Struktur Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN

tergantung dari hubungan yang terbentuk antara nelayanpetani dengan pedagang pengumpul. Nelayanpetani rumput laut yang memiliki ikatan dengan pedagang pengumpul dapat meminjam modal usaha atau meminjam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu mereka juga memiliki ikatan dalam hubungan keluarga. Tabel 10. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Rumput Laut Eucheuma cottoni di Kecamatan Mangarabombang, 2009 No Lembaga Pemasaran Keuntungan Pemasaran RpKg Biaya Pemasaran RpKg Rasio Keuntungan Biaya 1. Pola 1 a. PP1 1 996 453 4.41 b. PB 1 561 580 2.69 c. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 740 2 308 2.05 2. Pola 2 a. PP1 773 239 3.23 b. PP2 786 413 1.90 c. PB 1 523 580 2.63 d. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 265 2 507 1.70 3. Pola 3 a. PP1 1 527 453 3.37 b. PB 1 729 580 2.98 c. Eksportir 1 183 1 275 0.93 Total 4 439 2 308 1.92 4. Pola 4 a. PP1 2 615 1 064 2.46 b. Eksportir 2 202 1 275 1.73 Total 4 817 2 339 2.06

6.4. Struktur Pasar

Struktur pasar di Kecamatan Mangarabombang dapat diketahui dengan menganalisis konsentrasi pasar, diferensiasi produk, hambatan masuk pasar, dan informasi pasar. Struktur pasar dapat diidentifikasi dari kondisi dan perilaku pasar yang dihadapi oleh para nelayanpetani rumput laut di Kecamatan Mangarabombang.

6.4.1. Konsentrasi Pasar

Metode yang digunakan untuk analisis struktur pasar adalah dengan melihat pangsa pasar dari perkembangan penjualan masing-masing pedagang pengumpul dengan menghitung konsentrasi rasio empat pedagang terbesar CR4 sesuai yang dikemukakan oleh Kohls dan Uhl 2002. Tingkat konsentrasi pasar mengukur derajat penguasaan pasar oleh empat pedagang. Semakin besar penguasaan pasar terdapat kecenderungan keempat pedagang tersebut memiliki kekuatan monopolimonopsoni. Sehingga ada kecenderungan terjadi penentuan harga yang tidak seimbang. Dengan demikian, struktur pasar yang terbentuk dapat diketahui, apakah pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna. Konsentrasi pasar di Kecamatan Mangarabombang terdapat pada nelayanpetani rumput laut karena jumlah nelayanpetani rumput laut cukup banyak. Pedagang besar yang berada di ibukota kabupaten hanya berjumlah 3 orang. Pedagang besar melayani para pedagang pengumpul 1 dan 2 yang jumlahnya cukup banyak. Ditinjau dari sudut pembeli, bentuk pasar yang dihadapi pada tingkat nelayanpetani rumput laut bersifat oligopsoni banyak penjual sedikit pembeli. Pada tingkat pedagang pengumpul, bila dilihat dari sudut pembeli, perbandingan antar jumlah pedagang pengumpul dengan pedagang besar juga berbanding jauh sehingga cenderung mengarah pada pasar oligopsoni. Hal ini disebabkan jumlah pedagang besar di ibukota kabupaten terbatas. Pedagang besar yang ada di lokasi penelitian memiliki daerah operasional yang tidak hanya pada lokasi penelitian saja, tetapi juga masuk ke daerah atau kecamatan sentra produksi rumput laut lainnya, baik secara langsung maupun melalui perantara pedagang pengumpul yang telah diberi modal. Dengan demikian, pedagang pengumpul cenderung menjadi pihak penerima harga price taker sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pedagang besar. Jika dilihat dari sudut pembeli dan hasil analisis jalur pemasaran rumput laut, struktur pasar pada pedagang besar adalah oligopsoni. Namun, dari 3 pedagang besar yang ada di kabupaten, hanya satu pedagang besar yang menguasai dan paling dominan dalam melakukan pembelian rumput laut di Kecamatan Mangarabombang. Sebesar 87 persen volume rumput laut yang dihasilkan di Kecamatan Mangarabombang di jual kepada pedagang besar yang memiliki modal dan penguasaan terbesar di lokasi tersebut. Pola pemasaran 2 dan 3 merupakan jalur pemasaran yang dibentuk oleh pedagang besar untuk mengikat para pedangang pengumpul dan nelayanpetani untuk mendapatkan suplai rumput laut yang berkelanjutan. Harga rumput laut sepenuhnya ditentukan oleh pedagang besar berdasarkan mutu rumput laut yang telah ditetapkan oleh pedagang besar. Sementara itu, pada tingkat eksportir jika dilihat dari sudut pembeli struktur pasar yang terbentuk mengarah pada pasar oligopsoni . Daya tawar pedagang besar relatif kecil dimana eksportir yang bertindak sebagai penentu harga dalam pembelian rumput laut. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pasar rumput laut di lokasi penelitian berada dalam struktur pasar persaingan tidak sempurna. Rasio konsentrasi pedagang pengumpul dilakukan pada empat pedagang pengumpul terbesar CR4 di Kecamatan Mangarabombang. Pengelompokan empat pedagang pengumpul tersebut berdasarkan pada volume penjualan yang dilakukan dalam pemasaran rumput laut tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 11 diketahui bahwa pangsa pasar para pedagang pengumpul 1 adalah 43.68 persen dan pangsa pasar para pedagang pengumpul 2 adalah 47.20 persen dari total volume penjualan yang mencapai 2 500 ton pada tahun 2008. Dari data tersebut menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk di Kecamatan Mangarabombang adalah weak oligopsonist market structure. Tabel 11. CR4 Pedagang Pengumpul di Kecamatan Mangarabombang, 2009 CR4 PP1 PP2 No Penjualan ton Pangsa Pasar Penjualan ton Pangsa Pasar 1. 375 15.00 415 16.6 2. 325 13.00 370 14.8 3. 275 11.00 225 9 4. 117 4.68 160 6.4 Rata-rata 2 500 43.68 2 500 46.80 Hal tersebut menunjukkan adanya hambatan masuk pasar bagi pedagang pengumpul baru karena membutuhkan modal besar untuk membeli hasil panen nelayanpetani. Sebanyak 80 persen nelayanpetani rumput laut menerima pembayaran secara tunai. Adanya ikatan yang kuat anatara nelayanpetani rumput laut dengan pedagang pengumpul juga merupakan hambatan masuk pasar karena sulit bagi pedagang pengumpul baru untuk memperoleh rumput laut. Dengan demikian penguasaan terhadap nelayanpetani rumput laut cukup besar sehingga memiliki peluang untuk menguasai pangsa pasar.

