Analisis dan Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat

4. Peraturan Pemerintah Nomor 271999 tentang Penilaian Dampak Lingkungan: menekankan pada pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL untuk setiap kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan termasuk introduksi tumbuhan, hewan dan genetik. Peraturan ini memmerlukan pedoman teknis penelaah resiko dan manajemen resiko yang berhubungan dengan introduksi spesies. Semua kegiatan yang berhubungan dengan introduksi spesies harus diselesaikan melalui penilaian AMDAL, namun pedoman untuk pengelolaan, penilaian dan evaluasi resiko belum ada. 5. Keputusan Menteri Kehutanan No 4472003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar: bertujuan untuk mengendalikan spesimen tumbuhan dan satwa liar yang akan masuk kedalam wilayah Republik Indonesia impor. 6. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan IBSAP 2003-2020. Saat ini Indonesia memiliki Strategi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati yang perlu dilaksanakan secara efektif untuk meminimalkan krisis keanekaragaman hayati. Strategi pengelolaan nasional ini memiliki visi untuk melestarikan dan memanfaatkan keanekaragam hayati secara optimal, adil dan berkelanjutan melalui pengelolaan bertanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dokumen ini menyebutkan bahwa berbagai tindakan harus diambil dalam rangka meningkatkan instrumen kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati, termasuk untuk melaksanakan program pengendalian dan pencegahan penyebaran spesies tumbuhan asing invasif serta spesies budidaya Bappenas 2003.

2.4. Analisis dan Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat

Kemampuan untuk menggabungkan, menganalisis dan memetakan informasi geografis di permukaaan bumi dimiliki oleh SIG. Data geografis yang dianalisis dari SIG dapat dipergunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan terutama yang terkait dengan keruangan spasial. Analisis spasial merupakan proses mendapatkan dan membentuk informasi baru yang berasal dari data geografis. Analisis sering juga disebut dengan pemodelan modeling dimana tercakup proses pemodelan, pengujian model serta interpretasi hasil model Jaya 2002. Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses Muhammadi et al. 2001. Model juga diartikan sebagai abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya Darsihardjo 2004. Jaya 2007 menerangkan bahwa model mengandung 2 pengertian; pertama yaitu abstraksi dari suatu kenyataan yang ada di permukaan bumi dan kedua yaitu representasi dari data realitas. Hasibuan 1988 menyatakan bahwa suatu objek M adalah suatu model objek lain S jika memenuhi syarat; pertama yaitu ada unsur-unsur di dalam M yang masing-masing memiliki padanan dengan unsur-unsur di dalam S dan kedua yaitu ada hubungan tertentu di antara unsur-unsur di dalam M yang analog dengan hubungan antara unsur-unsur padanannya di dalam S. Namun demikian suatu model M tidak perlu merupakan duplikat yang sama persis dengan objek S. Syarat pertama tidak mengharuskan setiap unsur M memiliki padanan unsur di dalam S atau sebaliknya. Demikian pula syarat kedua tidak mengharuskan setiap hubungan yang ada di antara unsur-unsur di dalam S ada analoginya dengan hubungan di antara unsur-unsur padanannya di dalam M. Klasifikasi model adalah model kuantitatif, model kualitatif, dan model ikonik. Model kuantitatif adalah model yang berbentuk rumus-rumus matematika, statistik, atau komputer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram, atau matriks yang menyatakan hubungan antarunsur dan tidak digunakan rumus-rumus matematika, statistik, atau komputer. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil Muhammadi et al. 2001. Model spasial, yang merupakan model yang berbasis data spasial, dapat dikelaskan dalam ketiga klasifikasi model tersebut bergantung pada masukan data, analisis, maupun luaran dari model tersebut. Jaya 2002 juga mengelompokkan pemodelan berdasarkan prosesteknik analisisnya yaitu; 1 pemodelan kartografi; 2 pemodelan simulasi dan 3 pemodelan prediktif. Pemodelan katografi merupakan metode umum untuk analisis dan sinthesis data geografi. Pemodelan ini menggunakan aljabar dengan peta sebagai faktor utama sebagai variabel yang fleksibel untuk dimanipulasi Tomlin 1991. Pemodelan simulasi merupakan kombinasi antara data atau informasi spasial dan non-spasial. Penyusunan model ini memerlukan keahlian sesuai model yang ingin dibangun. Pemodelan prediktif pada umumnya menggunakan teknik statistik dalam menyusun model. Teknik statistik yang digunakan biasanya adalah analisis regresi. Pada pemodelan ini digunakan variabel-variabel prediktor yang yang berasal dari data spasial. Kesesuaian habitat merupakan suatu kemampuan habitat untuk menyediakan kebutuhan hidup. Indeks kesesuaian habitat dapat menghitung kualitas habitat menggunakan atribut-atribut yang dipertimbangkan penting bagi suatu spesies dan seringkali menandai kualitas habitat relatif. Ndeks kesesuaian habitat didasarkan pada asumsi bahwa individu atau kelompok suatu spesies akan memilih daerah yang palinf memenuhi kebutuhan hidupnya Coops Catling 2002. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penggunaan suatu kawasan menjadi habitatnya adalah suatu kawasan yang memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kawasan lain. Model yang dihasilkan dari analisis spasial merupakan bentuk penyederhanaan informasi spasial. Model akan memperlihatkan perubahan yang terjadi dalam konteks spasial untuk periode waktu yang berbeda Moreno 2007. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan saat ini maupun untuk memprediksi kondisi masa depan dari perubahan informasi spasial yang dihimpun. Prediksi kesesuaian habitat dapat dimodelkan dari informasi spasial variabel habitat bagi spesies terkait. III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Kondisi Umum TNGGP