Resiko Bencana TINJAUAN PUSTAKA

17 Lanjutan Tabel 4. Data dan kaitannya dengan tujuan penelitian Data Sumber Tujuan Jenis bangunan Bappeda Kota Ternate Menganalisis kerentanan longsor di Pulau Ternate Kepadatan penduduk BPS Kota Ternate Kepadatan bangunan Kalkulasi Pengetahuan Kuesioner Menganalisis kapasitas masyarakat Pulau Ternate Pengalaman Sosialisasipenyuluhan bencana Bahaya longsor Hasil analisis Menganalisis dan memetakan resiko longsor di Pulau Ternate Kerentanan Kapasitas masyarakat

3.4. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian mencakup lima tahap, yaitu persiapan, pengolahan dan interpretasi data, analisis data awal, kerja lapang, analisis data akhir dan penulisan tesis. Tahapan penelitian dapat digambarkan dalam diagram alir seperti yang disajikan pada Gambar 3.

3.4.1. Persiapan

Persiapan penelitian bertujuan untuk merencanakan dan mempersiapkan kegiatan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, studi pustaka, pengumpulan data, penyusunan kuesioner dan surat ijin penelitian.

3.4.2. Pengolahan dan interpretasi data

Pada tahapan ini, data yang terkumpul kemudian diolah dan untuk citra satelit dilakukan interpretasi, yaitu suatu kegiatan penafsiran terhadap objek-objek pada citra satelit atau foto udara tanpa adanya sentuhan fisik terhadap obyek yang ditafsir Lillesand dan Kiefer, 1990. Untuk mengolah dan interpretasi data digunakan software sistem Informasi Geografis SIG yaitu ArcGIS 9.3. Pada tahapan ini dihasilkan peta-peta tentatif kemirngan lereng, bentuklahan dan penggunaan lahan. 18 Gambar 3. Diagram alir penelitian Hillshade I Persiapan II Pengolahan dan interpretasi data III Analisis data awal IV Kerja Lapang V Analisis data akhir IV Persiapan SRTM DEM Peta Penggunaan lahan jpeg Skor dan bobot 1. Peta lereng 2. Peta bentuklahan 3. Peta penggunaan lahan Peta Lereng Peta Bentuklahan Peta Penggunaan lahan Reklasifikas Majority Registrasi Digitasi Interpretasi Deliniasi Peta Tekstur tanah Validasi lapang Peta unit lahan Tekstur tanah overlay overlay 1. Kepadatan bangunan 2. Jenis bangunan 3. Kepadatan penduduk Kerentanan Kapasitas masyarakat 1. Pengetahuan bencana 2. Pengalaman bencana 3. Sosialisasi Pembobotan weighting Peta longsor tentatifpeta kerja Peta Kerentanan longsor Peta kapasitas masyarakat

1. Peta lereng 2. Peta bentuklahan

3. Peta tekstur tanah 4. Peta penggunaan lahan Peta bahaya longsor overlay Peta Resiko Longsor Penulisan Tesis Google Earth 19

a. Kemiringan Lereng

Data kemiringan lereng Pulau Ternate diperoleh dari data SRTM Shuttle Radar Topographic Mission resolusi 90 m yang kemudian diolah menjadi DEM Digital Elevation Model. SRTM DEM 90 m ini equivalen dengan skala 1:32.000 Suleman, 2012. Prosedur pengolahan datanya yaitu, pertama data SRTM 90 m dipotong sesuai dengan batas area yang akan digunakan area of interest, dalam hal ini yaitu Pulau Ternate, kemudian dilakukan konversi proyeksi data ke sistem koordinat UTM Universal Transverse Mercator yaitu Zone 52 North. Dengan software GIS data tersebut kemudian dianalisis menggunakan tools surface analysist, slope dan dipilih satuan kemiringan lereng dalam persen. Hasil yang diperoleh kemudian direklasifikasi menjadi lima klas yaitu 0 – 8, 8 – 15, 15 – 30, 30 – 45 dan 45. Hasil yang diperoleh ini kemudian dikonversi menjadi data vektor berupa shp.