6.4.2. Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk berhubungan dengan sifat produk yang diperdagangkan, produk, pengemasan dan merek serta dari mana produk tersebut berasal. Pedangangpembeli akan membeli dengan harga yang lebih tinggi untuk mutu produk yang lebih baik, pengemasan dan penamaan produk serta dari mana produk tersebut di produksi. Dari hasil pengamatan di lapangan, pada tingkat nelayanpetani rumput laut tidak dilakukan diferensiasi produk karena rumput laut yang dihasilkan adalah rumput laut mutu III yang kadar airnya masih tinggi dan tingkat kotoran dan garam yang cukup tinggi. Pembersihan rumput laut dilakukan sepenuhnya oleh para pedagang pengumpul 1, sementara itu, pedagang pengumpul 2 dan pedagang besar tidak melakukan pembersihan rumput laut yang dibeli. Rumput laut yang diperdagangkan oleh para pedagang pengumpul 1 adalah rumput laut kering. Kualitas rumput laut yang dipasok sangat diperhatikan oleh para eksportir. Selama rumput laut yang dipasok tidak terlalu jelek, rumput laut tersebut akan diterima oleh eksportir untuk memenuhi kuota ekspor rumput laut. Oleh sebab itu, rumput laut yang dibeli masih harus dilakukan pengolahan ulang agar dapat meningkatkan kualitas yang masih rendah walaupun di tingkat pedagang pengumpul 1 sudah dilakukan pembersihan terlebih dulu. Pada Tabel 12, sebesar 28.67 persen rumput laut yang dihasilkan oleh nelayanpetani rumput laut yang juga sebagai pedagang pengumpul merupakan rumput laut dengan mutu II dengan kadar air dan tingkat kotoran dan garam yang sesuai dengan permintaan langganan. Para pedagang pengumpul berperan sebagai penentu harga rumput laut bagi para nelayanpetani rumput laut. Informasi harga rumput laut ditetapkan berdasarkan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga rumput laut sangat dipengaruhi oleh mutu yang dihasilkan, dengan demikian struktur pasar rumput laut mengarah pada pasar oligopsoni. Menurut Douglas 2001, produk yang dipasarkan dalam pasar oligopsoni ini berupa produk yang atributnya telah distandardisasikan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar rumput laut di tingkat pedagang pengumpul adalah bersifat bersaing tidak sempurna. Tabel 12. Persentase Rumput Laut yang Dihasilkan di Kecamatan Mangarabombang, 2009 Produk Persentase Rumput laut mutu I Rumput laut mutu II 28.67 Rumput laut mutu III 71.33

