Implikasi Kebijakan KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT

rumput laut sebesar masing-masing Rp 10 juta dengan bunga 0.8 persen per bulan dengan jangka waktu 2 tahun pada tahun 2006. Oleh karena lembaga keuangan yang ada masih memiliki persepsi resiko yang tinggi dalam pengembangan usaha rumput laut, maka masalah-masalah yang dijumpai dari segi sumber dana antara lain; 1 Keterlibatan pemerintah dalam penyediaan infra struktur dan unit-unit pengolahan di sentra-sentra produksi belum tampak; 2 Peran pemerintah dalam mendukung penguatan modal fasilitas kredit di bidang budidaya rumput laut masih kurang diakses karena kurangnya informasi; 3 Dukungan permodalan antara lain melalui stimulan penguatan modal dirasakan masih belum memenuhi kebutuhan para nelayanpetani rumput laut, karena yang dapat mengakses terbatas pada nelayanpetani yang tergabung dalam KUB atau kelompok lain yang terkait; 4 Industri rumput laut yang terpadu, terutama di sentra produksi rumput laut untuk memudahkan para nelayanpetani rumput laut menjual langsung hasil panenya belum ada.

7.2. Implikasi Kebijakan

Untuk menjadikan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia, perlu dilakukan program pengembangan rumput laut dengan memperluas kawasan yang akan diperuntukkan untuk tujuan budidaya, penataan ruang dan penetapan wilayah pengembangan produksi yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Selain itu perlu diintegrasikan dengan beberapa sektor terkait disertai dengan kepastian hukum yang jelas. Perlu juga dilakukan Pengembangan Kawasan Budidaya Terpadu KBT, Penguatan kapasitas kelembagaan pembudidaya melalui pemberdayaan Unit Pelayanan dan Pengembangan UPP dan menjalin serta memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi dan instansi terkait. Untuk mengembangkan budidaya rumput laut, perlu diperhatikan skala ekonomi yang mencakup kawasan dan melibatkan banyak pembudidaya rumput laut. Disamping pencapaian skala ekonomi kawasan, diperlukan juga suatu wadah sebagai tempat berkumpulnya dan berorganisasinya pembudidaya rumput laut. Sehingga wadah organisasi kelembagaan tersebut dapat mengatasi pemasalahan mereka secara bersama, baik permasalahan input, teknis produksi maupun pemasaran serta informasi networking. Wadah tersebut dapat berupa kelompok pembudidaya kelompok teknis, Kelompok Usaha Bersama KUB atau Koperasi. Dengan demikian, pengembangan budidaya rumput laut tersebut agar dapat mencapai skala ekonomi atau efisiensi ekonomi harus berbasis kawasan dan pengembangan kelompok. Untuk menunjang sumberdaya manusianya, khususnya nelayanpetani rumput laut, perlu dilakukan sistem pembinaan, penyuluhan dan alih teknologi tepat guna. Peningkatan kemampuan kelompok kerja dalam koordinasi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengendalian. Mengembangkan koordinasi dengan seluruh stakeholder Balai Riset Budidaya Maros, Loka Budidaya Air Payau Takalar, dan beberapa Universitas dalam rangka pembentukan Regional Seeweed Center di Sulawesi Selatan agar dapat menunjang pengembangan tehnologi rumput laut. Akses pasar dirasakan masih lemah, baik yang berkaitan dengan informasi pasar maupun market intelegent. Oleh sebab itu penyediaan informasi pasar merupakan salah satu langkah yang perlu dikembangkan lebih lanjut agar nelayanpetani rumput laut dapat mengaksesnya dengan mudah. Dengan adanya diversifikasi produk hasil olahan rumput laut, maka dapat diandalkan sebagai salah satu upaya memperluas pasar. Untuk itu, pengembangan budidaya rumput laut melalui sistem kemitraan merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Karena dengan kemitraan, kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan dapat terlaksana dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Oleh sebab itu, keterlibat pemerintah dalam mengatur pemasaran rumput laut sangat diperlukan untuk menciptakan pola pemasaran yang efisien dan efektif. Peran kemitraan dalam perekonomian adalah untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan daya saing produk dan meratakan pertumbuhan ekonomi masyarakat terhadap investor agar dapat mempercepat akses UKM terhadap pasar, teknologi, modalinvestasi, informasi dan pelatihan. Oleh sebab itu, koperasi dibutuhkan dalam kemitraan untuk mendapatkan kekuatan negosiasi atau posisi tawar bagi petani dan sebagai penghubung antara petani dengan mitrapihak luar dalam hal supplai produk sesuai kontrak, transaksi keuangan, berbagai fasilitasi dan pelatihan. Karena dengan kemitraan dapat saling memerlukan dan saling menguntungkan dengan syarat bergabung adalah adanya kesamaan pemahaman dan pengertian serta adanya rasa saling memberi dan menerima. Kemitraan dilakukan oleh para konsumen karena memerlukan supplai rumput laut terolah dalam jumlah cukup sesuai standar dan jumlahnya pun semakin meningkat. Sementara itu, dari sisi produsen memerlukan transparansi harga, kepastian pembelian dan pembayaran yang tepat saat diperlukan. Oleh sebab itu, kemitraan dapat dilakukan dalam supply chain management dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan keefektifan supply chain yang selanjutnya akan mencapai hasil yang optimal. Dengan melakukan pengembangan supply chain yang efektif diharapkan dapat memiliki kelompok pemasok berdasarkan reputasi eksportirindustri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas melalui program penilai pemasok. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik yang dapat menjamin kualitas pasokan. Disamping itu, supply chain dapat meminimalkan konflik target strategi dengan para mitra, dimana kemitraan supply chain bersifat jangka panjang dan melalui negosiasi dan kompromi dan dengan supply chain management dapat menjamin informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui penjanjian teknlogi.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN