Geologi KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Geomorfologi lokasi penelitian

Analisis geomorfologi menjadi aspek penting karena bentuklahan yang tampak pada citra mencerminkan bagaimana proses terbentuknya suatu lahan. Identifikasi bentuklahan dalam penelitian ini dilakukan melalui interpretasi citra yang didasarkan pada aspek morfologi, morfogenesis, morfokronologis dan litologi. Aspek morfologi dalam identifikasi bentuklahan memanfaatkan unsur-unsur interpretasi citra, yaitu terkait dengan warna, tekstur, pola, bentuk, bayangan, ukuran dan situasi umum dari suatu objek. Sebagai contoh, pada lokasi penelitian memiliki bentuklahan gunungapi volcanic yang ditandai dengan bentuk kerucut dan adanya aliran lava yang mempunyai pola memanjang menyerupai lidah, mempunyai ukuran kecilsempit di puncak dan melebar pada bagian hilir. Warna yang agak kehitaman mencerminkan batuan beku luar yang mempunyai komposisi andesit atau andesit basaltik dan belum tertutup atau ditumbuhi oleh vegetasi dikarenakan proses pelapukan batuan berjalan lambat pada batuan lava. Aspek morfologi di atas baik melalui bentuk, pola, ukuran, tekstur, situs atau pun yang lainnya dapat mencerminkan aspek morfogenesis bentuklahan, karena proses geomorfik meninggalkan kenampakan tertentu pada suatu objek seperti bentuk kerucut yang mencerminkan ciri khas proses vulkanik. Gunungapi Gamalama merupakan gunungapi strato dimana kerucutnya mempertunjukan stratifikasi material yang kasar karena erupsi saling berganti antara erupsi ledakan dengan erupsi lemah menghasilkan aliran lava dan bahan piroklastik. Aspek morfokronologis terkait dengan kronologi waktu terbentuknya bentuklahan dan tahapan perkembangannya. Melalui morfologi yang tampak, interpretasi morfokronologi bentuklahan dapat pula dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan bentuklahan tersebut. Sebagai contoh tahapan proses eksogenik seperti proses denudasi pada bentuklahan bisa dibedakan dari derajat kikisan yang terjadi pada permukaan landform. Aspek litologi dapat dibedakan pula melalui morfologi yang tampak. Untuk jenis batuan yang keras seperti aliran lava umumnya akan mempunyai kesan topografik yang berbeda berbentuk punggungan dibandingkan dengan endapan 48 piroklastik yang berbentuk rata. Adapun struktur batuan yang miring, seperti di daerah struktur lipatan, juga akan menghasilkan morfologi yang berbeda dan mempunyai pola tertentu. Kondisi Pulau Ternate dari citra GeoEye Google Earth dapat dilihat pada Gambar 9 dan berdasarkan hasil interpretasi visual geomorfologi, bentuklahan landform pulau Ternate dapat dibedakan menjadi 12 tipe seperti yang disajikan pada Tabel 23. Gambar 8. Citra Pulau Ternate Pencitraan tanggal 2 Desember, 2010 Tabel 23. Jenis bentuklahan landform Pulau Ternate dan luasannya No Jenis landform Luas ha Persentase 1 Kawah 1,9 0,019 2 Lereng puncak kerucut vulkanik 146 1,4 3 Lereng atas kerucut vulkanik 899 8,9 4 Lereng tengah kerucut vulkanik 2.690 26,5 5 Lereng bawah kerucut vulkanik 3.160 31,2 6 Lereng kaki fluvio vulkanik 2.650 26,1 7 Aliran lava 271 2,7 8 Maar laguna 16,6 0,16 9 Maar Tolire besar 24,3 0,24 10 Maar Tolire kecil 2,1 0,02 11 Gisik pantai beach 253 2,5 12 Daratan pantai anthropogenik 25,1 0,25 Jumlah 10.130 100 Sumber : Geo Eye diolah 2012 49 Kawah Crater Kawah G. Gamalama merupakan hasil erupsi yang bersifat eksplosif, terletak pada puncak kerucut vulkanik dan merupakan kawah utama sejak letusan tahun 1538. Tipe letusan letusan G. Gamalama hampir selalu bersifat magmatik dengan atau tanpa leleran lava. Kawah ini diberi nama Arafat berbentuk melingkar hampir sempurna yang dikelilingi oleh material piroklastik. Pada citra bentuklahan ini terlihat mempunyai tekstur sangat kasar. Kawah gunungapi ini mempunyai luasan sekitar 1,9 ha atau sekitar 0,019 dari seluruh luasan daerah penelitian