b. Bentuklahan Landform

Data bentuklahan diperoleh dari interpretasi data DEM dari citra SRTM. Pertama, data disajikan dalam visualisasi Hillshade agar dapat menonjolkan morfologinya, kemudian dilakukan interpretasi secara visual. Citra Geo Eye yang diunduh dari Google Earth dipakai pula untuk interpretasi ini terutama untuk membantu melihat katerkaitan antara bentuklahan dan penutupan lahan. Bentuklahan di lokasi penelitian diidentifikasi berdasarkan aspek morfologi, morfogenesis, morfokronologi dan litologi. Dalam hal ini, aspe k morfologi terkait dengan bentuk dan ukuran bentuklahan; aspek morfogenesis terkait dengan proses pembentukan bentuklahan; aspek morfokronologis terkait dengan tahapan atau kronologi pembentukan bentuklahan; dan litologi terkait dengan material penyusun maupun struktur yang membentuk morfologi bentuklahan.

c. Penggunaantutupan lahan

Data tipe penutupanpenggunaan lahan diperoleh dari Peta Tutupan Lahan Kota Ternate skala 1 : 25.000 tahun 2010 dari Bappeda Kota Ternate. berhubung data ini dalam bentuk file jpeg, maka perlu dilakukan proses registrasi dan penyesuaian sistem proyeksi dan digitasi dengan sofware GIS. Data yang diperoleh selanjutnya di-update dengan citra Geo Eye dari Google Earth tahun 20 2010 dan selanjutnya dilakukan validasi untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi pada saat kerja lapangan.

d. Kondisi Tanah

Dalam penelitian ini penetapan kondisi tanah dibatasi hanya pada penetapan tekstur tanah dengan metode penetapan kualitatif. Penetapan kelas tektur tanah di lapang didasari oleh pedoman Soil survey staff 1975 yaitu merasakan butiran bahan tanah dengan tangan atau dipirid dengan jari Rachim, 2007. Beberapa kelas tekstur utama diuraikan sebagai berikut; Pasir Sand; Bahan tanah lepas dan berbutir tunggal dapat segera dilihat dan dirasakan. Jika kering, piridan di tangan menyebabkan bahan jatuh sebagian bila tekanan dihentikan. Jika lembab, piridan dapat membentuk lapisan yang jika disentuh akan hancur. Lempung berpasir Sandy loam; bahan tanah banyak mengandung pasir, cukup debu dan sedikit liat. Jika kering diremas, bahan akan membentuk lapisan yang segera akan jatuh sebagian. Bila lembab dipirid, lapisan dapat terbentuk dan bertahan baik tanpa pecah. Lempung loam; bahan mengandung pasir, debu dan liat relatif sama. Bila kering, jika dipirid akan membentuk lapisan yang bertahan baik. Jika lembab, lapisan terbentuk dan terpelihara tanpa pecah. Lempung berdebu silt loam; bahan tanah mengandung pasir sedang dan sedikit liat. lebih dari setengah partikel debu. Jika kering bahan akan tampak menggumpal tapi mudah dipecahkan. Jika basah, bahan dapat bergerak bersama dan membubur. Jika lembab, dipirid antara ibu jari dan telunjuk tidak terbentuk pita, dan nampak pecah-pecah. Lempung berliat clay loam; Bila lembab, dipirid antara ibu jari dan telunjuk akan terbentuk pita tipis yang mudah pecah. Jika lembab, dapat membentuk lapisan yang bertahan baik, jika diremas dalam telapak tangan akan mudah pecah. Liat clay; Bila kering membentuk gumpalan sangat keras dan bila basah akan plastis hingga sangat plastis dan lekat sampai sangat lekat. Jika lembab, dipirid dengan ibu jari dan telunjuk akan terbentuk pita yang panjang dan fleksibel. Titik sampel tanah yang digunakan untuk menentukan tekstur tanah, diambil pada setiap unit bentuklahan, kemiringan lereng dan lokasi jejak longsor, namun