6.4.3. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar merupakan suatu hal yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau cepat masuknya pesaing baru. Masuknya pedagang pengumpul baru akan menimbulkan pesaing bagi pedagang pengumpul yang sudah ada dan dapat terjadi perebutan pasar serta perebutan sumberdaya produksi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi para pedagang pengumpul yang sudah ada. Hambatan yang cukup besar banyak dihadapi oleh para pedagang pengumpul baru yang akan membeli rumput laut dari para nelayanpetani rumput laut. Hal ini disebabkan adanya ikatan yang kuat antara para pedagang pengumpul lama dengan nelayanpetani rumput laut. Hasil analisis MES Minimum Efficiency Scale pada tingkat pedagang pengumpul 1 sebesar 15 persen dan pada tingkat pedagang pengumpul 2 sebesar 16.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan masuk ke pasar rumput laut di Kecamatan Mangarabombang cukup sulit, karena nilai MES pada masing-masing tingkatan lebih dari 10 persen. Sehingga tidak mudah bagi para pedagang pengumpul baru untuk masuk ke dalam pasar tersebut. Selain membutuhkan modal yang cukup besar juga disebabkan telah adanya ikatan yang kuat diantara nelayanpetani rumput laut dengan pedagang pengumpul setempat. Hambatan bagi pedagang besar untuk masuk pasar juga relative besar, hal ini disebabkan telah terjalin ikatan yang kuat antara pedagang besar dengan para pedagang pengumpul, sehingga sulit bagi pedagang besar yang baru untuk mengajak pedagang pengumpul beralih menjual rumput lautnya ke pedagang besar yang lain. Selain itu, para pedagang besar yang baru harus memiliki modal yang cukup besar untuk dapat memberikan pinjaman modal kepada pedagang pengumpul agar dapat membeli rumput laut secara tunai dari para nelayanpetani rumput laut. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengumpul 1 yang memiliki rumput laut dalam jumlah banyak dan tidak terikat dengan pedagang besar di tingkat kabupaten dapat melakukan penjualan langsung ke eksportir. Para pedagang pengumpul 1 yang melakukan pemasaran rumput laut pada pola jalur pemasaran ini disebabkan adanya ingin untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi, selain itu karena pedagang pengumpul tersebut memiliki kemampuan untuk mengakses pasar. Sama halnya dengan para pedagang besar, hambatan untuk memasuki pasar di tingkat eksportir juga cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya modal yang harus dimiliki, resiko yang relatif tinggi, akses ke pasar luar negeri yang cukup sulit, serta persaingan harga diantara para eksportir. Resiko yang sering dihadapi oleh para eksportir adalah mutu rumput laut yang mereka beli tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah yang cukup tinggi, sehingga sering kerugian diakibatkan perubahan nilai tukar rupiah yang terjadi sewaktu-waktu. Penentuan harga pembelian rumput laut di tingkat pedagang pengumpul sepenuhnya ditentukan oleh eksportir. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Ekspor Daerah Sulawesi Selatan menunjukkan jumlah eksportir rumput laut Eucheuma cottoni yang ada di Makassar sekitar 28 perusahaan. Namun, berdasarkan hasil observari di lapangan selama penelitian berlangsung, jumlah ekportir yang terkait dengan pedagang besar rumput laut di kabupaten jumlahnya hanya 3 perusahaan ekspor. Setiap eksportir memiliki pedagang besar yang bertanggung jawab melakukan pembelian rumput laut di setiap sentra produksi rumput laut. Struktur pasar di tingkat eksportir adalah bersifat oligopsoni. Struktur pasar yang terbentuk pada berbagai tingkat lembaga pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang dapat dilihat pada Tabel 13. Persyaratan mutu yang telah ditetapkan pihak eksportir adalah kadar air antara 31–35 persen dengan kadar kotoran dan garam maksimal 5 persen dan rendemen minimal 25 persen yaitu rumput laut mutu I. Rumput laut yang tidak memenuhi persyaratan mutu tersebut akan dibeli dengan melakukan penyesuaian harga. Selama rumput laut tersebut masih bisa disortasi kembali dan kualitasnya masih dapat ditingkatkan maka rumput laut tersebut akan dibeli oleh para eksportir. Namun, untuk rumput laut yang berasal dari ikatan kerjasama antara eksportir dengan pedagang pengumpul, akan diserap seluruhnya oleh para eksportir walaupun kualitas rumput lautnya rendah. Harga rumput laut yang diterima oleh para eksportir tergantung dari harga rumput laut dunia, dan harga tersebut ditetapkan berdasarkan nilai dollar. Para ekportir selain membeli rumput laut di wilayah Makassar juga melakukan pembelian dari luar Makassar dengan alasan tingginya harga di Makassar, selain itu rumput laut yang diperoleh dari luar Makassar mutunya lebih baik. Secara keseluruhan pada Tabel 13, struktur pasar pada masing-masing tingkatan pemasaran adalah oligopsoni. Tabel 13. Struktur Pasar Berbagai Tingkat Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Mangarabombang, 2009 Tingkatan Pemasaran Struktur Pasar Pedagang Pengumpul Oligopsoni Pedagang Besar Oligopsoni Eksportir Oligopsoni