G. Gamalama. Menurut Direktorat Vulkanologi 1979 kawah ini dibagi ke dalam 4 kawah yang mencerminkan suksesi peristiwa letusan, yaitu Kawah 1 K1 dengan ukuran 300 x 250 m berada pada ketinggian 1715 – 1666 m, kawah 2 K2 dengan ukuran 180 x 150 m berada pada ketinggian 1670 – 1663 m, kawah 3 K3 dengan ukuran 70 x 50 m berada pada 1663 m, dan kawah 4 K4 dengan ukuran 30 m berada pada 1680 – 1666 m. Kawah Arafat ini menurut Direktorat Vulkanologi 1979 berada di sebelah utara gunungapi Gamalama, terbentuk dari letusan yang terjadi pada kawah Kekau atau Bukit Melayu yang merupakan bagian pinggir kawah tertua. Kawah Arafat sesungguhnya merupakan sisa dari puncak kawah kerucut gunungapi yang lebih tinggi. Setelah itu terbentuk sebuah puncak kerucut yang lebih rendah bernama G. Madiena. Kerucut yang sekarang masih aktif mempunyai posisi lebih rendah lagi, ke arah utara dengan pinggir kawah terendah berada di sebelah timur laut. Di dalam kawah aktif ini terdapat solfatara bersuhu tinggi 100 C. Kerucut vulkanik volcanic cone Kerucut vulkanik merupakan tubuh gunungapi yang secara umum berbentuk kerucut, hasil dari deposisi produk erupsi vulkanik, dan memiliki lereng yang bervariasi dari agak miring hingga sangat curam. Tubuh gunungapi Gamalama dapat dipilah menjadi lima betuklahan, yaitu 1 Lereng puncak kerucut vulkanik peak slope volcanic cone 2 Lereng atas kerucut vulkanik upper slope volcanic cone; 3 Lereng tengah kerucut vulkanik middle slope volcanic cone; 4 Lereng bawah kerucut vulkanik lower slope volcanic cone dan 5 Lereng kaki fluvio vulkanik fluvio-volcanic foot slope. 50 Lereng puncak kerucut vulkanik peak slope volcanic cone memiliki luas sekitar 146 ha atau sekiat 1,4 dari luasan total G. Gamalama yang meliputi kawah dan hamparan lahan yang ditutupi oleh material piroklastik dengan lereng agak landai. Di atas bentuklahan ini tidak terlihat adanya vegetasi yang tumbuh, mungkin dikarenakan oleh suhu yang tinggi pada material endapan danatau belum terjadinya pelapukan terhadap material hasil erupsi. Pada citra kenampakan bentuklahan ini mempunyai warna agak coklat tua dengan tektur halus. Lereng atas kerucut vulkanik upper slope volcanic cone memiliki luas sekitar 899 ha 8,9. Bentuklahan ini terlihat berwarna hijau karena tertutup oleh vegetasi dan adanya garis rekahan. Rekahan ini muncul diduga disebabkan oleh letusan yang sangat dahsyat pada waktu terbentuknya G. Madiena. Di atas bentuklahan ini juga terlihat alur-alur bekas aliran lahar Barangka yang menuju ke arah barat laut. Kenampakan ini diduga berasal dari letusan Gunung Kekau atau Bukit Melayu dan dapat menjadi salah satu bukti terjadinya perpindahan titik erupsi G. Gamalama. Bentuklahan ini tersusun atas beberapa bagian, yaitu di sebelah barat dan selatan tersusun oleh batuan dari Gamalama Dewasa Gd dengan lereng agak curam, sebelah utara dan timur tersusun oleh batuan dari Gamalama Muda Gm dengan lereng curam dan sebelah tenggara tersusun oleh batuan dari Gamalama Tua Gt. Lereng tengah kerucut vulkanik midlle slope volcanic cone memiliki luas 2.690 ha 26,5 dari citra GeoEye terlihat hijau hingga hijau tua karena bervegetasi, bertekstur agak halus. Pada bagian aliran lava tampak sudah ditumbuhi semak belukar. Kemiringan lereng bervariasi dari miring hingga sangat curam, namun secara umum mempunyai kemiringan yang lebih kecil daripada lereng atas kerucut vulkanik. Bentuklahan ini tersusun atas beberapa bagian, di sebelah barat dan selatan tersusun oleh batuan dari Gamalama Dewasa Gd dengan lereng agak curam, di sebelah utara dan timur tersusun oleh batuan dari Gamalama Muda Gm dengan lereng curam dan di sebelah tenggara tersusun oleh batuan dari Gamalama Tua Gt. Pada bagian tenggara dari bentuklahan ini terdapat suatu perkampungan kecil, mungkin merupakan perkampungan terpencil dan tertinggi di wilayah penelitian.