Tanah Iklim Kondisi Umum TNGGP

Batuan vulkanik Gunung Gede sebagian besar terdiri atas formasi Qvg breksi tufaan dan lahar, andesit dengan oligoklas-andesin, tekstur seperti trakhit; formasi Qvgy aliran lava termuda dari puncak Gunung Gede ke arah Utara sepanjang kurang lebih 2,75 km; dan formasi Qvgl aliran lava bersusunan andesit basal. Patahan dan sesar fault tidak dijumpai dalam kawasan TNGGP, tetapi daerah yang rawan bencana geologi karena terjadinya sesar pergeseran batuan formasi dan patahan terdapat di sebelah Selatan Sukabumi dan Cibadak.

3.1.3. Tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi spesies tanah dalam proses pembentukannya adalah bahan induk, topografi, iklim dan vegetasi. Bahan induk merupakan bahan batuan yang telah terlapukan dari batuan-batuan geologi yang didominasi oleh batuan vulkanik tersier dan kuarter. Kondisi iklim dengan curah hujan yang relatif tinggi sepanjang tahun 3.000 mm mempercepat proses pelapukan bahan induk dan proses pencucian unsure-unsur hara. Proses ini dipercepat dengan keadaan topografi yang curam sampai dengan sangat curam. Dengan merujuk Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat Skala 1 : 250.000 Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1966, spesies-spesies tanah yang mendominasi kawasan TNGGP adalah latosol coklat, asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, kompleks regosol kaleabu dan litosol, abu pasir, tuf, dan batuan volkan intermedier sampai dengan basis.

3.1.4. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, curah hujan di dalam kawasan TNGGP termasuk ke dalam Tipe A Nilai Q = 5-9 . Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm – 4.200 mm, menyebabkan kawasan ini merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Suhu udara rata-rata di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada siang hari berkisar 10°C dan di Cibodas berkisar 18°C. pada malam hari suhu udara di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango berkisar 5°C. namun, pada musim kering atau kemarau suhu udara di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango bisa mencapai 0°C. Kelembaban udara tinggi yakni sekitar 80 – 90 , sehingga memungkinkan tumbuhnya spesies-spesies lumut pada batang, ranting dan dedaunan pada pohon-pohon yang ada. Pada hutan pegunungan yang berada antara 1.500 dan 2.000 m dpl, kelembaban yang tinggi menyebabkan terhambatnya aktifitas biologi dan pelapukan kimiawi sehingga terbentuk tanah yang khas “peaty soil”. Secara umum, angin yang bertiup di kawasan ini merupakan angin muson yang berubah arah menurut musim. Pada musim penghujan, terutama pada bulan Desember – Maret, angin bertiup dari arah Barat Daya dengan kecepatan cukup tinggi dan seringkali mengakibatkan kerusakan hutan. Di sepanjang musim kemarau, angin bertiup dari arah Timur Laut dengan kecepatan rendah.

3.1.5. Hidrologi