Waktu Penelitian METODE PENELITIAN
23
Bentuklahan berada pada urutan kedua dari parameter suseptibilitas longsor karena memiliki beberapa karakter yang berpengaruh terhadap longsor. Selain
parameter lereng yang sudah disendirikan seperti tersebut di atas, parameter morfologi bentuklahan yang lain seperti relief dan elevasi juga banyak
berpengaruh terhadap proses longsor. Termasuk juga parameter morfogenesis proses
pembentukan bentuklahan,
kronologi tahapan
pembentukan bentuklahan, dan litologi material dan struktur batuan penyusun bentuklahan,
semuanya menyumbang terhadap proses terjadinya longsor. Relief dan elevasi bentuklahan banyak berpengaruh terhadap persebaran curah hujan yang dapat
berfungsi sebagai pemicu longsor. Bentuklahan yang bersifat erosional atau denudasional juga lebih berpotensi longsor daripada bentuklahan deposisional,
dan bentuklahan yang secara kronologis telah lama mengalami proses pelapukan akan lebih banyak pula menyediakan bahan longsoran, sedangkan material batuan
klastik suatu bentuklahan akan lebih mudah mengalami longsor daripada batuan yang lebih masif, apalagi jika mempunyai struktur perlapisan batuan yang miring.
Dengan demikian karakter pada setiap bentuklahan akan memberikan sumbangan relatif yang berbeda terhadap proses longsor. Oleh karena itu, mengacu pada
perbedaan karakter pada setiap bentuklahan, maka setiap bentuklahan diberikan skor yang berbeda.
Tekstur tanah diberi urutan ketiga karena tekstur tanah bukan sebagai penentu utama longsor, namun lebih bersifat sebagai penentu kondisional, yaitu
berpengaruh secara tidak langsung terhadap longsor. Jika terdapat perlapisan tanah atau batuan yang mempunyai tekstur liat dan mempunyai kemiringan
perlapisan tanahbatuan yang tidak datar miring atau curam, maka sifat liat tersebut jika tercampur dengan air akan menjadi licin dan dapat meluncurkan
material tanah atau batuan yang membebani di atasnya. Oleh sebab itu, skor tekstur tanah juga dibedakan berdasarkan besarnya kandungan liat.
Pemberian skor terhadap parameter berkisar dari angka nol, yang diartikan tidak berpotensi sebagai penyebab longsor, hingga angka lima yang diartikan
sebagai penentu longsor pada tingkat teratas. Adapun nilai bobot dan skor parameter suseptibilitas longsor disajikan pada Tabel 6.
24
Tabel 6. Bobot dan skor parameter suseptibilitas longsor di lokasi penelitian Parameter
Bobot Skor
Nilai bobot x skor
Lereng :
0 – 8 8 – 15
15 – 30 30 – 45
45 0,5
1 2
3 4
0,5 1
1,5 2
Bentuklahan:
Kawah, dataran pantai anthropogenik, gisik, Maar dan Lereng kaki fluvio
vulkanik Aliran lava
Lereng bawah kerucut vulkanik Lereng atas kerucut vulkanik
Lereng tengah dan lereng puncak
kerucut vulkanik
0,33
1 2
3 4
0,33 0,66
0,99 1,32
Tekstur Tanah
Pasir sand Lempung berpasir sandy loam
Lempung loam Lempung berliat clay loam, Lempung
berdebu silt loam Liat clay
0,17
1 2
3 4
5 0,17
0,34 0,51
0,68 0,85
Keterangan: 0 = tidak berpengaruh; 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang; 4= tinggi; 5 = sangat tinggi
Kemiringan lereng 0 – 8 datar-landai diberi skor nol karena pada
kemiringan tersebut tidak memicu terjadinya longsor, sebaliknya pada kemiringan lereng 45 sangat curam diberi skor empat karena bersifat sangat labil
terhadap longsor. Bentuklahan gisik pantai, lereng kaki fluvio-vulkanik, dasar kawah, daratan
pantai anthropogenik dan maar diberi skor nol karena merupakan bentuklahan deposisional, terbentuk dari akumulasi material lereng di atasnya. Aliran lava
merupakan bentuklahan deposisional namun memiliki lereng yang agak miring.