6.4.4. Informasi Pasar

Informasi pasar yang diperlukan dalam pemasaran rumput laut adalah informasi harga yang terbentuk antara pedagang pengumpul 1 dan 2 dengan pedagang besar di ibukota kabupaten serta eksportir di ibukota provinsi. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan wawancara dengan sejumlah 150 responden nelayanpetani rumput laut, diperoleh keterangan bahwa terjadinya perubahan harga sangat dipengaruhi oleh kondisi musim panen dan ketersedian stok di gudang. Pada periode musim pemeliharaan yang produktif on season yaitu dari bulan Desember sampai April musim hujan untuk kawasan teluk, periode tersebut memperoleh hasil produksi cukup berlimpah dengan kualitas hasil panen cukup baik karena kondisi musim hujan salinitas air agak rendah sehingga sesuai untuk persyaratan tumbuh rumput laut. Selain itu, pada musim tersebut kawasan Teluk Puntondo dan Laikang di Kabupaten Takalar cukup terlindung dari deraan ombak. Tetapi pada kondisi ini, nelayanpetani rumput laut dihadapkan pada masalah kesulitan melakukan penjemuran rumput laut segar yang dihasilkan. Pada lokasi penelitian tidak tersedia alat pengering sehingga kualitas rumput laut kurang baik karena penjemuran rumput laut hanya mengandalkan sinar matahari. Oleh sebab itu, harga yang diterima petani rendah sesuai dengan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Selain itu, factor volume rumput laut juga cukup menentukan harga, semakin besar volume rumput laut yang dijual harga per satuan unit penjualan juga semakin tinggi. Pada kondisi perairan laut lepas perairan laut flores, budidaya rumput laut yang produktif berada pada bulan Mei sampai Nopember musim kemarau karena terlindung dari ombak dan suplai air tawar yang seimbang dari Sungai Allu. Kualitas rumput laut yang dihasilkan juga cukup bagus karena simar matahari pada periode tersebut cukup tersedia untuk pengeringan hasil panen rumput laut. Dalam mengakses informasi harga, para nelayanpetani rumput laut dapat memperoleh dan mengetahuinya dari para nelayanpetani rumput laut lainnya yang telah melakukan transaksi penjualan terlebih dahulu. Selain itu, para nelayanpetani rumput laut juga dapat memperoleh informasi harga rmput laut dari para pedagang pengumpul yang bukan langganannya. Namun demikian, informasi harga yang diperoleh nelayanpetani rumput laut tidak membuat posisi tawar para nelayanpetani rumput laut menjadi lebih kuat atau dapat menjual rumput laut yang dihasilkannya kepada para pedagang pengumpul yang lain. Hal ini disebabkan adanya standarisasi produk dan keterikatan nelayanpetani rumput laut dengan para pedagang pengumpul, sehingga para nelayanpetani rumput laut harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang telah menjadi langganan tetapnya. Informasi harga yang diperoleh para nelayanpetani rumput laut hanya dapat dijadikan bahan referensi agar harga rumput laut yang mereka terima tidak terlalu jauh berbeda dengan harga rumput laut yang ada dipasaran. Hal tersebut terjadi karena para nelayanpetani rumput laut tidak memiliki kekuatan dalam hal keuangan.

6.5. Perilaku Pasar