mengindikasikan bahwa struktur atau posisi tawar
nelayanpetani rumput laut yang kurang menguntungkan. Para nelayanpetani rumput laut yang tidak terikat dengan pedagang pengumpul dapat menjual rumput
lautnya ke pedagang pengumpul lainnya dengan harga yang lebih baik jika tidak terjadi kesepakatan pada saat tawar menawar.
Nelayanpetani rumput laut yang meminjam modal dan kebutuhan hidup sehari-hari dari para pedagang pengumpul sepakat untuk dipotong nilai
pembayaran rumput lautnya oleh pedagang pengumpul bersangkutan. Setidaknya kondisi tersebut merupakan perangkap pedagang pengumpul untuk mengikat para
nelayanpetani rumput laut untuk kepastian dalam memperoleh hasil panen rumput laut. Pembelian rumput laut di Kecamatan Mangarabombang didominasi
oleh pedagang pengumpul 1. Sebanyak 83.33 persen responden nelayanpetani yang menjual hasil rumput lautnya kepada pedagang pengumpul 1 dan sisanya
16.67 responden nelayanpetani rumput laut menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul 1.
6.5.3. Kerjasama Pemasaran
Pedagang pengumpul yang berada di Kecamatan Mangarabombang berjumlah 43 orang yang terdiri dari pedagang pengumpul 1 dan pedagang
pengumpul 2. Selain bertindak sebagai pedagang pengumpul, mereka juga bertindak sebagai pembudidaya rumput laut. Pedagang pengumpul menampung
hasil panen rumput laut dari para nelayanpetani rumput laut. Setiap pedagang pengumpul memiliki ikatan dengan nelayanpetani yang jumlahnya cukup
bervariasi. Seorang pedagang pengumpul ada yang memiliki 30 nelayanpetani rumput laut, namun ada juga yang hanya memiliki 10 orang nelayanpetani
rumput laut. Setiap nelayanpetani diharuskan menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang telah menjadi langganan dan telah terikat.
Para nelayanpetani rumput laut tidak diperkenankan menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul lainnya karena telah terikat pada satu orang
pedagang pengumpul. Namun sebanyak 13.04 persen nelayanpetani rumput laut memiliki ikatan di dua orang pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan oleh
nelayanpetani rumput laut karena membutuhkan uang, sehingga mereka membagi dua penjualan hasil panenya ke pedagang pengumpul sesuai persentasi pinjaman
terbesar. Kerjasama yang terjalin antara pedagang pengumpul dengan para
nelayanpetani rumput laut disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Kerjasama yang dilakukan oleh para nelayanpetani rumput laut
dan pedagang pengumpul dengan memperhatikan prinsip-prinsip saling ketergantungan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Namun, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa kerjasama yang terjalin adalah pola kerjasama pedagang pengumpul dengan nelayanpetani rumput laut tidak memiliki ikatan
formal yang kuat. Hubungan organisasi diantaranya juga tidak ada dan hanya sebanyak 5.59 persen nelayanpetani rumput laut yang tergabung dalam organisasi
Kelompok Usaha Bersama KUB, sehingga kerjasama tersebut hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antara pedagang pengumpul dan nelayanpetani
bersifat tidak langsung. Dengan demikian kondisi tersebut cenderung merugikan produsen, karena hanya memikirkan kepentingan masing-masing pihak.
6.6. Analisis Keragaan Pasar